Mohon tunggu...
Wasiat Kumbakarna
Wasiat Kumbakarna Mohon Tunggu... karyawan swasta -

melihat sesuatu dengan lebih cerdas dan tenang

Selanjutnya

Tutup

Politik

Orang Besar dengan Omong yang Besar, Membingungkan!

4 September 2014   21:13 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:37 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tak tahu sebesar dampak ucapan para “penggede” (tokoh-tokoh) negeri terhadap rakyat. Saya juga tak pernah menemukan riset yang menyatakan besar atau kecilnya dampaknya. Tapi, jujur adakalanya saya sedikit ngeri dengan berbagai ucapan para tokoh yang berseliweran di berbagai media. Seolah ada masalah yang gawat dengan negeri ini? Benarkah? Segawat apa? Mana? Ah…bingung!

Saya mau mengedepankan tiga contoh ucapan para tokoh yang terbaru di media. Pertama, ucapan politisi senior Rachmawati Soekarnoputri yang juga adik dari Presiden ke-5 Indonesia, Megawati Soekarnoputri. Ibu Rachma mengatakan, “khawatir terhadap sejumlah upaya yang ingin mengubah Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi negara federal.” Baca: http://politik.rmol.co/read/2014/09/03/170593/Mbak-Rachma:-Ada-Usaha-Mengubah-NKRI-Jadi-Federal-

Kedua adalah ucapan mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Djoko Santoso. Beliau bilang, “Amandemen terhadap UUD 1945 telah membuka celah masuknya intervensi asing terhadap sistem bernegara di Indonesia. Pertahanan konstitusi kita sudah jebol. Ya karena diserang. Dengan perubahan UUD itu terdapat celah konstitusi." Baca: http://politik.rmol.co/read/2014/09/03/170566/Mantan-Panglima-TNI:-Kapitalis-Jebol-Konstitusi-Indonesia-

Terakhir adalah pernyataan presiden terpilih Joko Widodo. Beliau menyatakan, “tidak akan membiarkan parlemen mengganggu sistem presidensial saat ia memerintah nanti. Ini kan presidensil. Urusan parlemen itu urusan partai." Baca: http://politik.rmol.co/read/2014/09/03/170587/Jokowi:-Kita-Harus-Tegas,-Parlemen-Tidak-Usah-Campur-campur-

Gawat sekali nampaknya

Saya tak tahu segawat apa pernyataan Rachmawati. Setahu saya, negara kita berbentuk kesatuan, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). NKRI adalah harga mati, begitu kita diajari sejak SD. Benarkah kekhawatiran Rachmawati bahwa ada yang hendak merubah negara kita menjadi federal? Segawat apa mempengaruhi kehidupan rakyat kira-kira? Lalu, apakah NKRI bukan harga mati lagi bagi sebagian orang?

Kemudian dengan pernyataan Joko Santoso. Beliau adalah jenderal bintang empat. Tentunya apa yang dia nyatakan tak akan sembarangan. Benarkah apa yang ia curigai bahwa UUD 1945 (konstitusi) kita jebol. Gawatkah itu? Bukannya kita diajari di sekolah bahwa UUD 1945 itu sakral? Lalu, apa jadinya jika sudah jebol begitu ya?

Lalu, ada pak Jokowi menyatakan seolah dirinya tak peduli dengan balance of power antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Bukannya saya pendukung teori trias politika-nya John Locke, tapi selama ini pemahaman saya, kekuasaan negara ya dibagi antara tiga lembaga itu. Tujuannya, agar tidak terjadi kekuasaan tunggal yang mutlak alias diktatorian.

Lha, ini pak Jokowi berucap seperti itu. Sedemikian gawatkah hubungan presiden nantinya dengan DPR RI? Lalu, bagaimana nasib rakyat kalau program-program pemerintah tidak jalan karena presiden dan DPR berselisih?

Rakyat bingung!

Saya sering mendengar kalau rakyat itu sudah pintar. Rakyat tahu apa yang mereka inginkan. Di satu sisi saya setuju, tapi ada juga saya tak setujunya. Kadangkala rakyat terutama di bawah terjebak dalam fanatisme. Sebagai contoh, bagi fans Jokowi, apapun yang keluar dari mulut Jokowi, maka itulah kebenaran.

Fans Rachmawati dan Joko Santoso juga punya kecenderungan yang sama. Apa yang dikatakan mereka, ya kebenaran. Lah, lalu bagaimana jika terjadi benturan diantara mereka? Pastinya akan sangat berbahaya. Saat kita berbicara kekhawatiran, jangan-jangan kekhawatiran itu terbukti karena kita bicara “khawatir.”

Dengan kata lain, akan lebih bijaksana kalau membuat pernyataan di ruang publik (untuk para penggede), disaring saja. Ada yang perlu diucapkan secara lugas, ada juga yang cukup di-keep saja sendiri. Menurut saya, bangsa ini diantara banyak hal, butuh rasa optimis. Pernyataan-pernyataan para penggede kadang tak memberikan rasa optimis, malah membingungkan!

Kalau mau berantem terus di dalam, bagaimana mau bersaing ke luar?!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun