Ini contoh beberapa ungkapan yang menggambarkan sulitnya jadi presiden. “Serba salah jadi presiden,” atau “tak kan bisa presiden memuaskan semua pihak,” atau “presiden disalahkan secara tidak fair oleh pihak yang tak suka.” Silakan pilih saja mana ungkapan yang Anda suka. Apa toh ini?
Ini lho, soal Presiden Jokowi melakukan kunjungan kenegaraan ke Iran yang dinilai tidak sensitif terhadap perasaan mayoritas umat Islam Indonesia. Lho kok bisa?!
Background munculnya kritik
Begini, sebagian kita tentu sudah paham apa yang terjadi di Suriah (Aleppo). Aleppo yang menjadi stronghold (basis) pemberontak (Sunni) baru saja dibombardir oleh pasukan pemerintah Bashar Al Assad (Syiah). Serangan tak manusia itu diprotes dan dikecam keras oleh dunia Islam (mayoritas Sunni). Nah, pada saat hampir bersamaan, Presiden Jokowi mengunjungi Iran (negara Syiah dan pendukung Al Assad).
Jadi, jelas ya latar belakang munculnya kritik tidak sensitif kepada Jokowi. Jokowi dianggap menyakiti hati masyarakat umat Islam Indonesia yang mayoritas Sunni. Kritik semacam itu banyak dimuat di media-media online yang berbasis audience muslim.
Menjawab kritik
Sebetulnya kritik ya bagus saja, untuk perbaikan dan masukan. Tapi baiknya kritik ya dijawab dengan fakta. Bukan dengan argumen tak jelas yang hanya untuk berkilah. Ada beberapa jawaban atas kritik tersebut.
Jawaban pertama, apakah Jokowi ke Iran berarti Jokowi berpihak ke Assad? Setidaknya jika Anda berkata iya, Anda harus membuktikannya.
Kedua, Jokowi bertemu pemimpin Iran juga membahas konflik di berbagai belahan dunia Islam. Jokowi dan Presiden Iran Hassan Rouhani tak hanya membahas masalah Timur Tengah, tetapi juga soal nasib muslim Rohingya di Myanmar. Hal yang paling disoroti adalah mengenai penyelesaian konflik.
"Indonesia kembali menekankan pentingnya pendekatan dialog secara damai dalam menyelesaikan berbagai konflik di berbagai kawasan baik di Timur Tengah, Suriah, Yaman dan juga Myanmar," kata Jokowi dalam pernyataan pers bersama Rouhani di Istana Sa'dabad, Teheran, Iran, Rabu (14/12/2016). Demikian seperti dikutip dari Detik.com.
Jokowi juga menegaskan, Indonesia akan terus aktif memainkan perannya untuk mewujudkan perdamaian dunia. Selain isu perdamaian, Indonesia juga akan berperan dalam kesejahteraan.