Bangun pagi, menyalakan TV, kebetulan channel terakhir Metro TV. Ada diskusi pagi, temanya tentang adanya gerakan yang hendak mengacaukan pemilihan umum. Yang menjadi kutipan utamanya adalah pernyataan Wasekjen PDIP Hasto Kristiyanto. "Kami dapat informasi dari intelijen, dalang kekacauan Pemilu adalah bapak Megaloma dan ibu Nia. Kalau itu bertemu menjadi Megalomania," kata Hasto.
Yang menjadi narasumber dalam diskusi pagi itu adalah Sekjen PDIP, Tjahjo Kumolo, pengamat politik Ray Rangkuti dan mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (Bais), Soleman B Ponto.
Temanya terdengar bombastis sekali. Tuduhan adanya kelompok yang mau mengacaukan pemilu dan dalang kekacauan Pemilu adalah bapak Megaloma dan ibu Nia (Megalomania). Hasto juga mengungkapkan adanya operasi intelijen bawah tanah juga digerakkan dengan kode-kode burung telah dijalankan, seperti 'Gagak Hitam', 'Alap-alap' dan 'Merpati'.
Hasto lebih lanjut menyatakan kekhawatiran Indonesia bisa jadi seperti Thailand, seperti Suriah. Luar biasa sekali, heboh sekali, sepertinya dunia mau kimata kalau mendengarkan pernyataan Hasto itu. Pernyataan senada juga kerap dilontarkan oleh Tjahjo, ya jelas karena satu partai. Mungkin itu strategi.
Apa kata Wawan?
Pengamat intelijen Wawan Purwanto membenarkan adanya “Megalomania” tersebut"Sebenarnya, sudah banyak pihak yang mengetahui hal ini," ucap Wawan. Siapa sosok Megalomania ini? Menurut Wawan, mereka adalah orang per orang tapi memiliki afiliasi baik dengan partai politik tertentu mapun organisasi internasional. Biasanya, teknologi canggih yang digunakan pihak ini dalam mengacau berasal dari asing. "Teknologinya berasal dari luar," imbuhnya.
Acaman dari Megalomania ini, lanjutnya, sangat berbahaya. Jika tidak tertangani, hasil pemilu bisa dimanupulasi. Kekacauan bisa terjadi di mana-mana. Akhirnya, rakyat bisa tidak percaya lagi pada proses demokrasi. "Ini sangat bahaya. Nanti orang tidak percaya lagi dengan pelaksanaan pemilu. Apalagi, sekarang sudah mulai muncul orang yang acuh tak acuh dengan pemilu dan banyak seruan golput," jelasnya.
Mendengar analisa Wawan itu, saya membayangkan wajah sumringah Hasto karena mendapat dukungan. Padahal Wawan di akhir komentarnya menyatakan pihak keamanan, baik polisi maupun TNI sudah sigap. Semua berkerja baik agar pelaksanaan pemilu tetap berada di koridor yang benar.
Bukan intelijen
Kembali ke acara diskusi pagi di Metro TV, pagi tadi, pembawa acara lalu beralih kepada Soleman B Ponto, dengan maksud mengonfirmasi aksi intelijen di balik aksi Megalomania itu. Soleman yang mantan kepala BAIS malah meragukan adanya aksi intelijen.
“Intelijen kok tidak intelligence (pintar)…haha,” seloroh Soleman. Ia menekankan jika itu benar-benar aksi intelijen sungguhan, maka tidak akan ketahuan oleh publik. Kalau aksi intelijen ketahuan publik, lanjut Soleman, ya sudah gagal. Maka, Soleman yakin benar bahwa tidak mungkin intelijen sungguhan melakukan aksi intelijen.
Namun demikina, Soleman tak menutup kemungkinan adanya aksi intelijen yang dilakukan kelompok-kelompok. “Intelijen bisa dilakukan oleh siapa saja, oleh perusahaan bisa, oleh partai juga bisa,” tandasnya.
Jadi Hasto, ayo coba “mainan” apalagi yang Anda punya. Coba dikeluarkan biar ramai sekalian. Tapi ya jangan ngawur-ngawur banget ya. Gara-gara kecewa dengan kekalahan PDIP di Bali, merembet kemana-mana menyalahkan orang. …ckckckck!(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H