Mohon tunggu...
Wasiat Kumbakarna
Wasiat Kumbakarna Mohon Tunggu... karyawan swasta -

melihat sesuatu dengan lebih cerdas dan tenang

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Soal Komitmen Jadi Kendala Koalisi SBY-Mega!

29 April 2014   15:55 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:04 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pernyataan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Youtube soal kesediaannya bertemu dan membahas soal pemimpin RI selanjutnya dengan ketua umum PDIP, Megawati Sukarnoputri, ternyata membuat kubu capres Jokowi jadi berharap. Sampai-sampai Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo pun merevisi pernyataannya.

"Masa orang (SBY) datang ditolak," ujar Tjahjo dalam sebuah diskusi di salah satu tv nasional. Itu cukup mengagetkan karena sebelumnya Tjahjo seolah menutup peluang koalisi dengan Demokrat pimpinan SBY. Sebelumnya Tjahjo mengatakan, pertemuan Mega dengan SBY bukan hal mendesak. Dan sebenarnya tidak ada masalah antara ketua umum partainya dengan SBY.

Di pernyataan selanjutnya, Tjahjo terlihat sekali berharap. "Kalau mau ketemu mengalir saja. Nggak usah pakai perantara atau calo, dan nggak usah pakai media Youtube. Ketemu saja," harap Tjahjo.

Perubahaan sikap Tjahjo bisa ditengarai sebagai sebuah bentuk “rasa frustasi” terhadap peta koalisi jelang Pilpres 9 Juli yang semakin tak menentu. Baik Tjahjo, Mega maupun PDIP tahu benar jika partainya berkoalisi dengan Demokrat (mendapat dukungan SBY), maka hampir dipastikan mereka akan menang mudah melawan Prabowo Subianto. Maka, nampaknya kubu Jokowi tak akan ragu menggadaikan diri berkoalisi dengan SBY dan Demokrat yang selama ini mereka kritik!

Mungkinkah koalisi PDIP-Demokrat?

Namanya juga dunia politik, PDIP dan Demokrat pun mungkin saja berkoalisi di Pilpres nanti. Tak ada lawan yang abadi dalam politik, yang ada kepentingan yang sama. Namun beberapa pihak dan pengamat politik menilai ada handicap soal koalisi PDIP dan Demokrat. Soal komitmen dan integritas bakal menjadi kendala koalisi ini terbentuk.

Menurut pengamat Hukum Tata Negara dari Universitas Parahyangan, Asep Warlan Yusuf, pengalaman SBY selama 10 tahun memimpin bangsa dan menjaga koalisi berdasar pada komitmen. "Soal komitmen dan integritas koalisi, SBY punya jam terbang tersendiri," tegasnya.

Sementara itu, di kubu Jokowi, komitmen sepertinya hal yang mahal. Kita ingat bagaimana Mega dan PDIP mengkhianati komitmen Batu Tulis dengan Prabowo. Kita juga ingat bagaimana Jokowi mengkhianati komitmennya untuk lima tahun menyelesaikan masalah Jakarta, saat Pilgub lalu.

Bukan tidak mungkin nanti pun kubu Jokowi akan mengkhianati komitmen koalisi dengan SBY. Tentu saja, ini menjadi bahan pertimbangan utama bagi SBY. Karena bagi SBY, sebuah koalisi hanya akan bisa bertahan dan bekerja demi bangsa dan negara, jika komitmen dan integritas koalisi dijaga dengan teguh!

Mending juga SBY berkoalisi dengan Prabowo

Jika ukurannya komitmen dan integritas, maka mungkin lebih baik SBY berkoalisi dengan Prabowo saja di Pilpres nanti. Jelas sekali Prabowo adalah orang yang lebih memegang komitmen dan lebih berintegrasi terhadap kepentingan bangsa dan negara. Kita bisa lihat dari visi dan misi yang kerap dikemukakan Prabowo.

Jika ditambah Golkar, PAN, PPP, dan PKB, maka koalisi besar Demokrat-Gerindra bakal mampu menghadapi koalisi PDIP-Nasdem. Koalisi Demokrat-Gerindra-Golkar-PPP-PAN-PKB juga bakal membuat perimbangan yang baik natara legislatif dan eksekutif. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun