Bebarapa hari yang lalu (29 Agustus 2012) dua koran nasional (KORAN TEMPO) dan Jawa Pos dibuat geger akibat masuknya artikel ganda (satu artikel untuk lebih satu koran) di kedua koran ternama tersebut oleh penulis yang bernama Jusman Dalle (selanjutnya disebut JD).
Muncullah berbagai reaksi akibat perbuatan terlarang di dunia jurnalistik tersebut. Penulis pun sempat menuliskan hal tersebut di blog Kompasiana ini. Dari berbagai komentar yang muncul, mayoritas tidak menyetujui langkah curang si penulis artikel ganda di KORAN TEMPO dan Jawa Pos tersebut. Beberapa komentator bahkan memberi masukan bahwa aksi JD menggandakan satu artikelnya untuk lebih satu media (kasus di KORAN TEMPO dan Jawa Pos) bukanlah kasus pertama.
Berbagai informasi yang masuk, menyangkut artikel ganda milik JD, tak urung semakin membuat saya penasaran untuk menelusuri kebenaran informasi-informasi tersebut. Hasilnya mengindikasikan bahwa berbagai informasi hal artikel ganda JD bukanlah kecurigaan semata, tapi ada faktanya.
Salah satu yang saya temukan adalah artikel ganda JD di Koran Tribun Timur (KOMPAS Group) dan di Jawa Pos (lagi-lagi Jawa Pos).
Di Jawa Pos, artikel ganda JD tersebut berjudul: Epos Historis Haji Kosmos (edisi 9 Oktober 2011).
Di Tribun Timur (KOMPAS GROUP) berganti judul: Kosmologi Ibadah Haji (edisi 13 Oktober 2011)
Inilah artikel ganda JD di koran Jawa Pos dan Tribun Timur tersebut:
Epos Historis Haji Kosmos
Jawa Pos Edisi09/10/'11
Oleh : Jusman Dalle
Selain sebagai puncak dan penyempurna rukun Islam, ibadah haji juga merupakan ibadah yang sarat dengan refleksi sejarah tonggak kemanusiaan dan keumatan, utamanya bagi agama Islam yang dikontruksi dari kemurnian tauhid . Di dalam ibadah haji ada romansa, juga ‘peristiwa’ dan jejak cinta. Pertemuan Nabi Adam As dan Hawa yang direfleksikan dengan wukuf di padang arafah adalah rangkuman ketiga peristiwa tersebut. Peristiwa yang disematkan sebagai hulu sejarah kehidupan manusia. Ibadah haji juga banyak merefleksikan perjalanan ulul azmi, bapak para nabi yang menjadi induk agama samawi, pemancang prasasti tauhid, the father of monoteism.
Epos Historis
Maka mari memutar kembali memori sejarah kita pada rentang 4000 tahun silam, menggali epos historis dan kosmologi Nabiullah Ibrahim AS bersama keluarga kecilnya yaitu Nabi Ismail As dan Istrinya Siti Hajar. Dari keluarga kecil ini kemudian menjadi induk keluarga besar membawa panji-panji tauhid di semesta persada.
Ibrahim, adalah jejak historis yang terangkai dalam ritus ibadah haji. Betapa tidak, Ka’bah yang menjadi pusaran manusia di sepanjang masa, terlebih lagi pada musim haji, adalah monumen tauhid yang dipancangkan oleh Ibrahim As bersama anaknya yang shaleh, Ismail As. Tapi proses konstruksi mega arsitektur itu tidak terjadi secara tunggal, ia dimulai dari rangkaian kisah heroik Ibrahim As untuk ‘menemukan’ Yang Maha Pencipta.
Saat itu Ibrahim adalah seorang pemuda yang mencari hakikat dan memecah teka teki kehidupan melalui nalar indera dari fenomena alam. Fenomena tersebut menghantar Ibrahim As pada kritik kauniyah untuk menggali alam metafisika yang belum diketahuinya. Matahari, bulan dan bintang hadir dalam etape pencarian Ibrahim As tentang siapa sesungguhnya pemilik semesta. Hal ini dikisahkan Allah SWT di dalam Al Qur’an surat Al An’am ayat 75-79 :
“Dan demikianlah Kami memperlihatkan kepada Ibrahim kekuasaan (kami yang terdapat) di langit dan di bumi, dan agar dia termasuk orang-orang yang yakin (75) Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, ”Inilah Tuhanku”. Maka, ketika bintang itu terbenam dia berkata, ”Aku tidak suka kepada yang terbenam.” (76)
Lalu, ketika dia melihat bulan terbit dia berkata, ”Inilah Tuhanku.” Tetapi, ketika bulan itu terbenam dia berkata, ”Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.” (77) Kemudian ketika dia melihat matahari terbit dia berkata, ”Inilah Tuhanku, ini lebih besar.” Tetapi, ketika matahari terbenam, dia berkata, ”Wahai kaumku! Sungguh aku berlepas diri apa yang kamu persekutukan.” (78) Aku hadapkan wajahku kepada (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti) agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik. (79)
Perjalanan mencari tauhid, menjadikan posisi Ibrahim As sebagai sentrum dari pembawa risalah Islam yang dikemudian zaman melampaui 42 generasinya secara turun temurun hingga pada Nabi Muhammad Saw. Salah satu syariat dan rukun Islam yang dibawa oleh beliau Saw adalah ibadah haji yang telah diwariskan oleh nabi Ibrahim As.
Pewarisan tersebut juga telah tergambar dari do’a nabi Ibrahim As secara futuristik, berisi tentang visi menjadikan Ka’bah dan pelayannya agar mendapat anugerah, dicintai manusia yang taat pada Allah SWT.
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah membawa sebagian dari keturunanku untuk tinggal di sebuah lembah yang tak tertumbuhi tanaman apapun, di sisi rumahMu yang suci. Ya Tuhan kami, itu agar mereka mendirikan sholat. Maka penuhilah hati sebagian manusia dengan cinta pada mereka..” (Surat Ibrahim: 37)
“Dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam” (Surat Al Baqarah: 132).
Maka Ka’bah yangg awalnya hanya ditawafi oleh 3 anak manusia, Ibrahim As, Ismail As dan Siti Hajar, kini telah ditawafi sekitar 5 juta manusia setiap tahunnya (jamaah haji dan umrah). Dan Ibada haji yang mampu mengumpulkan manusia hingga 2 juta orang di satu tempat dan pada waktu yang sama merupakan rekor dunia yang belum terpecahkan sampai sekarang. Ibadah haji menjadi konferensi internasional terbesar. Hal itu terjadi pada saat jamaah haji bersatu, padu dalam syahdu wukuf di padang arafah. Do’a Ibrahim As 40 abad yang lalu, menjadi kenyataan yang peting untuk kita maknai.
Diaspora Kosmologi
Selain dimensi historis, ibadah haji juga merupakan simbolisasi sekaligus miniatur relasi kosmos (keteraturan) antara ciptaan dan pencipta-Nya. Ibadah haji dengan rukun dan tertib yang ketat harus dilakukan sebagai upaya meraih haji mabrur, yaitu haji yang menghasilkan output dari apa yang ditandai dengan semakin membaiknya akhlak dan relasi sosial serta ketaatan pada Allah yang tetap terjaga. Bahkan disiplin dalam ibadah haji -sebagaimana ibadah lain misalnya puasa- juga tercermin dari kewajiban membayar dam (denda) ketika luput dari salah satu rukun haji. Seperti dam berupa kewajiban menyembelih seekor kambing ketika tidak ikut melontar jumrah.
Kosmologi oleh Ayatullah Misbah Yazdi di dalam Aqâid Amûzesh-e antara lain didefinisikan sebagai rangkaian keyakinan dan pandangan universal yang tersistematis mengenai manusia dan alam semesta, atau secara umum mengenai ‘ke-ada-an’ (wujud).
Sementara itu, intelektual ikhwanul muslimin, Sayyid Quthb memandang hukum kosmos lebih rigid pada implementasi syariat atau hukum-hukum agama Islam sebagai konsekuensi dari komitmen teologis yang melekat di dalam sanubari atas asas penghambaan kepada Allah SWT.
Dalam dimensi kosmologi, ibadah haji teraktualisasi secara inheren dengan harmonisasi kemanusiaan dengan elemen kosmos lainnya, yaitu alam semesta. Para jamaah haji mampu menemukan titik keseimbangan di dalam dirinya dalam menjalani kehidupan, baik itu keseimbangan pada variabel yang tersembunyi seperti keimanan kepada Allah SWT layaknya Ibrahim As dan Ismail As yang tanpa reserve menunjukkan ketaatannya kepada Allah SWT yang ditandai dengan penyembelihan hewan qurban saat hari raya dan hari tasyriq 10, 11, 12 dan 13 dzulhijjah. Ibadah yang serangkai dengan ibadah haji.
Aktualisasi lain tampak dalam interelasinya untuk mewujudkan harmonisasi dengan kehidupan. Diantaranya kulturisasi spirit egalitarian (persamaan) yang disimbolkan dengan pakaian ihram, semua seragam tanpa pandang latar belakang suku, bangsa, maupun kedudukan. Yang membedakan hanya takwa sebagaimana firman Allah SWT di dalam surat Al Hujurat ayat 13 : “..Sungguh yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa”.
Oleh karenanya, tauhid yang tergambar dari dimensi historis dielaborasi untuk menjadi pilar dalam rangka mewujudkan epos kosmostik. Kita berharap, 221.000 jamaah haji Indonesia yang merupakan jumlah terbesar di dunia, kembali ke tanah air dan mendiasporakan spirit tersebut kepada 237 juta rakyat Indonesia. Wallahu’alam
Silahkan bandingkan dengan:
http://makassar.tribunnews.com/2011/10/13/kosmologi-ibadah-haji
Dari penulusuran yang saya lakukan ternyata artikel ganda milik JD ada beberapa lagi, inilah dia: