[caption id="attachment_364310" align="aligncenter" width="465" caption="Ilustrasi. Hubungan dagang Indonesia-Australia yang terbesar adalah impor sapi. (sumber foto: news.com.au)"][/caption]
Australia boleh marah gara-gara eksekusi mati Andrew Chan dan Myuran Sukumaran. Silakan tarik dubes dari Indonesia. Silakan batalkan bantuan buat Indonesia. Tapi hati-hati, jangan bertindak berlebihan. Saat itu terjadi, Indonesia sudah harus siap “membalasnya” tanpa ragu, penuh ketegasan. Pada titik itu, Australia harus paham bahwa mereka tak boleh meremehkan Indonesia.
Apa kira-kira yang akan dilakukan Australia terhadap Indonesia?
Setelah PM Tony Abbot menarik dubesnya dari Jakarta, berbagai pihak di Australia mendesak agar pemerintahan Abbot mengambil tindakan yang lebih tegas terhadap Indonesia. Tindakan apa kira-kira yang akan mereka ambil?
Ada pihak yang mewacanakan agar Australia menghentikan bantuan sosial kepada Indonesia. Ada juga yang mewacanakan Australia membatalkan semua kerja sama bilateral, termasuk kunjungan-kunjungan antar kedua negara. Ada juga yang mewacanakan boikot Indonesia seperti yang kita bisa lihat di Twitter, hashtag #BoycottIndonesia (tidak hanya Bali sebagaimana isu awalnya).
Terakhir, Abbot bisa saja membatalkan seluruh kerja sama ekonomi dengan Indonesia. Untuk yang terakhir ini, nampaknya Abbot mesti berhitung ulang. Siapa yang lebih rugi jika kerja sama ekonomi dibatalkan, Indonesia atau negaranya sendiri?
Mari kita simak komentar beberapa pengamat Australia
Analis politik di Australia bernama Aaron Connolly, mengatakan bahwa tindakan diplomatik Pemerintah Australia untuk menarik dubes untuk Indonesia pasca-eksekusi terhadap Andrew Chan dan Myuran Sukumaran bisa menjadi bumerang. Penarikan duta besar, menurut Connolly, justru mengisyaratkan bahwa PM Abbott memandang hubungan dengan Indonesia sangatlah penting.
"…dalam hal hubungan, Indonesia percaya bahwa Australia lebih memerlukan Indonesia ketimbang negaranya memerlukan Australia," ujarnya.
Analis ekonomi asal Australia, Ross Taylor, juga memperingatkan Australia agar tidak bertindak berlebihan. Tindakan yang berlebihan terhadap Indonesia akan membahayakan Australia secara ekonomi. Taylor menceritakan bahwa investor-investor asal Australia dan negara Erop lain saat ini sedang bersaing dengan investor-investor asal China memperebutkan proyek infrastruktur.
"Sebuah larangan atau penarikan perusahaan-perusahaan Australia dari Indonesia saat ini, akan menjadi sentimen yang buruk di Jakarta. Kita lah yang butuh bisnis ini, dan kita lah yang harus mempertimbangkan respon kita dengan sangat hati-hati,” ujar Taylor.
Peternak sapi Australia bisa nangis!
Tahukah Anda perdagangan antara Indonesia dan Australia sebesar 15 miliar dollar, didominasi ekspor ternak (sapi) dan gandum. Itulah mengapa Catherine Livingstone dari Business Council of Australia, yang pernah ikut delegasi bisnis Tony Abbot ke Indonesia mengatakan hubungan bisnis antar kedua negara tak boleh terganggu.
Kita lihat ke belakang. Australia pernah mengeluarkan kebijakan menghentikan sementara ekspor ternak sapi ke Indonesia pada 2011. Tahukah Anda, hingga kini dampak dari kebijakan itu masih dirasakan oleh peternak Australia. "Kita masih merasakan dampaknya hingga hari ini," ujar David Stoate, pemilik peternakan di Kimberley, Australia Barat bagian utara.
"Beberapa tahun setelah ekspor dihentikan terasa cukup sulit, dengan jumlah ternak yang diekspor berkurang, sehingga perdagangan pun menjadi terbatas," tambahnya. Kawasan Utara Australia telah menjadi mitra Indonesia yang cukup lama dalam industri ternak sapi.
Sementara itu Ashley James, eksportir sapi ke Indonesia dari Frontier International Agri mengatakan Indonesia sudah lama menjadi mitra perdagangan ekspor ternak dari Australia utara. "Australia bisa menggembangbiakkan ternak di Kawasan Utara, tetapi tidak bisa menggemukkan. Indonesia kesulitan untuk menggembangbiakkan, tetapi mampu menggemukkan. Jadi kemitraan kita sempurna," jelas James.
Jadi, kalau Indonesia mau membalas Australia?
Mudah saja! Stop impor sapi dari Australia. Indonesia bisa beralih membeli sapi dari Malaysia, Filipina, Jepang, Kanada, dll. Lalu usir pengusaha-pengusaha dan investor asal Australia. Jangan berikan mereka peluang untuk mengelola proyek di Indonesia. Apa Abbot lupa kalau di Bali itu banyak bisnis milik orang Australia? Kalau mau memboikot Bali, siapa yang rugi, ya?
Jika Australia masih keukeuh bertindak gegabah, lepaskan seluruh imigran gelap ke Australia. Demikian seperti yang pernah diancamkan seorang politisi Indonesia. Austrlia tak sadar bahwa kalau tidak ada Indonesia, mereka akan punya masalah besar dalam hal imigran gelap.
Jadi, Indonesia tak tergantung kepada Australia. Justru Australia lah yang rugi jika hubungan diplomatik putus. Kasian deh Australia..hehe! (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H