Tiba-tiba saja cuitan teranyar Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi perhatian publik dan mengundang pro dan kontra. Di satu sisi wajar karena SBY tokoh bangsa, Presiden ke-6 Republik Indonesia (RI). Apa yang ia katakan tentunya akan menjadi magnet dan mengundang komentar banyak pihak.
"Ya Allah, Tuhan YME. Negara kok jadi begini. Juru fitnah & penyebar ‘hoax’ berkuasa & merajalela. Kapan rakyat & yang lemah menang?" Demikianlah cuitan SBY di Twitter yang kemudian ditanggapi beragam oleh publik.
Ada yang menanggapi secara nyinyir. Contoh komentar netizen dengan akun @RinjaniJB, “Heran sama pepo. Setiap pak Jokowi habis silaturahmi sama tokoh-tokoh nasional & negarawan, pasti deh pepobapeerrr...."
Background-nya Presiden Jokowi baru saja menerima kunjungan Presiden ke-3 RI BJ Habibie dan wakil presiden era Soeharto, Try Sutrisno. Komentar nyinyir itu juga dihubung-hubungkan dengan dulu SBY mengeluarkan pernyataan tentang kondisi terkini Indonesia, berkenaan dengan kasus Ahok, dll.
Lalu ada juga komentar memuji SBY dan nyinyir kepada Jokowi. Contohnya akun @corazon_rizky yang mengatakan, “Keliatan sekali emang pak kelasnya, di era pak SBY gak ada kisruh sampai tercerai berai kayak sekarang ini. Hoax bikin rusuh."
Coba benturkan SBY dan Jokowi
Ada satu persamaan antara dua komen di atas. Keduanya, baik yang nyinyir maupun memuji SBY, mencoba membenturkan SBY dengan Jokowi. Seolah-olah hubungan di antara keduanya buruk. Seolah SBY dan Jokowi saling bertentangan satu sama lain, bermusuhan. Seolah-olah SBY marah karena tak diundang Jokowi ke Istana dan seolah-olah SBY menyalahkan Jokowi sebagai penyebab atas berbagai masalah yang terjadi sekarang.
Satu hal yang perlu disadari, semua itu adalah seolah-olah. Faktanya, sebagai tokoh dan mantan presiden, SBY tentunya tak akan sembarangan mengeluarkan pernyataan. Ia pasti sudah mempertimbangkan dengan matang dan ia memaksudkan komentarnya itu sebagai bentuk kritik dan introspeksi bagi semua elemen bangsa, tak terkecuali.
Hal itu dikonfirmasi dengan jelas oleh Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Roy Suryo. "Itu kalimat yang clear. (Untuk) introspeksi kita semua saja," jelas Roy seperti dikutip dari Detik.com.
Sebaliknya Jokowi, dengan pembawaannya yang tenang dan santai dan juga sebagai presiden, maka ia akan dengan terbuka terhadap setiap kritik dan masukan. Dalam konteks ini, pasti Jokowi takkan merasa apa yang dikatakan SBY sebagai bentuk “serangan” terhadap dirinya. Kritik, masukan, saran, apa pun itu, baik untuk perbaikan pemerintahan Jokowi ke depan. Jadi, tak ada alasan bagi Jokowi tersinggung dengan pernyataan Jokowi.
Masalahnya ada di perkara dukung mendukung. Pernyataan-pernyataan para pendukung kedua tokoh (SBY-Jokowi) , terutama di media sosial, sering kepo dan merekayasa. Banyak komentar yang terindikasi mencoba mengadu domba SBY dan Jokowi. SBY dan Jokowi bermusuhan lah, SBY lebay dan baper lah, SBY menghalalkan segala cara demi anaknya lah, Jokowi tak suka SBY lah, dan lain-lain.
Lalu, apakah kalian mau bilang SBY tak boleh mengkritik (katakanlah kepada Jokowi)? Lalu apakah Jokowi juga antikritik? Apakah itu yang mau kalian katakan?
No, no, no… Jangan jadi pengadu domba! Jangan mengada-ngada! SBY boleh mengkritik apa saja dan saya yakin Jokowi pun tidak antikritik. Jokowi selalu terbuka mendengarkan siapa saja. Jokowi menjalankan negara ini dengan demokratis dan jauh dari otoriterianisme. Ingat itu dan jayalah negeri ini! (WK)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H