Penyebab skizofrenia tidak sepenuhnya dipahami, tetapi dipercaya melibatkan kombinasi genetik, faktor lingkungan, dan perubahan kimia otak.
Pendiri Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) Bagus Utomo mengatakan tragedi semacam ini semestinya bisa dicegah andai indikasi gangguan jiwa itu dapat dideteksi dan diatasi lebih dini.
Dikutip dari BBC News Indonesia, "Ini kan kasus yang sebenarnya terlambat ditangani, terlambat diobati. Tapi akhirnya orang jadi takut misalnya, 'Kalau saya menikah dengan orang skizofrenia jadi seperti ini'. Ketika mereka mau bekerja, menjalani pendidikan, jadi dianggap seperti itu. Kesannya jadi sangat keji, padahal itu di luar kendali diri dia," kata Bagus kepada BBC News Indonesia pada Minggu (10/03).
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Bekasi AKBP Muhammad Firdaus mengatakan pelaku yang berinisial SNF mengalami halusinasi dan mengaku mendapat "bisikan gaib" untuk melakukan hal itu.
"Berdasarkan keterangan suaminya, tersangka ini sudah dua bulan terakhir menunjukkan prilaku aneh, tapi belum ada tindakan [deteksi dan pemeriksaan gangguan jiwa]," kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Bekasi AKBP Muhammad Firdaus kepada wartawan.
Setelah kejadian ini, SNF terindikasi mengidap skizofrenia berdasarkan asesmen psikologi yang melibatkan psikolog dari Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Bekasi.
Dokter spesialis kejiwaan sekaligus pengurus Persatuan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), Lahargo Kembaren mengatakan tindak kriminal yang dilakukan oleh penderita gangguan jiwa berat terjadi karena gejala-gejala yang mereka alami tidak segera diobati.
Sebagai penutup, saya ingin menambahkan opini saya terkait kasus ini. Setelah adanya atau terjadinya kasus seperti ini, saya berharap agar kita sebagai masyarakat bisa lebih peduli dan memberikan perhatiannya terhadap seseorang yang dirasa memiliki masalah atau gangguan pada kejiwaannya. Penyakit kejiwaan seperti ini bukanlah suatu masalah yang bisa dianggap sebagai suatu masalah yang kecil. Saya berharap agar kita sebagai masyarakat maupun aparat pemerintahan agar lebih memperhatikan kasus-kasus penyakit dan masalah kejiwaan seperti ini, sehingga diharapkan  hal yang sama tidak akan terjadi kembali di kemudian hari.
Wasilul Arham
Prodi Ilmu Hukum
Universitas Pamulang