Sambil menyelam minum air, kiasan yang cocok bila dikaitkan dengan short trip yang saya lakukan. Bersama rombongan saya Tim Pengamat Sistem Pembayaran Non Tunai delegasi dari Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jawa Timur, kami tergabung dalam Kegiatan GenBI Gesit Site Visit To Bawean. Secara administratif, Bawean masuk ke dalam wilayah Kabupaten Gresik Jawa Timur.Â
Terletak 120 km sebelah utara Gresik lebih tepatnya di Laut Jawa, Bawean terbagi menjadi dua kecamatan dan kurang lebih ada 34 desa. Kecamatan Sangkapura terletak di bagian selatan Pulau Bawean berbatasan langsung dengan Laut Jawa dan terdiri dari 17 desa sedangkan Kecamatan Tambak berada di bagian utara Pulau Bawean dan terdiri dari 17 desa (sumber: Wikipedia).Â
Selanjutnya mari simak pengalaman saya selama dua hari berada di sana!
Akses Menuju Bawean
Kamis, 8 Agustus 2019 saya dan rombongan berangkat sekitar pukul 5.00 WIB dari KPw BI Jatim di Surabaya menuju Pelabuhan Paciran Lamongan. Sebelumnya kami sudah memesan tiket kapal melalui tour guide yang memandu kami selama menjalani site visit.Â
Untuk menuju Pulau Bawean ada tiga pilihan transportasi. Pertama ada kapal Gili Iyang yang berangkat dari Pelabuhan Paciran Lamongan  dengan rute Gresik Bawean dan berlabuh di Pelabuhan Sangkapura. Harga tiket Rp 58.000,- untuk anak-anak dan Rp 78.000,- untuk orang dewasa.Â
Untuk tambahan barang/kendaraan yang dibawa menyeberang menyesuaikan dengan tarif yang sudah ditentukan. Menurut informasi, Gili Iyang beroperasi seminggu sekali dengan estimasi waktu perjalanan 8-10 jam tergantung kondisi dan cuaca saat penyeberangan.Â
Kedua melalui Pelabuhan Gresik menaiki Kapal Express BlueJetSea dengan rute Gresik Bawean dan berlabuh di Pelabuhan Sangkapura.Â
Perjalanan sekitar 3-4 jam dengan kisaran harga tiket mulai dari Rp 145.000,- untuk kelas ekonomi hingga Rp 165.000,- untuk VVIP. Ketiga saat ini juga dapat ditempuh dengan jalur udara menggunakan pesawat Air Fast dengan rute Surabaya Bawean menggunakan Bandara Harun Thohir di Kecamatan Tambak setiap hari Selasa, Rabu dan Kamis. Kisaran harga tiket pesawat ini antara Rp 200.000,- hingga Rp 400.000,-
Untuk kalian yang baru pertama kali datang ke Bawean sangat disarankan menggunakan jasa tour guide untuk memandu perjalanan guna menghindari adanya tindak kejahatan dan tidak tersesat di perjalanan.Â
Disarankan juga untuk selalu melihat jadwal kapal sebelum melakukan perjalanan karena terbatasnya jumlah kapal dan kondisi alam khususnya gelombang ketika menyeberang ke Pulau Bawean.Â
Kami kembali ke Surabaya pada Jumat 8 Agustus kami dan memilih menaiki Kapal Express BlueJetSea karena Kapal Gili Iyang sedang tidak beroperasi. Pukul 13.00 kami memasuki kapal dan tiba di Pelabuhan Gresik sekitar pukul 16.45 WIB.
Penginapan
Setelah sampai di Pelabuhan, kami diantar menuju Hotel Miranda. Tempatnya sekitar 5 menit dari alun-alun. Biaya sewa mulai dari 250 ribu hingga 300 ribu saja, fasilitas dan pelayanannya bagus dan tentunya nyaman. Letaknya sangat strategis dan dikelilingi bangunan-bangunan penting serta tak lupa tempat berburu oleh-oleh khas Bawean.
Spot Snorkeling Terbaik
Dihari kedua kami disana, kami melakukan snorkeling di perairan tak jauh dari Pulau Gili dan Pulau Noko. Kalau kita searching di internet tentang Pulau Gili dan Pulau Noko, yang muncul adalah pantai pasir putih dengan air laut yang biru, serta keindahan bawah laut yang menyejukkan mata.Â
Perjalanan kami dimulai dari Pantai Mombhul, kemudian menaiki perahu hingga sampai spot snorkeling.Â
Kemudian untuk menjamin keamanan dan keselamatan, kami memasang peralatan snorkeling sebelum akhirnya kami turun ke air guna melihat pemandangan bawah lautnya. Dan apa yang terjadi? Sungguh pemandangannya jauh lebih indah dari gambar yang kami dapat dari internet. Memukau!
Setelah cukup kami menikmati keindahan bawah lautnya, kami beranjak menuju Pulau Noko yang letaknya berdampingan dengan Pulau Gili. Ohya, Pulau Gili dan Noko adalah dua dari beberapa pulau kecil yang mengelilingi Pulau Bawean.Â
Yang menjadi perbedaan diantara keduanya adalah Pulau Noko luasnya lebih kecil dari Pulau Gili dan tidak dihuni oleh manusia, sedangkan Pulau Gili dihuni kurang dari 700 Kepala Keluarga.Â
Pulau Noko terkenal dengan pantainya yang cantik nan asri, seperti belum banyak orang yang berkunjung kesana. Pasir putihnya yang bersih ditambah air lautnya yang hijau kebiruan menjadi pesona tersendiri. Siapa sangka di pulau yang kosong menyimpan surga tersembunyi. Tips untuk berkunjung ke Pulau Noko jangan lupa mengambil gambar dengan angle terbaik.Â
Ya karena keren banget tempatnya, sayang kalau tidak abadikan. Buat kalian yang suka atau sedang ingin mencari tempat yang pas untuk menyepi, Pulau Noko sangat cocok mewujudkannya.
Pulau Bawean dengan segala keindahan alamnya, masih menyimpan pesona lain yaitu hewan endemiknya. Rusa Bawean (Axis kuhlii)Â hanya dapat ditemukan di Bawean.Â
Spesies ini tergolong langka dan terancam punah. Diperkirakan hanya tersisa kurang dari 300 ekor di alam bebas. Di Bawean terdapat penangkaran rusa yang dikelola oleh pemerintah setempat. Beruntung saya dan rombongan berkesempatan berkunjung dan melihat betapa cantiknya Rusa Bawean secara langsung.Â
Terletak di daerah perbukitan di Desa Kepuh Teluk Kecamatan Tambak, akses menuju tempat ini lebih baik ditempuh menggunakan sepeda motor karena kondisi jalan yang sempit dan melewati pemukiman warga. Keunikan hewan yang menjadi Maskot Asian Games 2018 ini tinggi pejantannya hanya sekitar 60-70 cm, panjang ekornya 20 cm yang dari kepala hingga tubuh terhitung hanya sekitar 140 cm.Â
Bobot dewasanya hanya mencapai 50-60 kg saja. Memiliki tanduk bercabang tiga digunakannya untuk memenangkan betina di musim kawin (sumber: Wikipedia).Â
Keberadaannya asing dan bahkan tidak dikenal sebagai hewan endemik. Beruntungnya Rusa Bawean dapat dikenalkan kembali dan mendapat julukan Atung karena menjadi Maskot Asian Games.
Fakta Unik Bawean
Selama dua hari saya dan rombongan berkeliling di tempat-tempat unik nan cantik di Bawean, kami menemukan beberapa fakta unik diantaranya:
- Disebut Pulau Putri karena adanya cerita rakyat yang menyebar di dukung dengan banyaknya pemuda yang merantau ke luar Bawean sehingga tersisa kaum perempuan dan lansia saja yang tinggal dan menetap di pulau ini.
- Bahasa daerahnya serupa Bahasa Madura namun terdapat perbedaan.
- Tidak ada lampu lalu lintas (lampu merah).
- Di depan rumah warga banyak didapati balai (dalam bahasa Bawean dinamakan Durung).
- Belum ada minimarket seperti Alfamart dan Indomaret.
- Belum adanya elektronifikasi sistem pembayaran non tunai di Bawean. Padahal saat ini sedang disebarkan virus Gerakan Nasional Non Tunai yang bertujuan mempermudah transaksi serta mewujudkan less cash society.
- Dan merasa kurang jika keliling Baweannya cuma dua hari, hehe. Kode dari saya ini Pak Bu.
Masih banyak tempat menarik di Bawean yang belum sempat kami datangi, ingin rasanya kami kembali dan menjelajahi seluruh Bawean dengan segenap hati. Pesan saya tetap jaga lingkungan, jaga kebersihan sampah.Â
Kalau anak gunung bilang jaga lingkungan, jaga perasaan alam. Jangan ambil apapun selain sampah dan fotomu. Benar rayuan Pulau Bawean sangat berkesan, tapi jangan sampai merusak alam.Â
Sekian yang dapat saya bagi dalam tulisan ini, semoga bermanfaat. (wat)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H