Mohon tunggu...
Octavianus Gautama
Octavianus Gautama Mohon Tunggu... Suami/Ayah/Pengusaha/Penulis/Pelatih/Pencetus Ide/Anak/Pembicara -

Seorang suami dengan dua anak yang masih terus belajar untuk menjaga keseimbangan antara keluarga dan karir, antara hidup dengan fokus dan hasrat untuk mengambil setiap kesempatan yang ada.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Pengampunan Pajak dan Sinar Terang Seorang Pemimpin

23 September 2016   16:00 Diperbarui: 23 September 2016   16:15 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://www.pajak.go.id

Dalam beberapa bulan ini, Tax Amnesty menjadi program pemerintah yang paling ramai dibicarakan dan diperdebatkan. Program Pengampunan Pajak dengan slogan: ungkap, tebus, lega ini mengelisahkan banyak orang yang selama ini tidak terlalu peduli dengan seluk beluk perpajakan Indonesia.

Dalam usaha mengatasi kegelisahan tersebut, pemerintah, bank-bank, beserta berbagai organisasi, yayasan dan kelompok mengadakan edukasi lewat seminar-seminar. Di berbagai kantor pajak juga dibuka meja khusus yang melayani masyarakat yang memiliki pertanyaan dan kebingungan seputar pelaporan pajak dan pengampunan yang bisa mereka terima. Menteri Keuangan, Sri Mulyani, berkata bahwa call center yang mereka sediakan itu berdering terus dengan berbagai pertanyaan tentang pengampunan pajak ini. Mereka bahkan kewalahan mendapati tingginya frekuensi telepon yang masuk dari rakyat Indonesia.

Tingginya animo masyarakat membuat saya penasaran: Kapankah terakhir kalinya pemerintah membuat program yang bermanfaat untuk seluruh masyarakat Indonesia dan mendapatkan daya tarik yang sedemikian besar? Terlepas dari berbagai pandangan terhadap manfaat dan resiko yang muncul terhadap program pengampunan pajak ini, bukankah sudah terlalu lama kita sebagai bangsa Indonesia tidak merasakan atmosfir yang sedemikian? Beranikah kita bermimpi akan perkembangan dan pembangunan yang akan dilakukan di berbagai daerah dari Sabang hingga Merauke dengan dana pajak yang masuk ini?

Itulah sebabnya ketegangan mulai dirasakan ketika triwulan pertama akan segera berakhir dan nilai penyetoran pajak masih jauh dari target. Berbagai pihak mulai memprediksikan kegagalan dari program ini dan kegagalan dari pemerintah Indonesia. Melalui berita-berita dan media sosial, para ahli dan pengamat mulai bersuara dan mengatakan betapa mustahilnya target itu tercapai.

Dan tanpa disadari, reaksi pesimis ini mulai bergulir dan mendapatkan momentum untuk menjadi besar dan bisa menciptakan reaksi negatif dari pasar. Bila dibiarkan, kekuatiran ini bisa berkembang dan menciptakan ketakutan dan kebingungan di tengah masyarakat. Itulah sebabnya, tindakan yang diambil oleh Dirjen Pajak Ken Dwijugiasteadi menjadi sangat penting dan sangat strategis.

Sumber: http://www.pajak.go.id
Sumber: http://www.pajak.go.id
Sebagai seorang pemimpin yang mampu mengobservasi kondisi pasar, Ken tidak ingin kekuatiran ini mengambil alih animo dan momentum yang dengan susah payah telah mereka bangun terhadap program pengampuann pajak. Ia ingin mengembalikan fokus masyarakat kepada visi dan tujuan awal dari program pengampunan pajak, yaitu untuk menarik dana yang tersebar di berbagai tempat untuk kembali ke tanah air dan digunakan untuk membangun Ibu Pertiwi.

Pada hari Selasa, 9 September, Ken segera menutup kekuatiran bila target tidak tercapai dan siapa yang perlu bertanggungjawab atas hal itu. Melalui media, Ken berkata kepada masyarakat Indonesia: “Pokoknya kalau tax amnesty berhasil, itu keberhasilan semua pihak. Tetapi kalau gagal, saya yang tanggung jawab.” (http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/09/06/211219126/dirjen.pajak.kalau.tax.amnesty.gagal.saya.yang.tanggung.jawab.)

Ketika saya membaca berita ini, saya merasa bahwa saya sedang berhadapan dengan seorang pemimpin yang besar. Dalam dua kalimat yang singkat, beliau memperlihatkan bahwa ketika suatu program yang demikian besar itu sukses, maka pujian patut diberikan kepada berbagai pihak. Para anggota tim mulai dari mereka yang menerima telepon di call center, mereka yang melayani pertanyaan-pertanyaan masyarakat di berbagai kantor pajak, hingga mereka yang bekerja dalam ruangan yang tidak pernah terekspos oleh media, inilah yang memungkinkan program sebesar ini bisa sukses. Tetapi bila setelah semua rencana dieksekusi dan program ini masih gagal, maka ia sebagai Dirjen Pajak siap bertanggungjawab. Sebagai pemimpin, inilah harga yang harus ia bayar dan apapun keputusan yang diberikan dari atasannya, ia siap untuk menerimanya.

Se panjang dan karena itu, terlalu dini untuk kita berkata bahwa program ini berhasil atau gagal. Perubahan seperti perpanjangan administrasi hingga Desember mungkin bukan perubahan yang terakhir. Ada kemungkinan modifikasi lain masih sangat terbuka untuk terjadi bila hal itu bisa membawa pemerintah Indonesia selangkah lebih dekat kepada target dari program ini.

Tetapi terlepas dari hal itu, hari ini saya ingin mengajak kita mengapresiasi dan belajar dari pemimpin seperti Ken Dwijugiasteadi, yang dengan mudah mengoper kesuksesan terhadap pihak-pihak yang lain, tetapi juga siap memikul bertangungjawab ketika program itu gagal.

Mari kita terus belajar untuk menjadi pemimpin yang lebih baik dengan mulai mengambil tanggungjawab atas program dan keputusan yang kita buat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun