Dengan namamu, aku terjaga dari rindu yang tak berkesudahan....
Ingin rasanya secara gamblang bilang "Mas kangen" tapi selalu berhenti di setiap ketikan tanpa pernah terkirim
Tadinya aku khawatir
Bahwa kau laki-laki yang selalu bersikap dewasa Sehingga makin sulit mengimbangimu.
Tapi setelah melihat riwayat status-statusmu terdahulu. Aku tertawa membayangkan bahwa kau pun tak lebih dari pria biasa yang juga bisa kekanakan. Â
Aku takut bahwa kau akan menaruh perhatian padaku jika itu hanya perihal diskusi. Sesekali aku ingin kau pun bisa tertawa lepas selain dengan kawan-kawanmu. Aku juga ingin melihat binar matamu setiap bertemu para gurumu tak kala menatapku. Agar rasa kagumku tak hanya sepihak.
Lelah juga rasanya...
Bersikap sebiasa mungkin Sedangkan dadaku senantiasa berdebar dengan anomali tiap mengenali itu kamu. Â
Rasanya aku sudah terlalu tua untuk lagi mengalami apa yang orang sebut sebagai "jatuh cinta", bullshit sekali...
Karena yang ku fahami, hubungan antar orang dewasa adalah kenyamanan bukan getaran mendebarkan. Â
Peci dan sarung itu biasa bukan? Â
Lalu kenapa saat kau yang mengenakannya terlihat tak biasa? Â
Apa yang membuatmu nampak berbeda dari yang lain? Â
Mungkin tatapan tajam itu letak pesonanya?
Atau senyum tipis itu daya tariknya?
Atau sikap ramah namun terkesan jauh dijangkau itu rahasianya? Â
Saketi, juli 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H