Mohon tunggu...
Romi Prasetia
Romi Prasetia Mohon Tunggu... -

Situs Berita Online Indonesia" WWW.WARTAONE.CO.ID

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Negeri Penuh Kepalsuan

23 Juni 2015   10:53 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:39 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejumlah kepalsuan terkuak dari berbagai bidang dan aktivitas masyarakat. kepalsuan dan kebohongan telah mengepung negeri ini. Mulai ditemukannya Beras Palsu, Ijazah Palsu, Dokter Palsu, Gelar Palsu, Uang Palsu, Barang Palsu, Saksi Palsu, Alamat palsu , KTP Palsu, Status Palsu, Plat Nomor Palsu, Akik Palsu, dan berbagai kepalsuan lain yang ironis. Saya merasa miris ketika menyadari bahwa kita hidup sebagai masyarakat dalam sebuah Negara yang dikepung dengan kepalsuan !! Negeri Penuh Kepalsuan !! Benarkah Kita hidup di sebuah NEGARA YANG PENUH KEBOHONGAN ???

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata pal.su adalah [a] (1) tidak tulen; tidak sah; lancung (tt ijazah, surat keterangan, uang, dsb); (2) tiruan (tt gigi, kunci, dsb); (3) gadungan (tt polisi, tentara, wartawan, dsb); (4) curang; tidak jujur (tt permainan dsb); (5) sumbang (tt suara dsb). Dengan ditemukannya realitas dalam kehidupan bermasyarakat kita yang penuh dengan sesuatu yang palsu yaitu tidak tulen, tidak sah, lancung, tiruan, gadungan, curang, tidak jujur, sumbang, sesuai dengan arti kata leksikal “palsu” itu, lalu pertanyaannya adalah masyarakat bangsa seperti apakah yang hendak dibangun di negara yang penuh dengan kepalsuan ini ? Apakah kita akan membangun sebuah Negara Palsu ? Bangsa Palsu ? Masyarakat Palsu ?

Dan fenomena kepalsuan yang memilukan ini ternyata telah benar benar ada dan Nyata , Di sini, Saat ini….! Mengejutkan, menyedihkan, mengkhawatirkan dan membahayakan !! Ternyata Persoalan yang kita hadapi amat sangat berat dan rumit. Dunia sudah mengenal berbagai macam isme. Ada kapitalisme, sosialisme, liberalisme, juga komunisme. Tapi, tahukah Anda, kalau sekarang di Indonesia ada tambahan isme baru. Yang saya maksud adalah PALSU-ISME.   Kepalsuan yang dikembangkan secara sistematis, birokratis dan massif. Sehingga kebohongan menjadi legal dan halal.

Kepalsuan Hukum.

Hukum yang amburadul dan tidak berorientasi keadilan namun lebih berpihak pada kekuasaan (politis) menurut hemat saya MERUPAKAN AKAR MASALAHNYA. Slogan “Berani Jujur itu Hebat” sejatinya adalah benar. Karena JUJUR itulah pangkal dari kebenaran. Kejujuran adalah   sebuah mata uang yang berlaku dimanapun anda berada. Namun Kejujuran juga rasanya sudah dipalsukan karena hanya menjadi sebuah slogan belaka.

Tetapi Kepalsuan juga telah melanda system peradilan kita. Ketidakpastian hukum mendorong tumbuh suburnya kebohongan kebohongan publik. Kepalsuan hukum membuat tatanan masyarakat menjadi porak poranda.   “Hukum yang hanya tajam ke bawah dan tumpul ke atas” melukai rasa   keadilan masyarakat.

Prosesi kepalsuan hukum telah sering dipertontonkan secara telanjang   dan kasat mata . Sebagai contoh : Kasus Pra-peradilan yang telah melahirkan “sarpin’s effect” , sebuah pertunjukan drama pelemahan aksi Pemberantasan Korupsi . Saya lalu menjadi curiga bahwa upaya- upaya pemberantasan korupsi pun rasanya sudah dipalsukan .

