[caption id="attachment_352639" align="aligncenter" width="576" caption="#KoinUntukAustralia (sumber foto: www.inagist.com)"][/caption]
Dua negara, selain juga Belanda yang sempat menarik dubesnya, sedang merongrong kedaulatan hukum bangsa kita saat ini. Keduanya, Australia dan Brasil, berusaha menguji keteguhan bangsa Indonesia soal penerapan hukuman mati bagi warga negara mereka. Sebenarnya sederhana saja memahaminya, Aussie dan Brasil berhak membela warga negaranya yang terancam hukuman mati, silakan saja!
Namun di sisi lain, Indonesia juga punya kepentingan untuk menjaga kedaulatan hukumnya dan tidak terpengaruh oleh desakan dan ancaman dari kedua negara itu. Seperti diketahui Aussie sebelumnya (PM Tony Abbott) sempat mengeluarkan ancaman bahwa jika hukuman mati terhadap dua warga negaranya tetap dilakukan, maka Indonesia akan menerima akibatnya.
Lucunya, PM Abbott juga sempat menyinggung-nyinggung soal bantuan tsunami Aceh tahun 2004. Pernyataan pamrih Abbott itu langsung direspon oleh masyarakat Indonesia dengan gerakan #KoinuntukAustralia sebagai ebntuk sindiran atas pernyataan Abbott yang merendahkan bangsa Indonesia.
Brasil permalukan Dubes Toto
Lain Australia, lain pula Brasil. Tindakan memalukan dilakukan oleh Brasil terhadap Duta Besar Indonesia untuk Brasil. Brasil sengaja menunda penyerahaan surat kepercayaan atau credential letter dari Dubes RI Toto Riyanto, kepada Presiden Brasil Dilma Roussef.Padahal Dubes Toto sudah berada di Istana Kepresidenan Brasil untuk menyerahkan surat itu.
Tindakan tidak etis yang dilakukan Presiden Brasil itu dipicu oleh hukuman mati atas warganya dan satu lagi yang akan dieksekusi mati. Demi membela Bandar narkoba, Brasil telah memulai tindakan yang beresiko untuk menganggu hubungan baik antar kedua negara yang selama ini terjalin dengan baik dan saling mentuntungkan.
Merespon perilaku tidak etis Brasil itu, Menlu Retno Marsudi langsung memanggil pulang Dubes Toto untuk dikonsultasikan. Brasil rupanya telah membawa masalah warganya yang melakukan kejahatan serius di Indonesia menjadi masalah bilateral antar dua negara. Indonesia bisa saja melakukan pengusiran terhadap Dubes Brasil di Indonesia sebagai tindakan balasan.
Jangan terpancing emosi
Apakah Indonesia harus membalas perilaku tak etis Brasil dengan mengusir Dubes Brasil di RI? Kalau dilakukan, berarti ya sama saja Indonesia dengan Brasil, bukan? Indonesia harus berkepala dingin dan berpikir jernih seraya tetap menjaga marwah bangsa. Tak seperti Brasil, kita negara santun tapi tegas, bukan main-main usir. Nota protes keras saya rasa cukup untuk membuat Brasil berfikir.
Cara-cara seperti #KoinUntukAustralia juga menurut saya lebih cerdas, elegan, dan mengena. Buktinya, banyak juga orang Aussie yang menyatakan tak sependapat dengan PM Abbott. Mereka malah menyatakan dukungan kepada pemerintah Indonesia dan meminta maaf kepada masyarakat Indonesia atas pernyataan tak bergantung jawab dari PM mereka.
Abbott memang sedang memainkan isu hukuman mati dua warganya di Indonesia, sebagai alat politik. Ia memanfaatkan momen itu untuk menaikkan popularitasnya lagi. Namun, bukan popularitas yang ia dapatkan, malah kecaman dari warga negaranya sendiri.
Demikian juga dengan Presiden Dilma. Ia sedang memanfaatkan isu hukuman mati warganya di Indonesia sebagai sarana politik untuk menaikkan pamornya lagi. Dikabarkan popularitas Presiden Dilma melorot drastic menjelang pemilu di negaranya.
Oleh karena itu, Indonesia tak boleh terjebak ikut dalam permainan politik mereka. Yang harus dilakukan oleh pemerintah Jokowi cukup satu: tetap laksanakan hukuman mati yang berarti menyatakan kepada Australia dan Brasil bahwa kedaulatan hukum Indonesia tak bisa ditekan-tekan dan dinegosiasikan! (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H