Ketika sedang mengambil sekolah bahasa di Beijing, saya berkenalan dengan Agus, salah satu mahasiswa Indonesia yang sudah lebih dahulu berada di sana. Setiap bertemu dengannya, saya merasa takjub dengan pengetahuannya yang banyak tentang sejarah China. Ia sangat bersemangat bercerita tentang kekayaan dari China dan salah satu topik tersebut adalah topik ilmu bela diri.
Ia bercerita bahwa ia sedang mendalami ilmu bela diri Baguazhang (Tapak Delapan Penjuru). Ilmu bela diri ini agak unik, karena gerakan memutarnya yang begitu luwes terlihat indah dimata. Bila mampu menguasai ilmu ini, maka seseorang mampu menghadapi banyak lawan yang menyerang dia dari segala arah. Gerakan memutar yang terkadang tidak beraturan itu menjadi senjata yang mematikan karena akan membuat lawannya kesulitan menangkis atau menyerang.
Agus bercerita bahwa di Beijing, ia sering bertemu dengan orang-orang lokal dan mengajak mereka untuk bermain. Mereka bisa sparring partnernya dan berlatih Baguazhang di mana saja, baik itu di pinggir jalan, di tengah taman, atau dalam ruang yang sempit. Ketika mendengar ceritanya, saya menjadi tertarik dan memintanya untuk mengajarkan saya sedikit ilmu Baguazhang ini. Saya membayangkan diri saya bisa lincah seperti dia dalam bergerak dan menghadapi lawan. Setelah waktu latihan tiba, sayapun dengan semangat bertemu dengannya.
Hal pertama yang ia perlihatkan kepada saya adalah posisi kuda-kuda dari baguazhang. Dengan sangat teliti, ia memperlihatkan posisi kuda-kuda yang menjadi dasar dari ilmu ini. Posisi kaki dan sudut kemiringan di lutut harus diperhatikan. Demikian juga posisi pinggang dan telapak kaki. Kedua lenganpun harus dibentuk sedemikian rupa untuk mendapatkan pose kuda-kuda yang tepat. Ia berkata bahwa kuda-kuda adalah segalanya dalam pengembangan ilmu ini. Hanya orang yang memiliki kuda-kuda yang kuat yang bisa berkembang dalam ilmu bela diri ini.
[caption caption=" zhaoyuanfu.files.wordpress.com/2013/06/abbot-zhao-yuan-fu-is-a-master-of-the-daoist-art-of-bagua3.jpg"]
Sayapun mencoba dan dalam usaha pertama, saya hampir jatuh karena tidak bisa menjaga keseimbangan. Setelah beberapa kali mencoba dan dikoreksi, akhirnya postur kuda-kuda itu bisa saya dapatkan. Sangat sulit dan setelah beberapa detik berada dalam posisi itu, otot paha yang jarang dipakai itu kini mulai cenat-cenut. Tetapi saya bertahan dengan harapan ia akan segera melanjutkan ke pembelajaran berikutnya.
Betapa salahnya saya.
Agus berkata bahwa hari itu, dan untuk beberapa tahun kemudian (paling tidak itulah yang saya rasakan), kamu harus terus melatih kuda-kuda ini. Kamu harus mengambil posisi ini ketika sedang baca, ketika sedang nonton, atau ketika sedang nganggur. Bila kamu serius ingin mendalami ilmu bela diri Baguazhang, maka inilah dasar yang perlu kamu kuasai.
Malu untuk diakui, tetapi saya berhenti sampai di titik kuda-kuda itu. Saya tidak pernah dengan serius melatih diri saya dalam menempa dan memperkuat dasar ini. Kami tetap berteman, tetapi saya tidak pernah lagi memintanya untuk mengajarkan saya ilmu Baguazhang.
Pengalaman saya ini mengingatkan saya lagi pentingnya dasar yang kuat dalam membangun karir dan kepemimpinan kita. Ketika kita melihat pemimpin yang hebat seperti Bapak Presiden Jokowi, Bapak Gubernur Ahok, Ibu Walikota Risma dan Bapak Walikota Ridwan Kamil, Â kita berkata bahwa kita ingin menjadi seperti mereka. Kita terkagum-kagum dengan komitmen mereka untuk membangun bangsa ini dan seperti kebanyakan media cetak dan media sosial, kita hanya memperhatikan kesuksesan mereka saat ini. Sesekali, ada interview dan pembahasan mengenai masa lalu mereka, tetapi pada umumnya, pusat perhatian kita diarahkan pada hari ini dan bagaimana mantapnya mereka melangkah dan membuat keputusan.
Bila kita hanya ingin mengagumi mereka, maka cara itu mungkin sudah cukup. Tetapi bila kita ingin menjadi seperti mereka, maka kita perlu melihat pada kaca spion sejarah kepada masa lalu mereka. Kita perlu menyadari jatuh bangun mereka ketika kuda-kuda itu mereka latih dalam ruang gelap tanpa diketahui oleh satu orangpun.
Poin tentang pentingnya kuda-kuda ini mulai juga didengungkan dalam film-film dan buku-buku yang ada. Bila kita senang dan ingin menjadi Merry Riana yang sukses hari ini, maka kita perlu tahu air mata dan keringat yang keluar ketika ia berjuang dan tetap percaya ditengah keterbatasan yang ada. Atau kisah tentang para polisi yang dengan berani maju mengejar teroris di Jakarta beberapa waktu yang lalu, tentu kita tidak berasumsi bahwa mereka baru mulai berlatih menembak ketika mendengar kabar bahwa ada bom yang meledak, bukan?
 [caption caption="sumber antaranews.com/new/2016/01/ori/20160114302.jpg"]
Di tengah jaman yang begitu meninggikan prestasi dan hasil akhir, banyak orang yang melewatkan hal yang mendasar ini. Mereka lupa bahwa pemimpin yang baik tidak tumbuh dalam waktu yang singkat. Dibutuhkan pelatihan, kemauan yang kuat, perubahan yang terus menerus, serta pengasahan diri yang tak henti-hentinya.
Dan semua itu dilakukan untuk menanamkan dasar yang kuat.
Sebagai pemimpin, Anda dan saya tentu mengharapkan kemajuan dalam semua bidang kehidupan kita, baik itu dalam keluarga maupun dalam karir. Buat pemimpin, kemajuan merupakan api yang membakar semangat dalam diri mereka. Dan untuk mencapai kemajuan itu, mereka rela untuk melatih dan mengembangkan diri terus menerus.
Kebanyakan kita menjalani hari-hari dalam pekerjaan atau keluarga kita tanpa mendapatkan lampu sorot dari masyarakat. Kebanyakan kita masih berada di babak awal dalam pertandingan hidup ini. Maukah kita saat ini menganalisa kemampuan kita dan melihat apakah kita sudah memiliki kuda-kuda yang cukup kuat untuk membawa kita maju ke depan? Bila harapan kita tercapai dan proyek besar itu dipercayakan kepada kita, adakah kita memiliki kemampuan yang memadai untuk mencapai kesuksesan? Bila impian kita tercapai dan masyarakat menyoroti kita seperti seorang Ahok, mampukah kita membuat keputusan yang bijak diantar berbagai pihak yang menekan dan memojokkan?
Semua itu dimulai dengan kuda-kuda yang kuat, demikian kata Agus kepada saya. Dan harapan saya, di tahun ini kita mengambil waktu untuk memperkuat kuda-kuda kita, entah itu dengan mengikuti pelatihan, dengan membaca buku, atau dengan metode lain yang tepat untuk memperkuat kuda-kudamu.
Untuk hari esok yang lebih baik!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H