Tabloid Nasional dan Online WartaOne Indonesia yang saya pimpin juga telah menyajikan fakta kepalsuan hukum dalam beberapa edisi; seperti Kasus Korupsi Bupati Tolikara Usman Genonga Wanimbo , Kasus Bupati Sukabumi terkait Tanah Tenjo Jaya , Kasus Matheus Mangentang Stikip Arastamar Tangerang, Kasus Dokter tak berijin praktek di daerah Penggilingan Jakarta Timur yang sampai saat tulisan ini diturunkan masih belum memiliki kepastian hukum. Apabila Hukum sebagai panglima sudah dipalsukan, lalu kemanakah lagi kita akan berharap ?

Revolusi Harus Dijalankan.

Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan. Ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya relatif karena revolusi pun dapat memakan waktu lama. Misalnya revolusi industri di Inggris yang memakan waktu puluhan tahun, namun dianggap 'cepat' karena mampu mengubah sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat seperti sistem kekeluargaan dan hubungan antara buruh dan majikan— yang telah berlangsung selama ratusan tahun. Revolusi menghendaki suatu upaya untuk merobohkan, menjebol, dan membangun dari sistem lama kepada suatu sistem yang sama sekali baru. Revolusi senantiasa berkaitan dengan dialektika, logika, romantika, menjebol dan membangun.

Dialektika revolusi mengatakan bahwa revolusi merupakan suatu usaha menuju perubahan menuju kemaslahatan rakyat yang ditunjang oleh beragam faktor, tak hanya figur pemimpin, namun juga segenap elemen perjuangan beserta sarananya. Logika revolusi merupakan bagaimana revolusi dapat dilaksanakan berdasarkan suatu perhitungan mapan, bahwa revolusi tidak bisa dipercepat atau diperlambat, ia akan datang pada waktunya. Kader-kader revolusi harus dibangun sedemikian rupa dengan kesadaran kelas dan kondisi nyata di sekelilingnya. Romantika revolusi merupakan nilai-nilai dari revolusi, beserta kenangan dan kebesarannya, di mana ia dibangun. Romantika ini menyangkut pemahaman historis dan bagaimana ia disandingkan dengan pencapaian terbesar revolusi, yaitu kemaslahatan rakyat. Telah banyak tugu peringatan dan museum yang melukiskan keperkasaan dan kemasyuran ravolusi di banyak negara yang telah menjalankan revolusi seperti yang terdapat di Vietnam, Rusia, China, Indonesia, dan banyak negara lainnya. Menjebol dan membangun merupakan bagian integral yang menjadi bukti fisik revolusi. Tatanan lama yang busuk dan menyesatkan serta menyengsarakan rakyat, diubah menjadi tatanan yang besar peranannya untuk rakyat, seperti di Bolivia, setelah Hugo Chavez menjadi presiden ia segera merombak tatanan agraria, di mana tanah untuk rakyat sungguh diutamakan yang menyingkirkan dominasi para tuan tanah di banyak daerah di negeri itu.

Sejarah modern mencatat dan mengambil rujukan revolusi mula-mula pada Revolusi Perancis, kemudian Revolusi Amerika. Namun, Revolusi Amerika lebih merupakan sebuah pemberontakan untuk mendapatkan kemerdekaan nasional, ketimbang sebuah revolusi masyarakat yang bersifat domestik seperti pada Revolusi Perancis. Begitu juga dengan revolusi pada kasus perang kemerdekaan Vietnam dan Indonesia yang lalu. Maka konsep revolusi kemudian sering dipilah menjadi dua: revolusi sosial dan revolusi nasional.

Pada abad 20, terjadi sebuah perubahan bersifat revolusi sosial yang kemudian dikenal dengan Revolusi Rusia. Banyak pihak yang membedakan karakter Revolusi Rusia ini dengan Revolusi Perancis, karena karakter kerakyatannya. Sementara Revolusi Perancis kerap disebut sebagai revolusi borjuis, sedangkan Revolusi Rusia disebut Revolusi Bolshevik, Proletar, atau Komunis. Model Revolusi Bolshevik kemudian ditiru dalam Perang Saudara Tiongkok pada 1949.

Karakter kekerasan pada ciri revolusi dipahami sebagai sebagai akibat dari situasi ketika perubahan tata nilai dan norma yang mendadak telah menimbulkan kekosongan nilai dan norma yang dianut masyarakat. REVOLUSI INDONESIA RAYA sekarang saatnya untuk segera dijalankan dengan titik picu melawan kepalsuan dan kebohongan yang sedang mengepung kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Sekarang, di sini dan mulai dari diri kita sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun