Pesona Menakjubkan: Irwan Thahir Manggala - Exhibisionisme bisa jadi adalah darah saya. Hampir dibanyak momen apa saja saya selalu ingin "pamer". Termasuk gaya saya ber/di kompasiana. Tulisan-tulisan yang saya sudah tulis di Kompasiana sudah saya buat indeks artikel, dilanjutkan dengan proses pemilahan. Daftar tulisan (mirip indeks) saya print, kemudian saya foto kopi. Lembaran print asli saya tidak saya ganggu - saya simpan dalam map dokumen yang berisikan 60 lembar.
Dua hari lalu (Selasa 1/9) untuk mengisi kekosongan guru di kelas IX siswa Madrasah Tsanawiyah Darul Rasyidin, saya membagikan lembaran print hasil daftar tulisan saya di Kompasiana. Dua misi berjalan seiring, promosi misi mengenalkan tulisan-tulisan saya di Kompasiana juga ikut efek pemanfaatan map dokumen. Siswa saya sangat antusuias dengan penggunaan map dokumen itu - apalagi koleksi lembaran print itu dijadikan sebagai bahan praktek langsung.
Saya membagikan 3 hingga 4 lembaran print tulisan saya di Kompasiana itu kepada kepada 14 siswa. Siswa secara perorangan memasukkan lembaran print itu dalam posisi timbal balik. Awalnya saya anjurkan siswa untuk membaca sekilas daftar tulisan. Ada yang menyimak serius, namun sebagian juga masih belum nyambung. Hal yang menyenangkan adalah disaat sambil siswa memasukkan lembar print ke map dokumen, mereka mau bersama-sama menghitung jumlah total lembaran map dokumen dari 4 buah map dokumen yang saya hadapkan. Hasil jumlah 60x4 digandakan (timbal balik) jadi 120x4. Berarti jumlah halaman lembar map dokemen itu tersedia 480 lembar.
Saya memotifasi mereka untuk memanfaatkan karya apa saja - mau puisi, surat, gambar - pokoknya karya saja, disimpan dalam keempat map dokumen itu. Saya memberi sinyal untuk memanfaatkan penggunaan map dokuken disaat sebelum jam belajar dan atau jam istirahat. Sederhananya map dokumen itu bisa jadi seperti perpustakaan keliling. Sehari sebelumnya saya sudah membentuk Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) siswa MTs Darul Rasyidin, namanya Retader (Remaja tanpa Derita). Sudah terbentuk 4 siswa sebagai formatur . Untuk kelancaran tata laksana layanan terobosan itu saya dan siswa serahan kepada mereka berempat.
Ragam Cara Bagi-bagi Tulisan
Saya percaya para kompasianer sudah melakukan hal yang saya lakukan. Paling tidak secara manual yang saya lakukan di bawah ini. Membagi-bagi tulisan untuk dibaca orang perorang secara manual (print/foto kopi),misalnya tulisan berjudul Arti Simpanan yang mengulas pertemuan seru tiga siswa saya(saat masih di MTsN Batumerah Kota Ambon).Tulisan itu saya foto kpi dan saya bagikan ke seluruh teman 3 siswa itu. Bahkan saya mengadakan rolling kelas disaat setelah mengajar atau mengisi kelas kosong. Tulisan yang berukuran 1 halaman kertas A 4 itu laris - hingga ada sebagian siswa yang berkeinginan memfotokopi sendiri. Coba bayangkan, jumlah siswa saya hampir 1000 orang.
Tulisan saya yang "HL" Pesawat Presiden SBY Gagal Mendarat di Ambon, sempat dibuat layaknya selebaran. Dibagian foto (pesawat) dan judul tulisan diedit, ditambah sedikit komentar. Tulisan yang saya anggap sangat "menakjubkan " itu saya kemas dalam press - beberapa saya amankan, sebagian saya tempelkan di majalah dinding sekolah. tidak hanya saya print dan foto kopi. Gaya lain menjaring pembaca tulisan saya pernah saya lakukan disaat Bena, putri saya ke Jakarta bersama rombongan teman mahasiswa komunikasi UIN Alauddin. Saya menyuruh Bena untuk membagikan tulisan saya di ruang tunggu. Niatan siasat saya untuk Bena dan teman-temannya agar dapat membacanya saat di pesawat.
Even yang menjad momen menjadi satu di ajang langka dan pertama kali diadakan secara simulltan. Tanggal 5-6 Oktober akan diadakan Festival Gerakan Indonesia Mengajar di Ancol Jakarta. Kegiatan yang bertema peduli pendidikan ini digelar secara terbuka (untuk umum) atas kerjasama Kompas Gramedia dengan Indonesia Mengajar. Sudah tiga tulisan saya di Kompasiana yang menyinggung pra kegiatan inspiratif itu. Saking biasa memberikan tulisan secara langsung (berhadapan) - saat ini menjadi bumerang buat saya.
Saat ini saya sedang mencari jejak jitu untuk - jikalau saya tidak sempat ke Jakarta untuk ikut langsung - yang didalamnya ingin berbagi tulisan-tulisan saya dengan pengajar muda dan pengunjung festival. Selain pertimbangan biaya, saya juga sedang menemani istri yang sedang menunggu jelang masa melahirkan anak kami yang ke-6 Insya Allah. Saya belum merasa pede dengan cara mengirimkan tulsan lewat email, termasuk lewat kompasina. Siapa tahu ada pembaca/kompasianer bisa berbagi untuk solusi jalan tengah.
Sebagai guru yang mengajar di daerah terpencil sangat ingin berbagi langsung dengan peserta festival di Ancol Jakarta. Paling tidak berbagai kegiatan yang sudah, sedang dan akan saya hadapkan dengan siswa saya di dusun Balang Aja Desa Samangki Kecamatan Simbang Kabupaten Maros Sulawesi Selatan. Saya ingin mengajukan proses belajar memanfaatkan gaya belajar dengan tontonan film Monster University dengan pemerolehan bahan pendukung refrensi film lewat koran, majalah, buku cerita, hingga buku aktifitas. Paparan kreasi saya untuk mengimbangi ekspresi siswa lewat adu imajinasi
Pattunuang Asue- Maros (031013)