Dari perjumpaan itu, dimensi altruis peserta didik bisa hadir, memancar dan bisa menjadi modal berharga bagi hidupnya di masa depan. Pola pendidikan di sekolah sebaiknya mengefektikan altruisme (effective altruisme) kepada peserta didik dan menjadikannya bagian penting juga dari penilaian dan penentuan kelulusan.
Pengalaman dan perjumpaan itu akan melatih rasa menghargai para peserta didik. Implikasinya, para peserta didik bisa merasakan bahwa kekerasan akan mengganggu nuraninya.Â
Maka, mereka setelah merefleksikan "hidup bersama yang lain" akan bisa merasakan bahwa guru tidak mungkin untuk disakiti dengan tindak kekerasan. Dari sinilah, pedagogi bisa dimengerti dengan mengandaikan munculnya sifat altruistis yaitu "hidup bersama dengan yang lain" dalam diri peserta didik.
Hidup bersama dengan orang lain memungkinkan munculnya sikap batin yang altruistik. Sikap tersebut adalah tuntutan dan panduan mendidik manusia. Tanda sikap itu mesti ada pada diri guru dan peserta didik.Â
Sikap altruistik, dengan demikian menciptakan komunikasi tanpa henti, sinergi guru and murid dan terciptanya demokrasi untuk menghargai guru dan murid. Dengan mengefektifkan altruisme yang dilandasi dengan hati nurani bisa menjadi solusi atas kekerasan yang terjadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H