Mohon tunggu...
Tri Ngupadi
Tri Ngupadi Mohon Tunggu... -

Konselor Sekolah/ Guru pembimbing di SMP Negeri 2 Tegalombo Pacitan Jawa Timur. Tinggal di Ponorogo, tertarik dengan bidang pendidikan pada umumnya dan khususnya bimbingan konseling di setting sekolah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Cara Terbaik agar Anak Terhindar dari Bencana 2012

29 November 2009   05:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:09 1380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sudah menonton film 2012 di internet?. Benarkah generasi yang selamat nanti mereka yang banyak uang (untuk membeli tiket berangkat di suatu tempat di China). Kalau kisah Nabi Nuh, mereka yang selamat adalah mereka yang patuh dan percaya adanya Tuhan, dan hewan dicarikan secara berpasangan. Sedangkan adat di Jawa (yang sudah berlangsung berabad-abad), agar kita selamat kita  disarankan mengadakan "ruwatan". Pesan apakah sebenarnya yang ingin disampaikan dalam upacara "ruwatan ini?"

Anak (baca: generasi penerus)  adalah mutiara, yang siang dan malam diusap dan digosok orang tuannya agar senantiasa mengkilap dan bersinar. Tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuan bakat, minat dan kreatifitasnya secara maksimal. Anak adalah amanah Tuhan, yang harus kita besarkan  dan kita perkenalkan tentang siapa dirinya , siapa keluarga dan lingkungannya.

Bermacam cara dilakukan orang tua dalam mengajar dan mendidik anak. Ada yang mulai kecil sudah dimasukkan play group dan TK (tanpa mau tahu berapapun biayanya), ada yang dari kecil sudah diles privat menari, menyanyi, modelling dan sebagainya.

Ada juga orang tua yang senantiasa tak kuasa menolak apapun yang diminta anaknya. Apalagi orang tua yang menyadari bahwa dia sedikit waktu untuk memperhatikan anaknya, dianggapnya pemberian kebebasan kepada anak untuk melakukan dan meminta apapun keinginannya adalah  sebuah kompensasi yang tepat. Akibatnya anak menjadi manja, tidak tahan banting (gampang mengadu) dan cengeng!

Ruwatan Jawa

Menurut Dinas pariwisata Kota Semarang , ruwatan adalah prosesi spiritual untuk membuang kesialan hidup orang-orang yang sedang dalam sukerta (susah) Orang-orang sukerta ini, menurut cerita  adalah orang-orang yang akan dimangsa oleh Batara Kala. Untuk keluar dari sukerta seseorang harus diruwat.Dalam upacara ini seorang dalang melakukan penyiraman air suci dan penguntingan rambut kepada peserta ruwat dan kemudian dilarung ke laut.

Makna ruwatan (terjemahan wikipedia) adalah



  1. Mengembalikan, adalah mengembalikan kepada keadaan sebelumnya

  2. Membebaskan, adalah membebaskan dari ancaman mara bahaya atau bencana yang mengancam.

Sejarah Ruwatan

Adalah Raksasa Bethara Kala anak dari Bethara Guru suatu hari menuntut makan kepada Ayahandanya. Kemudian dia diperbolehkan makan manusia dengan ciri-ciri diantaranya sebagai berikut:


Tetapi, Bethara Kala tidak akan bisa memangsa manusia diatas, kalau manusia tersebut bisa membaca “Rajah Kala Cakra”. Rajah tersebut terletak di Kening, Dada dan di Punggung.

Sekarang yang menjadi pertanyaan, haruskah kita menyelenggarakan ruwatan seperti pada adat Jawa? Lepas dari ada keinginan mengadakan ruwatan atau tidak, sebenarnya ada beberapa catatan yang bisa kita ambil dari prosesi ruwatan.


  1. Istilah Raksasa Bethara Kala, bisa kita artikan kala adalah waktu dan atau bencana.
  2. Anak tunggal (ontang anting), anak kembar dan seterusnya yang akan menjadi mangsa Bathara Kala, biasanya mempunyai kecenderungan di manja oleh orang tuanya.
  3. Rajah Kala Cakra yang terletak di kening (berfikir/kognitif), di dada (merasakan/afektif) dan di pundak (tempat beban/ psikomotorik).


Makna apa yang bisa kita petik?

Di pandang  dari berbagai perspektif, tentunya banyak sekali makna yang terkandung dalam ruwatan. Dan menurut hemat saya, orang tua yang memanjakan anaknya dengan berbagai alasan, misalnya karena anak tunggal sehingga apapun keinginan anak akan dipenuhi oleh orang tua, anak tidak mempunyai saingan di keluarga dan sebagainya. Kemudian anak kembar, biasanya sangat menggemaskan (ada kecenderungan di manja dan di istimewakan, anak-anak seperti ini apabila di biarkan terus bermanja-manja maka dia akan banyak kehilangan waktu.           –untuk tumbuh kembang– istilahnya waktunya habis dimakan Bethara Kala.

Bagaimana cara mengatasinya?

Belajar!!! Dengaan belajar anak akan bisa membaca tulisan atau Rajah Kala Cakra, yang ada di :


  1. Di Kening, Kening adalah tempat otak untuk berfikir(aspek kognitif). Jelas dengan belajar akan mengasah daya pikir kita
  2. Di dada, adalah tempat hati, untuk merasakan (aspek afektif). Dengan belajar di sekolah, selain anak diajari berbagai mata pelajaran, anak juga diajarkan bagaimana bersosialisasi dengan teman, guru dan warga sekolah lainnya. Harapannya anak akan dilatih bagaimana berempati dan peduli sesamanya.
  3. Di punggung, punggung adalah tempat beban, untuk mengangkat beban itu butuh tenaga, tenaga menghasilkan gerak (aspek psikomotorik). Jelasnya di sekolah siswa juga dibekali berbagai macam ketrampilan untuk menjadi siswa yang mandiri.


Kesimpulan

Dengan bersekolah dengan benar, berarti anak berusaha untuk terbebas dari bencana, berusaha memaksimalkan dan memaknai waktu yang dilewatinya, untuk memperoleh bekal  kemampuan, sikap  dan ketrampilan demi meraih cita-cita di masa depan.

Anda sependapat? Sukses remaja Indonesia.

Ctt.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun