Mohon tunggu...
Octavianus Gautama
Octavianus Gautama Mohon Tunggu... Suami/Ayah/Pengusaha/Penulis/Pelatih/Pencetus Ide/Anak/Pembicara -

Seorang suami dengan dua anak yang masih terus belajar untuk menjaga keseimbangan antara keluarga dan karir, antara hidup dengan fokus dan hasrat untuk mengambil setiap kesempatan yang ada.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berduka untuk Paris vs Perdamaian Dunia

16 November 2015   21:44 Diperbarui: 17 November 2015   04:14 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Atau coba kita amati peristiwa yang lebih sering terjadi di sekitar kita.

Pernahkah kita merasa tidak adil bila hanya satu anak yang dibelikan hadiah, sementara yang lain tidak? Apakah kita merasa tidak pantas bila kita memuji seorang pegawai karena kita kebetulan melihat perbuatannya sementara mengabaikan karyawan lain yang mungkin juga bersumbangsih terhadap perusahaan? Atau seorang pelatih yang berkata bahwa bila saya mengijinkan kamu untuk tidak ikut latihan, itu berarti saya harus mengijinkan murid yang lain untuk tidak berlatih juga? Bila saya membantu kamu, itu berarti saya harus membantu yang lainnya juga?

Sebagaimana kita melihat teror di Paris memunculkan respon yang menciptakan dilema, demikian juga kejadian-kejadian yang kita hadapi sehari-harinya memiliki dilema yang mirip. Entah itu dalam hal memimpin diri sendiri, menjadi orangtua terhadap anak-anak, atau mengepalai ribuan karyawan, tuntutan untuk mempertimbangkan banyak hal seringkali menyebabkan kita mengambil salah satu dari kedua titik ekstrim ini. Karena ingin menunjukkan perlakuan yang sama dan tidak ingin dikatakan sebagai pemimpin yang pilih kasih, maka kita menjadi sangat berhati-hati dalam melangkah. Dan tanpa disadar, kita jatuh kepada salah satu dari dua titik ekstrim ini.

1. Kita memilih untuk memperhatikan semua hal

Ketika kita melihat ada mainan yang cocok untuk anak yang sulung, maka kita bukan hanya membelikan satu mainan saja, tetapi kita membelikan untuk semua anak. Ketika ada pertandingan, maka kita berusaha agar semua anak mendapatkan medali. Dan karena kita menghadiri pernikahan dari salah satu staff, maka kita memutuskan untuk menghadiri pernikahan dari semua staff yang ada.

Pada posisi ini, seorang pemimpin akan berusaha untuk menjadi adil dengan melakukan hal yang sama kepada semua orang.

2. Kita memilih untuk mengabaikan semua hal

Titik yang lain dari usaha untuk menciptakan keadilan bagi semua orang adalah dengan menjaga jarak dari semua orang. Di posisi ini, seorang pemimpin akan terasa jauh dari mereka yang dipimpinnya. Orang-orang akan menganggap orang yang seperti ini sebagai orang yang dingin dan tidak peduli. Tetapi demi keadilan buat semua bawahannya, sikap ini dipilih.

Seperti yang kita sadari, kedua pilihan tersebut tidaklah sehat. Tetapi kalau kita ingin mencari keadilan, bukankah pilihan itu yang tersedia buat kita?

Saat ini, saya ingin menawarkan sebuah alternatif terhadap perbuatan yang adil. Bagaimana kalau kita mengajukan pertanyaan yang sedikit berbeda. Bagaimana kalau seseorang tidak bertanya: Perbuatan manakah yang paling adil? Tetapi Perbuatan baik apakah yang bisa saya lakukan?

Merupakan hal yang mulia bila kita ingin memperhatikan semua orang. Saya angkat topi buat teman-teman yang punya semangat untuk menciptakan perdamaian dunia. Itu hal yang mulia dan patut dikejar. Tetapi buat sebagian besar kita yang sibuk ditengah pekerjaan dan tugas yang menumpuk, sulit untuk terus-terusan peduli dan berpartisipasi dengan aktif terhadap usaha itu. Buat sebagian besar kita, merupakan hal yang mustahil untuk berteman dengan semua orang dan memperlakukan mereka dengan sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun