Mohon tunggu...
Kang Warsa
Kang Warsa Mohon Tunggu... Administrasi - Sering menulis budaya, filsafat, dan kasundaan

Sering menulis budaya, filsafat, dan kasundaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Asal-Usul Manusia

20 Oktober 2014   21:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:21 950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mitologi yang diilmiahkan, Sumber Photo: Kusnarto Pagi tadi, Saya kembali mengajar IPS di MTs Riyadlul Jannah, Cikundul. Setiap akan mengajar, Saya selalu membaca dulu beberapa referensi sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Di kelas VII, tema pembelajaran menyoal tentang asal-usul penduduk Indonesia. Prolog yang Saya kembangkan pada materi ajar tersebut adalah mengenai asal-usul manusia secara keseluruhan; baik melalui pendekatan teologis, biologi, juga pedagogis. Dengan membuat prolog sebaik mungkin, hal ini akan membawa para siswa pada sebuah pemahaman utuh mengenai asal-usul manusia dari berbagai sudut pandang. Hasil dari uraian prolog tersebut, mayoritas peserta didik memiliki satu pandangan yang sama; bahwa manusia ini diciptakan, keberadaan manusia tidak melalui rangkain mitologi yang diilmiahkan atau proses evolusi. Bagi penduduk di daerah Mesopotamia dan Sumeria, ribuan tahun lalu, memiliki keyakinan bahwa manusia berasal dari proses evolusi; kedua bangsa ini memiliki pandangan sama, manusia berasal dari Ikan. Tidak heran, Dagon sebagai dewa Ikan diyakini sebagai salah satu dewa tertinggi dua bangsa kuno ini. Pandangan evolusi terhadap asal-usul manusia hampir diyakini oleh seluruh keyakinan kuno. Puncak peng-ilmiahan paham ini oleh Charles Darwin dalam buku The Origin of Species. Demi ilmu pengetahuan , Saya menjelaskan secara sederhana buku Darwin ini kepada para siswa. Akal dan nurani mereka secara keseluruhan menolak pengertian evolusi , perubahan fisik manusia secara perlahan dari A menjadi B. Sebab, fakta sebetulnya, manusia adalah manusia. Prolog ini memudahkan bagi Saya untuk mengajak para peserta didik memasuki  ke dalam materi ajar utama, “ Asal-usul Penduduk Indonesia.” Dalam berbagai sumber, disebutkan penduduk Indonesia bagian Barat dan Tengah berasal dari Yunan salah satu provinsi di China. Ras awal penduduk Indonesia dari Yunan ini adalah palaeo-Mongoloid, ras mongoloid tua. Saya berani mengatakan, ini merupakan jebakan pengetahuan. Jika migrasi penduduk Yunan terjadi pada saat banjir/mecairnya kembali permukaan lautan, ini terjadi pada 6.000 -5.000 tahun lalu, konklusi sederhana yang seharusnya terjadi saat ini adalah “mayoritas penduduk Indonesia akan memililiki ras Mongoloid. Padahal ketika migrasi penduduk Yunan terjadi sekitar 6.000 tahun lalu, di wilayah nusantara telah ada kehidupan. Faktanya apa? Sikap pengetahuan sendiri sebetulnya bersifat subyektif, ditentukan oleh siapa penulis pengetahuan dan sejarah tersebut. Fakta rasional jika di nusantara telah ada manusia dan penduduk adalah dengan melihat ke dalam diri kita sendiri. Dimana kita tinggal? Kita lahir sebagai suku bangsa apa? Berapakah usia alam semesta ini? Beberapa ahli astronomi menyebut baru 7 sampai 8 milyar tahun saja. Sementara dari beberapa kajian paralogis, umur alam semesta ini telah mencapai 180 milyar tahun. Kenapa selama 180 milyar tahun jumlah manusia begitu sedikit dengan pertumbuhan penduduk begitu konstan, bukan kah seharusnya jumlah manusia di planet Bumi ini sudah benar-benar padat. Kehidupan manusia sendiri mengikuti sunnatullah, ada beberapa faktor yang memengaruhi penduduk Bumi ini tetap stabil. Ketika alam mengalami “Nature Disaster”, kehidupan manusia pun mengalami, “ Human Disaster”, contoh kecil, berapa jumlah manusia meninggal akibat dua bom yang diledakkan di Hirosima dan Nagasaki? Korban akibat Perang Dunia II saja mencapai 62,537,400 . Belum lagi disebabkan oleh bencana alam dan bencana kemanusiaan yang terjadi jutaan tahun lalu. Turbulensi sosial menjadi faktor penyebab berkembangnya satu keyakinan manusia menjadi berbagai varian ajaran, agama, dan apa yang dianut oleh manusia saat ini. Siapa pun tidak akan menerima jika agama dan keyakinannya disebut sebagai sintesis dari keyakinan sebelumnya, karena wilayah ini telah menjadi hal tabu untuk dibahas lebih luas. Tidak jauh berbeda dengan ilmu pengetahuan itu sendiri, teori evolusi Darwin telah menemui kebuntuan saat harus menjelaskan asal-usul manusia secara orisinil, kebuntuan ini ditutup-tutupi sebagai suatu garis yang terputus (missing-link). Saya sering mengajak kepada para peserta didik untuk berpikir lebih mendalam, karena keyakinan dari Alloh sudah pasti berasal dari satu ajaran, maka ajaran tersebut akan tetap satu, telah sempurna sejak ajaran tersebut ada. Tuhan dan ajaranNya tidak akan melakukan evolusi. Perubahan selalu terjadi ketika manusia menafsirkan keberadaan Tuhan dalam kehidupan, hal ini yang menyebabkan lahirnya berbagai varian keyakinan dan agama, pandangan terhadap eksistensi Tuhan dan ajaranNya pun menjadi semu dan semi. Ketika manusia memandang Tuhan dengan berbagai varian dan bentuk, terhadap keberadaan dan asal-usul manusia pun menjadi sama; mitologi menyebutkan manusia berasal dari air, ikan, kera, binatang melata. Sumber agama mengatakan manusia berasal dari satu nenek moyang; Adam dan Hawa yang berumur sekitar 6.000 tahun lalu jika mengacu kepada sejarah dalam Kitab Suci. Kaum atheis merasa suka cita dengan kelemahan berita profetik ini; Jika Adam dijatuhkan ke Bumi pada 6.000 tahun lalu, Planet Bumi dengan berbagai pesona dan keindahannya berarti telah sia-sia diciptakan oleh Tuhan? Bukankah apa pun yang telah diciptakan oleh Tuhan sama sekali jauh dari ke-sia-siaan? Apa bedanya konsep human-fall (kejatuhan manusia) dari Surga yang dianut oleh mayoritas manusia beragama dengan konsep human-fall para penganut keyakinan kuno? Kepada kaum atheis pun para penganut keyakinan/agama bisa bertanya; Jika asal-usul manusia berasal dari rangkaian evolusi yang disangkakan dan diilmiahkan, sajikan beberapa bukti perubahan tersebut! Perubahan fisik tidak bisa diwakili oleh penemuan-penemuan fosil baik kerangka manusia atau pun hewan? Jika demikian, pengetahuan tentang teori ini pun tidak jauh berbeda dengan keyakinan-keyakinan kuno yang menyebutkan manusia berasal dari hewan air (ikan) atau binatang melata. Sampai detik ini, Saya masih memiliki satu pandangan, karena Saya terlahir sebagai manusia, Saya berasal dari manusia. Ilmu pengetahuan pun akan mengalami kesulitan dalam menyajikan bukti asal-usul manusia secara akurat, sebab masa lalu kehidupan ini dipenuhi oleh misteri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun