Otak, Bait, dan Puisi Kehidupan
Banyak puisiku yang terpotong
Baitnya hilang, kosong melompong
Otakku fokus bagaikan teropong
Melihat hidup yang semakin terdorong
oleh badai masalah yang bergerombong
Otak ku jengah melihat hidupku lebih jauh
terpotonglah puisi hidupku yang telah membubuh
dalam kertas putih lusuh sering tersentuh
Baitnya hilang, entah dimana ku taruh
Oooi hidup! cukuplah sudah kau rapuh
Aku sudah muak dengan mengeluh
Puisi apalagi yang akan ku tulis?
Otakku sudah semakin tipis terkikis
Berpikir hidup, begitu berat dan miris
Sanggupkah lagi ku tulis puisi berbaris-baris?
Menuliskan bait kehidupan yang bengis
dan otakku meminta jariku tuk terus menulis
puisi syair kehidupan, mengisi bait yang hilang, walau menangis
Puisi ini tentang hidup yang melelahkan, di mana kebahagiaan selalu hilang seperti bait-bait puisi yang terpotong, tergerus oleh badai masalah yang datang. Untuk jiwa-jiwa yang kehilangan arah didunia yang penuh tanda jalan, jangan hilang asa! Ini hanya sementara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H