[caption id="attachment_365709" align="aligncenter" width="600" caption="Pemotongan bantuan Australia berarti berkurangnya jumlah anak-anak Indonesia yang divaksinasi dan berkurangnya jumlah anak perempuan yang bisa masuk sekolah. (sumber foto: theguardian.com)"][/caption]
PM Australia Tony Abbot membuktikan ancamannya terhadap Indonesia. Pasca eksekusi mati duo Bali Nine warga negara Australia, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, Abbot menyatakan akan mengambil langkah-langkah protes yang bisa dirasakan langsung oleh Indonesia. Bentuk “balas dendam” Australia yaitu pemotongan bantuan untuk Indonesia sebesar 40 Persen.
Australia memotong dana bantuan untuk Indonesia dari 605 juta dolar di tahun 2014 menjadi 366 juta dolar untuk tahun anggaran 2015/2016. Demikian terungkap dalam RAPBN 2015/2016 yang disampaikan Menteri Keuangan Joe Hockey.
Hockey membantah pemotongan bantuan itu sebagai bentuk “hukuman” bagi Indonesia. "Jauhkan pikiran seperti itu... Sama sekali tidak benar," kata Hockey. Kenyataannya, tambah dia bantuan Australia untuk berbagai negara juga dikurangi.
Hanya saja Pak Hockey, dari keseluruhan bantuan untuk berbagai negara, pemotongan untuk Indonesia adalah yang paling besar, mencapai 20 persen dari keseluruhan pemotongan bantuan. Untuk detilnya silakan dibaca di sini: http://bit.ly/1E4O4gB. Orang tak akan sulit menjelaskan mengapa Indonesia paling besar dipotong bantuannya kan, Pak Hockey?
Dikecam aktivis Australia
Pihak Indonesia bersikap biasa saja dengan pemotongan bantuan ini. Yang bersikap keras dan mengecam justru dari internal Australia sendiri. Salah satunya adalah Mat Tinkler, aktivis LSM Save the Children. Tinkler menyatakan kalangan masyarakat paling lemah di Indonesia akan merasakan dampak dari pemotongan bantuan ini.
"Dampaknya adalah, berkurangnya jumlah anak-anak yang divaksinasi, berkurangnya jumlah anak perempuan yang bisa masuk sekolah, berkurangnya jumlah wanita yang mendapatkan pemberdayaan." jelas Tinkler kepada ABC. "Kita adalah salah satu negara makmur di dunia dan jelas paling makmur di kawasan, tapi sekarang kita menunjukkan diri sebagai tetangga yang pelit," tambah Tinkler.
Empati Tinkler inilah yang menginspirasi saya untuk member judul “Demi Pengedar Narkoba, Australia Abaikan Anak Indonesia”. Betapa naifnya pemerintahan Tony Abbot, betapa egoisnya juga. Demi melampiaskan rasa marah karena eksekusi mati dua pengedar narkoba, lalu mereka tak punya perasaan mengabaikan nasib anak-anak Indonesia! Memalukan!
But anyway…
Saya bahagia dengan komentar juru bicara kedubes RI di Australia, Arrmanatha Nasir. Dia bilang dia setuju dengan alasan Hockey bahwa pengurangan bantuan tersebut tak ada hubungannya dengan eksekusi mati Chan dan Syukumaran. “Argumen bahwa itu (pemotongan) adalah bentuk balas dendam tidaklah masuk akal,” tandas Nasir.
Lalu Nasir menjelaskan kepada media Australia bahwa Indonesia saat ini cukup mampu menanggulangi biaya apapun yang dibutuhkan Indonesia. “Saat ini Indonesia bukanlah negara yang tergantung pada negara luar untuk pembangunan kami,” tandasnya.
Go to hell with your aid, Aussie!!!
Dan satu hal lagi, Pak Jokowi pun rasanya harus mulai mempertimbangkan reaksi atas aksi (pemotongan bantuan) yang dilakukan Australia ini. Stop impor sapi Australia, Pak? Waktu yang tepat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H