Mohon tunggu...
Wati Sulastri
Wati Sulastri Mohon Tunggu... Lainnya - student of life

Antusias menjelajahi isu sosial sambil membaca dan memahami fenomena di sekitar dengan seksama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Sekolah ke Dunia Maya: Menghadapi Bullying dengan Pendidikan Kewarganegaraan

26 Januari 2025   13:59 Diperbarui: 26 Januari 2025   13:59 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Dari Sekolah ke Dunia Maya: Menghadapi Bullying dengan Pendidikan Kewarganegaraan (Sumber: Generated by AI)

Masa Orientasi Siswa (MOS) dirancang untuk membantu siswa baru beradaptasi dengan lingkungan sekolah. Namun, sering kali kegiatan ini berisi praktik yang tidak relevan dengan tujuan pendidikan, seperti pengutamaan senioritas, yang membuat siswa senior berhak untuk bersikap sewenang-wenang terhadap junior mereka. Hal ini berpotensi memicu tindakan intimidasi, yang merugikan mental dan kepercayaan diri siswa baru.

Kasus Dokter PPDS yang Meninggal Dunia

Satu kasus tragis yang menonjol adalah kematian seorang dokter PPDS di sebuah rumah sakit di Indonesia akibat bullying dan tekanan dari senioritas. Dokter tersebut mengalami intimidasi yang berkelanjutan dari seniornya, menyebabkan stres yang pada akhirnya berujung pada kehilangan nyawa. Kasus ini mengingatkan kita akan dampak fatal dari budaya senioritas yang tidak sehat di lingkungan pendidikan dan profesi.

Pentingnya Reformasi Pendidikan Kewarganegaraan

Menghadapi tantangan ini, institusi pendidikan harus melakukan pembenahan dan mereformasi cara pendidikan kewarganegaraan diberikan. Beberapa langkah penting yang perlu diambil meliputi:

  1. Mengubah Fokus MOS: MOS perlu dirancang untuk mendidik dan menyatukan siswa, bukan memecah belah. Kegiatan alternatif seperti team-building atau pelatihan kewarganegaraan dapat menjadi pilihan yang lebih konstruktif.
  2. Pendidikan tentang Etika dan Tanggung Jawab Sosial: Institusi pendidikan harus mengedukasi siswa mengenai pentingnya etika, tanggung jawab sosial, dan empati. Program-program ini akan membantu siswa memahami dampak dari tindakan mereka terhadap orang lain.

Kewarganegaraan: Fondasi Etika Sosial

Melihat konten media sosial,  insiden di TikTok, kasus dokter PPDS, dan berbagai masalah di institusi pendidikan, jelas bahwa pendidikan kewarganegaraan dan etika sosial sangat diperlukan dalam masyarakat kita. Ini bukan hanya untuk meningkatkan kualitas diskusi publik, tetapi juga untuk menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan saling menghormati. Masyarakat yang teredukasi dengan baik akan lebih mampu memenuhi kewajibannya sebagai warga negara yang baik serta menjaga interaksi sosial yang positif.

Oleh karena itu, kontribusi dari seluruh lapisan masyarakat sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang lebih positif, yang dimulai dari institusi pendidikan, keluarga, dan interaksi di dunia maya. Mari kita bergerak bersama untuk mendukung terciptanya budaya yang lebih baik dan lebih beradab di masyarakat kita.

 ***

Referensi:

BBC Indonesian. (2024, 17 Agustus). Dokter PPDS Undip diduga bunuh diri karena perundungan dan beban kerja yang berat. Diakses dari https://www.bbc.com/indonesia/articles/c8erp421xj1o

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun