Mohon tunggu...
Wati Sulastri
Wati Sulastri Mohon Tunggu... Lainnya - student of life

Antusias menjelajahi isu sosial sambil membaca dan memahami fenomena di sekitar dengan seksama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Sekolah ke Dunia Maya: Menghadapi Bullying dengan Pendidikan Kewarganegaraan

26 Januari 2025   13:59 Diperbarui: 26 Januari 2025   13:59 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membangun Kesadaran Kewarganegaraan: Tantangan dan Peluang di Institusi Pendidikan

Pendidikan kewarganegaraan memiliki peran yang sangat penting di era digital ini. Berbagai fenomena negatif yang muncul di masyarakat menunjukkan bahwa kesadaran akan etika sosial dan tanggung jawab sebagai warga negara masih perlu ditingkatkan. Salah satu masalah utama yang mencuat adalah bullying, yang sering kali berakar dari lingkungan pendidikan itu sendiri.

Pendidikan Kewarganegaraan dan Etika Sosial

Beberapa waktu yang lalu, publik dikejutkan oleh sebuah fenomena di media sosial, khususnya di TikTok Indonesia. Seorang dokter yang dikenal dengan nama "Dokter Detektif" membagikan informasi mengenai produk kecantikan secara anonim dan menarik perhatian lebih dari 400.000 penonton. Dalam siaran langsung tersebut, ia berhadapan dengan seorang pengusaha skincare yang tidak puas dengan review yang diberikan, di mana produk tersebut diduga mengandung bahan terlarang menurut BPOM.

Interaksi di antara TIM pengusaha SS  dan dokter detektif tersebut memunculkan kata-kata kasar dan perilaku bullying. Tindakan persekusi dan hinaan yang dilontarkan mencerminkan adanya kurangnya etika sosial di dalam masyarakat kita. Kasus ini hanya merupakan contoh kecil dari fenomena yang lebih luas, di mana banyak konten serupa di media sosial menunjukkan perilaku bullying, cacian, dan makian yang diucapkan oleh public figure maupun masyarakat biasa. Fenomena ini menghasilkan budaya negatif yang berdampak buruk pada kesehatan mental individu dan interaksi sosial secara keseluruhan.

Mengapa Pendidikan Kewarganegaraan Sangat Penting?

Pendidikan kewarganegaraan tidak hanya sekadar pengetahuan tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara. Lebih dari itu, pendidikan ini bertujuan untuk membentuk karakter, sikap empati, dan tanggung jawab sosial. Dalam konteks kasus di atas, pendidikan kewarganegaraan dapat menjadi alat untuk membantu masyarakat memahami pentingnya menghargai perbedaan pendapat dan menjaga komunikasi yang konstruktif. Beberapa manfaat pendidikan kewarganegaraan meliputi:

  1. Membangun Kesadaran Sosial: Pendidikan kewarganegaraan mengajarkan kita untuk mengenali kondisi sosial di sekitar dan merasa bertanggung jawab terhadap tindakan kita. Kesadaran ini akan mendorong masyarakat untuk lebih bijak dalam berinteraksi di dunia nyata maupun dunia maya.
  2. Mengurangi Kasus Bullying: Dengan pemahaman yang lebih baik tentang etika sosial, individu akan lebih empatik terhadap orang lain, sehingga tindakan bullying bisa diminimalisir. Selain itu, hal ini akan mendorong orang untuk berargumentasi dengan cara yang sehat dan sopan.

Etika Sosial dalam Berinteraksi di Media Sosial

Di era digital, etika sosial menjadi aspek yang sangat penting, terutama ketika media sosial memberikan platform bagi setiap orang untuk menyuarakan pendapat. Namun, perilaku seperti hina-menghina, caci-mencaci, dan persekusi bisa terjadi dalam hitungan detik. Oleh karena itu, norma-norma etika sosial harus diajarkan, terutama kepada generasi muda. Dua prinsip utama dalam etika sosial adalah:

  1. Sikap Respek: Penting untuk selalu menghormati pendapat dan pilihan orang lain. Meskipun terdapat perbedaan pendapat, kita seharusnya bisa mengungkapkan pandangan tanpa menyerang personal.
  2. Saring Sebelum Sharing: Sebelum membagikan informasi, individu harus memikirkan dampak dari apa yang mereka katakan atau tulis. Hal ini dapat mencegah penyebaran informasi yang bersifat provokatif dan merugikan orang lain.

Masa Orientasi Siswa (MOS) sebagai Trigger Bullying

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun