Adalah benar, semua agama mengajarkan kebenaran karena di dalamnya masih mengandung nilai dan ajaran awal yang tetap terjaga. Takarannya, masih mengakui Tuhan.
Lalu ajaran mana yang paling benar? Ajaran yang paling benar adalah ajaran yang tetap konsisten mempertahankan ajaran awal sejak alam dan manusi diciptakan oleh Alloh. Bagaimana dengan semakin komplek dan heterogennya kehidupan, bukankah segala persoalan harus didasarkan dan dihukumi oleh aturan-aturan Alloh yang terdapat dalam kitab suci? Kitab suci merupakan tuntunan nilai bukan juklak dan landasan operasional pemecahan persoalan hidup. Sebab, persoalan-persoalan hidup tetap harus diselesaikan oleh pemikiran manusia. Kitab suci merupakan basis nilai, sementara norma, custom, dan adat kebiasaan lahir dari pemikiran manusia.
Pandangan seperti ini akan mengakibatkan dua hal, pertama menganggap semua agama salah atau kedua menganggap semua agama benar. Sebenarnya sederhana, yang harus diperbaiki adalah cara manusia dalam menafsirkan, mengartikulasikan, segala hal yang disangka merupakan wahyu dari Alloh. Wahyu dari Alloh merupakan bahasa transenden, kodifikasi dari bahasa transenden menjadi kitab suci merupakan penafsiran dari bahasa transenden itu sendiri. Hanya sedikit sekali manusia yang bisa menafsirkan bahasa transenden tersebut maka manusia diwajibkan untuk tetap memohon kepada Alloh agar diberi petunjuk ke jalan lurus (Ihdinash-shiroothol Mustaqiim). Sebuah jalan, ajaran, dan keyakinan awal yang telah ada sejak alam dan manusia diciptakan namun telah dirusak oleh manusia-manusia jahat, diberi bumbu, lalu dihidangkan kepada manusia lain agar ditelan mentah-mentah.
Alloh menurunkan ajaran bukan sekadar untuk dipikirkan tapi diturunkan bagi manusia-manusia yang mau berpikir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H