Mohon tunggu...
Marlin Bato
Marlin Bato Mohon Tunggu... karyawan swasta -

"Sesungguhnya Dalam Kesalahan Aku Diperanak - Dalam Dosa aku Dikandung Ibu"\r\n\r\nTaurat------

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Lamaholot 1001 Legenda

26 September 2015   03:08 Diperbarui: 26 September 2015   03:22 3019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Resensi: Cerita Rakyat Flores Timur Khususnya Lamaholot

Judul buku: Kumpulan Cerita Rakyat Flores Timur

Penulis Cerita: Kolektif

Editor: Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kab. Flores Timur,

Ilustrator: Petrus Vinsensius Malen Koten

Penerbit: Nusa Indah Jl. Eltari Ende - Flores NTT

Cetakan 1: 2015

Tebal: 285 Halaman

Menceritakan dongeng bagi anak-anak oleh orang-orang tua adalah hal yang amat langka pada era kekinian. Banyak hal yang menjadi penyebab, misalnya karena tidak memiliki bekal penguasaan dongeng atau cerita, dan orang tua yang terlalu sibuk bekerja. Atau memang semakin minimnya buku-buku referensi tentang dongeng yang membuat orang-orang tua jarang melanjutkan kebiasaan-kebiasaan menceritakan dongeng pada anak. Padahal, mendongeng adalah ritual yang mampu mendekatkan hati dan jiwa anak-anak kepada orang tua sekaligus membentuk karakter anak itu sendiri. Tetapi bersamaan dengan himpitan persoalan diatas, meski dalam usia yang terbilang rapuh, penerbit Nusa Indah sebagai obor masih memberikan nyala terang bagi masyarakat Flores hingga kini. Oleh karena itu, melalui buku ini, Nusa Indah ingin mengajak para pembaca untuk meningkatkan penguasaan berdongeng khususnya cerita rakyat dari Lamaholot Flores Timur yang akan menambah wawasan dan imajinasi kita tentang cerita rakyat.

Dalam buku ini, terdapat 29 cerita menarik untuk dibaca, mulai dari kisah yang ditulis oleh Muhammad Soleh Kadir, S.Pd tentang Ina Hai Ata Kiri yang menceritakan tentang hulubalang Raja Laga Doni yang mencari sisir emas empunya permaisuri yang hilang. Padahal sisir emas tersebut adalah harta pusaka milik kerajaan Kenotan yang sangat berharga. Sisir emas adalah lambang kemuliaan kerajaan Kenotan itu sendiri.

Adapun kisah lanjutan berjudul; Asal Mula Padi - Jagung versi Tanjung Bunga yang ditulis oleh Gerardus Koten yang menceritakan kisah delapan bersaudara yang terdiri dari 7 pria dan 1 orang perempuan bernama Tonu Wujo yang merelakan tubunya dicincang agar menjelmah menjadi padi.

Selain itu, sebuah kisah yang sangat menarik adalah riwayat Bala Nogo yang menceritakan tentang seorang putri cantik jelita bernama Nogo yang menikah dengan pangeran tampan berwujud mahkluk laut. Sang ibu yang merindukan anak gadisnya hanya dititipkan gading sebagai mahar lewat mimpi deruh ombak mengayuh. Gading itu diberi nama Bala Nogo artinya gading Nogo.

Bagian yang tak terlewatkan dari buku ini adalah sebagian besar isi cerita buku ini masih dipercayai oleh penduduk sekitar seperti kisah tentang Ama Pati asal suku Jawa Sina pemilik Ular Naga yang bermukim di kampung Lamataun. Dalam cerita ini, dikatakan bahwa dikampung tersebut bermukim empat suku utama yaitu suku Lewo Alap keturunan asli yang lahir dari rahim tanah Nara Nuha Nebon, suku Serang Goran keturunan Timu Lera yang datang dari timur, suku Jawa Sina keturunan Jawa Wakon yang datang dari barat dan suku Harin Dari keturunan yang datang dari laut.

Suatu ketika Ama Pati dari suku Jawa Sina merawat belut hasil tangkapannya dari laut. Tak disangka ternyata yang dirawat Ama Pati dengan penuh kasih sayang tersebut adalah seekor anak ular naga. Beranjak besar, ular tersebut raib dan bersembunyi di beringin yang teduh hingga akhirnya berbuah petaka bagi masyarakat setempat. Ular naga pun melumat anak-anak yang bermain disekitar pohon beringin tersebut. Tetapi diakhir cerita sesuai penglihatan dalam mimpinya, Ama Pati berhasil menangkap ular naga tersebut dengan berbagai syarat yang harus dipenuhi oleh masyarakat keempat suku tersebut.

Buku ini merupakan kompilasi magis yang menyuguhkan dunia fabel, totemisme, epos, dinamisme maupun animisme. Kegaiban-kegaiban dunia binatang, dunia tumbuhan, serta kehidupan-kehidupan penguasa laut yang diceritakan dalam buku ini menguak kisah yang cukup rumit tentang kehidupan manusia dimasa itu. Dan tentu saja, menjadi amat irasional jika dikomparasikan dengan pola pikir masyarakat yang sudah mengenal arus modernitas. Meskipun sekilas cerita-cerita dalam buku ini tampak tak masuk akal, buku ini akan menemukan logika dan rasionalitas setrta jalan kebenarannya sendiri seperti yang tertera dalam daftar isi sebagai berikut:

 

1. Ina Hai Ata Kiri

2. Asal Mula Padi - Jagung

3. Legenda Ikan Epit Maran

4. Legenda Mata Air Leto Matan

5. Bulu Manda Bulu Bulu Ole Lolon

6. Asal Mula Danau Waibelen

7. Ose Tobi Lolo Benga Bao Wua Sabu Liko Wata Peni Lewa Lolo

8. Ular Naga

9. Wato Barek

10. Dai Edun

11. Wato Dei

12. Legenda Wete Wuú

13. Asal Mula Suku Kein

14. Asal Usul Suku Tukan

15. Pulau Watan Peni

16. Gresituli Keropong Ema

17. Ula Lenggau

18. Tonu Nogo Ema

19. Bala Nogo

20. Labelo dan Lembing

21. Riwayat Nole Tala

22. Kopong Lana Kideng

23. bang dan Barekama

24. Kebare Lera

25. Wato Nerin

26. Asal Mula Kampung Balawelin

27. Asal Mula Suku Sogen

28. Asal Usul Suku Jawan

29. Kewae Liko Lewo

Dalam buku ini, penulis menggunakan gaya bahasa yang baku. Gaya bahasa tersebut terlihat dari kalimat-kalimat yang ada. Kelebihan dari buku ini yakni adanya ilustrasi gambar pada cerita sehingga sangat menyenangkan jika dibaca. Selain itu, Cerita dalam buku ini cukup sistematis sehingga mudah dipahami bila dibaca. Oleh karena itu, ketika kita membaca legenda dan cerita rakyat tersebut berarti kita sedang berselancar dan melakukan penjelajahan, mengenali karakter dan asal muasal masyarakat komunal sebagai penganut budayanya sebagaimana masyarakat Lamaholot yang mengaktualisasi hidup dengan segala kerumitan dalam topografi Flores yang teramat berat. Ini merupakan kompleksitas hidup, cermin kekayaan imajinasi dan pemikiran kolektif yang terbangun dari suatu perjalanan sejarah yang sangat panjang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun