Untunglah mikrofon itu diberikan kepada diplomat Indonesia, Nara Masista Rakhmatia. Sebagai pemimpin muda yang mewakili bangsa Indonesia, Nara mampu menjaga emosinya ketika hinaan diberikan kepada bangsa ini. Dan ia menghargai tujuan utama dari pertemuan tersebut, sehingga dalam hak jawab yang dipakai, ia bukan saja memaparkan pembelaan terhadap negara Indonesia, tetapi ia mengembalikan fokus pembicaraan kepada agenda utama.
Sambil mengemukakan komitmen bangsa Indonesia terhadap HAM, Nara juga mengingatkan bahaya dari penyalahgunaan kesempatan bersuara yang telah dilakukan negara-negara ini terhadap agenda dan tujuan PBB. Ia mampu mengalihkan kembali arah pembicaraan dan fokus para pemimpin dunia kepada agenda utama dari sidang majelis umum PBB tersebut.
Tidaklah heran, kita semua merasa bangga dengan diplomat muda ini. Tidaklah heran tindakannya itu dibicarakan terus di berbagai media.
Bila para pemimpin dunia saja bisa dengan mudah kehilangan fokus pada rapat tertinggi antar bangsa, apalagi kamu dan saya di rapat-rapat kecil yang kita hadiri.Â
Dan karena itu, kita tidak usah malu untuk bangkit kembali dan terus belajar menjaga fokus dalam pembicaraan dan rapat-rapat kita. Sobatku, harga yang harus dibayar untuk pembicaraan yang melenceng itu sangatlah besar untuk keuntungan bersama dan kesuksesan sebuah organisasi.
Dan tentu saja, mari kita juga belajar dari Nara, yang berani mengembalikan arah pembicaraan kepada agenda utama. Hal tersebut tidak muda, terlebih disaat ketika kita merasa bahwa diri kita sedang diserang secara tidak adil. Tetapi momen seperti itu yang bisa menunjukkan kualitas seorang pemimpin.
Hal ini tidak mudah, kawan. Mari kita terus belajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H