Mohon tunggu...
Wasfah Fauziah
Wasfah Fauziah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Komponen Utama Tarekat dalam Tasawuf

28 November 2023   15:56 Diperbarui: 28 November 2023   16:11 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tarekat berasal dari kosakata bahasa arab yakni thariqah () yang diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi tarekat. Nurcholish Madjid menyimpulkan bahwa at-tariqah mempunyai makna yang sama dengan asy-syari'ah, as-shirath, dan al-minhaj, yang berarti jalan, cara, metode atau sistem. Keempat arti tersebut mengisyaratkan bahwa ajaran Islam adalah jalan menuju Allah yang berasal dari Allah untuk manusia atas dasar kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya.

Tarekat adalah cara, jalan, metode yang dilakukan para sufi untuk mencapai tiga tujuan tasawuf, yakni; Tarekat sebagai metode tazkiyat al-nafs ( ), metode taqarrub ila Allah ( ), dan metode hudhur al-qalb ma'a Allah ( ). Dapat disimpulkan bahwa tarekat secara lengkap berarti thariqat as-shufiyyah yaitu cara, jalan, metode para sufi untuk menyucikan jiwa, mendekatkan diri kepada Allah, dan merasakan kehadiran Allah di dalam qalbu. Awal mulanya, arti tarekat merupakan jalan menuju Allah yang ditempuh seorang sufi secara individual saja. Tetapi kemudian para sufi mengajarkan thariqat kepada murid-muridnya, baik secara individu maupun secara kelompok.

Komponen Utama Tarekat

Tarekat mempunyai 7 komponen utama, sebagaimana yang dijelaskan oleh Guru Besar Tasawuf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Asep Usman Ismail. Berikut penjelasannya mengenai komponen utama dalam tarekat, antara lain:


1. Mursyid

Kata Mursyid berasal dari bahasa arab arsyada-yursyidu ( - ) yang artinya membimbing. Mursyid secara bahasa berarti pembimbing atau guru. Mursyid adalah seseorang yang bertanggung jawab memimpin murid dan membimbing perjalanan rohani murid untuk sampai kepada Allah swt dalam melakukan berbagai amaliah tarekat, seperti zikir, wirid, tawajjuh, dan muraqabah. Syekh atau mursyid sangatlah penting, bahkan bersifat mutlaq. Karena, menurut Abu Yazid al-Busthami yakni seorang ulama tasawuf, berkata: "Siapa saja yang tidak memiliki guru, maka imamnya adalah setan." Ulama fikih mewarisi aspek syariat dari Nabi Muhammad saw, sedangkan syekh tarekat mewarisi aspek hakikat. Keduanya adalah wakil Nabi Muhammad saw dalam mengembangkan islam dari masa ke masa. Dapat disimpulkan bahwa syekh tarekat adalah wakil Nabi Muhammad saw dalam bidang hakikat.


2. Murid

Menurut Imam al-Qusyairi yang membahas iradah dan kata turunannya murid, bahwa iradah secara bahasa berarti keinginan, sedangkan murid ialah orang yang menginginkan sesuatu. Imam al-Qusyairi menyebutkan makna iradah merupakan keinginan seseorang untuk dekat kepada Allah atau menginginkan Allah SWT. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam Al-Qur'an yaitu: "siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya hendaklah beramal saleh dan tidak menjadikan apa dan siapa pun sebagai sekutu dalam beribadah kepada Tuhannya" (Q.S al-Kahfi/180 : 110). Dalam tarekat, Murid adalah para penempuh jalan rohani yang bertujuan untuk mendapat keridhaan Allah, mengenal-Nya, dan mencintai-Nya. Kunci keberhasilan murid dalam mencapai tujuan tarekat ialah ketaatannya kepada mursyid.


3. Baiat

Secara bahasa berarti transaksi atau perjanjian antara dua orang atau dua pihak. Adapun secara syariat, baiat adalah perjanjian seseorang yang mempunyai keseriusan untuk menempuh jalan pengetahuan (makrifat) kepada Allah melalui seorang mursyid yang diyakini memiliki hubungan khusus kepada Rasulullah saw. baik secara jasmani maupun ruhani. Adapun secara tarekat, baiat adalah perjanjian antara murid dengan mursyid, yaitu murid berjanji akan mengamalkan zikir yang telah diajarkan oleh para guru dengan sebaik-baiknya. Janji itu hakikatnya kepada Allah swt, bukan kepada mursyid. Sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut: "Sesungguhnya orang-orang yang berjanji setia kepadamu (Nabi Muhammad saw). (Pada hakikatnya) mereka berjanji setia kepada Allah swt. Tangan Allah swt diatas tangan mereka, maka barang siapa yang melanggar janji (setia itu),  niscaya (akibat buruk dari) pelanggaran itu hanya akan menimpa dirinya sendiri. Siapa yang menepati janjinya kepada Allah swt, maka Dia akan menganugerahinya pahala yang besar" (QS. al-Fath/48:10).


4. Silsilah

Secara bahasa, silisalah berarti mata rantai. Dalam tarekat, silsilah adalah mata rantai yang menghubungkan kesinambungan rohani diantara mursyid yang satu dengan mursyid sebelumnya sehingga sampai kepada mursyid tertinggi yaitu Rasulullah saw. Didalam hadist dikenal dengan konsep sanad, sedangkan didalam tasawuf dikenal dengan konsep silsilah. Hadidt dikatakan shahih apabila sanad tersebut tersambung kepada Rasulullah saw, begitu pula dengan tarekat dapat dikatakan mu'tabarah apabila memiliki silsilah yang berkesinambungan sampai kepada Rasulullah saw. Jadi, fungsi silsilah dalam tarekat sama dengan fungsi sanad dalam hadist yakni untuk menjaga dan membuktikan keotentikan amaliah tarekat.


5. Wirid

Istilah wirid berasal dari bahasa arab yakni warada-yaridu ( - ) yang berarti datang berulang-ulang. Dalam tarekat, wirid adalah zikir yang dilakukan secara rutin. Setiap tarekat mempunyai beragam wirid dan ketentuannya masing-masing. Umumnya ada zikir harian, mingguan, bulanan dan lainnya. Dasar amaliah wirid dapat ditemui dalam ayat Al-Quran, surat ar-ra'd: "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah-lah hati akan selalu tenteram" (QS. ar-Ra'd/13: 28).


6. Tempat

Dalam sejarah perkembangan tarekat dan tasawuf, dikenal beberapa istilah yang mengacu kepada beberapa tempat pendidikan dan juga pelatihan rohani. Terdapat beberapa nama tempat diklat rohani para sufi, antara lain ada yang menyebutnya Zawiyah yang berarti pojok. Istilah Zawiyah berarti sudut masjid yang disediakan untuk menjadi tempat istirahat para sufi pengembara. Setiap mursyid tarekat mempunyai Zawiyah, yaitu tempat berkumpulnya guru-guru dan murid-murid untuk mengadakan latihan spiritual.
Ada pula yang menyebutnya dengan ribath, yang berarti tempat mengikat. Para sufi yang menempati ribath seakan-akan sedang mengikat jiwanya agar tidak liar dan tetap berserah diri kepada Allah swt.

7. Adab

Adab adalah etika hubungan mursyid dengan muridnya dalam tarekat. Menurut Imam Ibnu 'Arabi, seorang murid dihadapan gurunya harus bersikap seperti mayat di hadapan orang yang memandikannya. Selain itu beberapa adab murid kepada mursyid adalah murid tidak boleh berprasangka buruk atau ragu terhadap mursyidnya, murid tidak boleh duduk di tempat yang biasa dipakai oleh mursyid, murid tidak boleh memakai barang yang dipakai mursyidnya, apabila mursyid menyuruhnya mengerjakan sesuatu, maka hendaklah segera mengerjakan, dan masih banyak lagi adab dan akhlak lainnya. Adab dalam tarekat merupakan kunci keberhasilan murid dalam tarekat.

Dari pembahasan diatas dapat dikatakan bahwa tarekat adalah jalan atau metode untuk lebih dekat dengan Allah swt. Demikian tujuh komponen utama tarekat yang di jelaskan dalam tulisan ini. Semoga bermanfaat. Wallahu a'lam.

Dosen Pengampu:

Dr. Hamidullah Mahmud, Lc. M.A.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun