Mohon tunggu...
Hani S.
Hani S. Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger | Dubber | Content Creator

Profesional Blogger | Profesional Dubber | Content Writer | Content Creator

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Selamat Ulang Tahun ke-40 Taman Mini Indonesia Indah

31 Maret 2015   20:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:43 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi anak daerah dengan segala keterbatasannya namun penuh mimpi, membuat ruang bebas gerak saya sangat terbatas. Harapan untuk bisa menjelajahi Negeri tercinta meambung tinggi, namun apa daya kaki tak sampai. Saya berasal dari Garut, dan satu gurauan teman-teman masa SMA yang tidak bias saya lupakan adalah " Garut merupakan Kota kecil yang bahkan di Peta pun tidak Nampak keberadaannya". Namun tentu saja itu hanya gurauan dan tidak merupakan hal sebenarnya, karena kenyataannya Garut merupakan satu Daerah yang dari waktu ke waktu terus mengalami perkembangan yang signifikan dari segi infrastuktur dan terutama peningkatan dari segi kuliner dan wisatanya. Walaupun saya akhirnya hijrah ke Ibukota, saya selalu meluangkan waktu untuk mengikuti perkembangan terbaru dari Kota kelahiran saya tersebut.

Mengapa saya mengawali tulisan ini dengan menceritakan sekilas tentang Garut? karena saya ingin siapapun yang membaca tulisan saya ini, baik yang sudah pernah pernah ke Garut ataupun belum, tahu bahwa di satu sudut Bumi Pertiwi ini ada kekayaan alam Indonesia yang sangat pantas di perjuangkan kelestariannya, dan semua ada di Garut.

[caption id="attachment_375993" align="aligncenter" width="300" caption="Saya dan Keindahan Darajat Garut"][/caption]

Kembali saya mengingat impian masa kecil saya yang bertekad berkeliling Nusantara dan sampai saya dewasa pun saya belum tahu kapan impian itu akan terwujud. Masalah waktu, masalah kondisi keuangan, ataupun kondisi fisik terkadang menjadi hambatannya. Tapi saya yakin, suatu saat impian itu akan terwujud. Saya yakin, bahwa saya "si wong ndeso" ini akan dapat "menyentuh" sendiri warisan-warisan luar biasa yang ada di belahan Indonesia. Saya juga meyakini, Tuhan akan selalu memberikan cara yang tepat dan di sesuaikan dengan kemampuan saya.

Betapa bahagia ketika kaki telah menginjak Ibukota, ketika kesempatan untuk mengembankan diri telah datang. Dan sampai akhirnya, impian saya pun semakin mendekat. Tibalah waktu dimana saya dapat mengunjungi TMII (Taman Mini Indonesia Indah) yang sempat beberapa kali saya lewati namun baru kali ini benar-benar mempunyai kesempatan menelusuri anjungan demi anjungan, berbagai Museum yang ada di dalamnya, dan juga begitu banyak hiburan yang mengobati rasa lelah setelah seharian "berkeliling Indonesia".

Akhirnyaaaa.. saya berkeliling Indonesiaaaaaa..

14278072091041936682
14278072091041936682

Tuhan begitu baik membuat sedemikian banyak kekayaan dan keindahan di Indonesia yang miniaturnya telah saya datangi. Kita patut bersyukur karena sempat memiliki Ibu Negara seperti Ibu Siti Hartinah Soeharto (yang biasa kita panggil Ibu Tien) yang tergerak untuk membangun TMII untuk membangkitkan kebanggaan dan rasa cinta terhadap bangsa dan Tanah air, serta untuk memperkenalkan Indonesia kepada bangsa-bangsa lain di Dunia. Walaupun Ibu Tien telah tiada, namun nama Beliau akan selalu harum di hati kita semua. Rasa cintanya terhadap Indonesia ditunjukkan salah satunya dengan dibangunnya TMII pada tanggal 20 April 1975, itu artinya hanya tinggal menghitung hari saja TMII genap berusia 40 Tahun.

Sepertinya Visi Misi pembangunan TMII untuk memperkenalkan kebudayaan dan kekayaan alam kepada Bangsa Indonesia dan Bangsa lain, berhasil. Saya yang merupakan penduduk asli Indonesia sempat tidak mengenal kebudayaan dan kekayaan Negeri saya sendiri, namun dengan mengunjungi TMII saya merasa melek informasi dan takjub akan banyak hal yang ada di sana.

1427807734417831986
1427807734417831986
14278077611831308504
14278077611831308504

Siang itu sangat terik ketika saya berkesempatan untuk menjelajahi TMII. Dengan bekal seadanya saya melewati pintu gerbangnya setelah membayar tiket yang seingat saya tidak mencapai sepuluh ribu rupiah (saat ini tiket masuk TMII Rp.10.000/orang). Di beberapa langkah pertama mata saya sudah dimanjakan dengan anjungan yang sangat indah (saya lupa anjungan apa), dan ketika melihat sekeliling saya semakin takjub dan tidak sabar ingin mengunjungi semua anjungan. Disaat yang sama saya belum menyadari betapa luasnya TMII itu.

14278072891929966472
14278072891929966472
Anjungan demi anjungan yang saya kunjungi ternyata tidaklah sebatas bangunan yang sesuai dengan kondisi di tempat asal yang sebenarnya, namun setelah saya masuk ke dalamnya, begitu banyak pernak pernik dan barang khas yang sesuai dengan anjungannya. Setiap langkah penuh dengan kekaguman yang luar biasa. Dalam hati saya bertanya "kemana saja saya selama ini?", Indonesia begitu kaya akan kebudayaan yang mungkin tidak hanya saya yang belum mengetahuinya.

Kehidupan masa kecil saya yang mempunyai banyak teman yang tinggal di Pontren (Pondok Pesantren) membuat saya tahu bahwa teman saya tidaklah hanya ada di Garut saja. Ternyata di Garut pun sangat banyak pendatang yang sengaja menimba ilmu. Waktu itu saya masih meraba dan membayangkan sendiri kira-kira seperti apa sih tempat tinggalnya si A di Medan, pun tempat tinggalnya si B di Makasar, dan tempat tinggal teman lainnya yang tesebar di berbagai penjuru di Indonesia. Saya penasaran seperti apa rasanya pulang kampung naik pesawat terbang, saya penasaran apakah di tempat tinggalnya nun jauh disana itu keluarganya berbicara dengan logat yang sama dengan teman-teman saya tersebut. Saya sudah mulai menyadari bahwa tidak semuanya orang berbicara dengan aksen/logat yang sama seperti saya, tidak semuanya memanggil saudara dengan sebutan “Aa atau Teteh” seperti saya, tidak semua teman-teman terbiasa makan dengan menu yang biasa ada di rumah saya. Sebagian menyukai rasa yang cenderung manis, sebagian lagi malah suka yang pedas-pedas (Seperti saya), ada yang terbiasa dengan lalapan tapi ada yang bahkan tidak suka makan dengan daun-daunan karena dianggap aneh.

14278111801953133807
14278111801953133807

Iya, kenyataannya adalah dari kecil saya telah menjadi anak yang “kaya”. Kaya akan begitu banyak teman yang berasal dari berbagai Provinsi dan daerah yang berbeda. Dan pada saat sedang di TMII lah saya mendapatkan gambaran yang nyata tentang kekayaan budaya tersebut, mulai dari anjungan yang mempunyai keunikan sendiri-sendiri, bahasa, makanan/pakaian khas, dan sebagainya. Semoga teman-teman saya membaca tulisan ini dan mengetahui betapa saya merindukan mereka semua saat ini.

Oke, petualangan berlanjut. Dan ternyata kaki saya mulai protes, cuaca panas dan luasnya TMII membuat saya memutuskan untuk menyewa sepeda saja. Dengan tarif yang sangat murah dan KTP asli saya di simpan oleh pihak penyewa sebagai jaminan, maka saya sudah diperbolehkan memilih sepeda yang nyaman untuk saya. Sayang sekali saya tidak sempat mengabadikan moment bersepeda ini, goesan demi goesan yang membawa saya ke tempat yang sering saya lihat di TV.

142780742036517947
142780742036517947
1427807467815887955
1427807467815887955
1427807501350076585
1427807501350076585

Danau itu terbentang di depan mata saya, danau yang sebelumnya saya lihat di media saja sekarang benar-benar ada di hadapan saya. Dengan dikelilingi rumput nan hijau yang di setiap beberapa meternya terdapat kursi untuk para pengunjung, membuat saya tidak sabar untuk duduk di salah satunya. Dan gong nya tentu saja adalah pulau-pulau yang ada di tengah danau itu, yang merupakan miniatur Indonesia.

14278075381054092017
14278075381054092017

Suasanananya sejuk dan mendamaikan hati. Namun saya merasa belum puas kalau hanya menikmati danau hanya di sisinya saja, saya menyempurnakan petualangan saya di TMII dengan menaiki kereta gantung yang memberikan “Surga dunia” dengan suguhan mahakarya yang terlihat di atasnya. Seolah sedang berada di angkasa luar dan melihat Negara saya sendiri dalam versi mini, pulau-pulau itu lengkap dan jelas sekali. Dari mulai pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Papua, semua indah.

1427807582170220507
1427807582170220507

Tidak semua anjungan dapat saya singgahi karena keterbatasan waktu, namun dari situ saya dapat menyimpulkan betapa kayanya budaya di Indonesia, beraneka ragam kesenian, adat istiadat, bahasa dan ide-ide genius dari para penerus bangsa yang akan terus berkembang.

Saya yakin masih banyak teman-teman saya yang belum tahu bahwa dengan berjelajah di TMII, kita akan seperti mempunyai pesawat pribadi yang akan membawa kita dari satu Provinsi ke Provinsi lainnya.

1427807684693356825
1427807684693356825

Dengan  keterbatasan waktu yang dimiliki beberapa orang, TMII merupakan jawaban dan solusi untuk dapat mengenal lebih dekat kekayaan alam dan kebudayaan Bangsa kita tercinta. Tidak perlu mahal, tidak perlu jauh, tidak perlu lama. Cukup luangkan waktu sehari saja untuk dapat berkeliling Indonesia di TMII dan juga menikmati berbagai museum, Tetaer IMAX Keong Mas dan Teater Tanah Airku.

Dan di kesempatan ini, saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk menyampaikan rasa syukur saya atas bertambahnya usia TMII yang di Tahun 2015 ini menginjak ke 40 Tahun. Jaya terus TMII, kami bangga memilikimu di Negeri ini, warisan budaya untuk anak cucu yang pantas di lestarikan dari waktu ke waktu, tetaplah menjadi icon dan identitas taman wisata bertema budaya Indonesia dengan segala kekayaannya. Saya cinta TMII, kami cinta TMII.

Referensi : http://tamanmini.com/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun