Mohon tunggu...
Wartini Sumarno
Wartini Sumarno Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Kopi

Penyuka film, anime, juga suka wisata sejarah sekaligus wisata religi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rokok: Sebagai Sarana Kesalehan Sosial, Spiritual dan Paradigma Konstruksi Sosial

4 Desember 2023   17:35 Diperbarui: 4 Desember 2023   17:38 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film gadis kretek masih ramai di perbincangkan, sebuah film series yang diangkat dari novel karya Ratih Kumala dengan judul yang sama. Kabarnya film ini menempati top 10 global Netflix series non-english, sangat membanggakan. Di Indonesia masih jarang film yang mengangkat tema kegenderan yang dibalut romansa, sejarah dan sosial budaya.

Disini saya tidak akan mengulas tentang film ini, tapi mengenai rokok yang mesti di fatwakan makruh bahkan haram oleh MUI, meski terdapat gambar yang terkesan menyeramkan sebagai peringatan dari dampak merokok, namun tetap menjadi barang yang paling laris hingga menjadi penyumbang terbesar penerimaan cukai negara.

Rokok, saya sendiri tidak termasuk golongan perempuan yang menolak apalagi anti terhadap laki-laki perokok. Kenapa? Bapak saya sendiri termasuk perokok berat, kawan-kawan cowok saya juga perokok. Tapi, saya jelas tidak suka cowok (terutama bapak-bapak) yang merokok di dalam kendaraan umum seperti bis,karena jelas bis bukan asbak berjalan! apalagi banyak anak-anak dan ibu-ibu. Karena tidak semua bis apalagi bis dengan tujuan daerah saya yang memiliki ruangan khusus untuk merokok.

Perdebatan mengenai rokok tak jadi soal, toh perdebatan lama yang itu-itu saja. Tapi yang menarik, bagi kaum spiritual apalagi kiyai-kiyai NU rata-rata ngudud. Rokok ini sangat menarik untuk dibahas, selain mempunyai manfaat kesalehan sosial dan spiritual juga sebagai bagian dari paradigma konstruksi sosial. Mari kita bahas sejenak...

Selain kopi, rokok juga mempunya manfaat kesalehan sosial, coba saja panjenengan nongkrong dimana saja bersama orang asing lalu tawarkan sebungkus rokok dan secangkir kopi, saya yakin mendadak menjadi akrab bahkan bisa jadi saudara tak sedarah di kemudian hari. Menurut pengakuan kawan-kawan cowok saya, dengan merokok bisa membantu menghilangkan mumet meski tidak menyelesaikan masalah.

Bahkan, merokok juga ada seni dan filosofinya. Kita bisa mengetahui suasana hati seseorang ketika melihat bagaimana cara dia merokok. Jika asap rokoknya ke atas, itu tandanya dia sedang mumet, menanggung beban, ya ada masalah yang cukup berat mungkin. Jika asap rokoknya ke bawah, itu artinya dia sudah pasrah, berdamai dengan keadaan atau bahkan putus asa mungkin. Jika asap rokoknya lurus saja ke depan, itu maknanya dia sedang santai, koreksi kalau saya salah.

Kemudian, rokok dalam kemanfaatan spiritual. Saya baca esainya Mbah Nyutz yang diterbitkan mojok.co berjudul 'Khasiat Rokok' Dalam Mistisisme, sangat menarik. Esai ini membahas sisi lain dari khasiat rokok tadi dalam konteks spiritual. Ya panjenengan boleh percaya dan boleh tidak.

Orang-orang yang menempuh laku spiritual (mistisisme), tahu bahwa tak jarang ada kata-kata sang guru memiki daya ruhani yang besar, sehingga tak jarang ada yang ikut njadhab (mabuk) yaitu kondisi dimana sang sufi mengalami ekstase atau mabuk spiritual, yang paling terkenal adalah kisah Mansur Al-Hallaj yang saking mabuk cintanya terhadap Gusti Allah hingga dia mengatkan 'Ana Al-Haq'.

Menurut seorang sepuh, seseorang yang ditakdirkan menjadi seorang guru, rokok bisa jadi tirai bagi sang sufi agar tidak ndjadhab ketika sedang mengajar, karena bahaya. Karena kondisi seperti itu di luar kendali sang guru. Nah, karena rokok ini mengandung zat yang bersifat makruh maka bisa jadi tirai, selain itu juga biar ndak setres.

Kemudian, rokok sebagai paradigma konstruksi sosial, pada awalnya rokok adalah barang yang netral (bisa untuk perempuan dan laki-laki), namun dalam perkembangannya rokok dicitrakan maskulin, seolah hanya untuk laki-laki saja. Stigma ini kemudian berkembang di masyarakat bahwa jika ada perempuan yang merokok maka perempuan tersebut di beri lebel menyimpang, nakal, bahkan tidak bermoral.

Lihat saja di berbagai iklan rokok, pasti yang di kampanyekan adalah maskulinitas yang di simbolkan dalam wujud model iklan pria. Seperti rokok Marlboro misalnya, dengan ikon Marlboro Man yang menampilkan koboi yang gagah, tangguh, laki sekali pokoknya. Lalu iklan Dunhil, yang mengusung tagline "Gentleman this is taste", kini rokok di asosiasikan dengan laki-laki, sebagai penanda maskulinitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun