Mohon tunggu...
Waroeng Semawis
Waroeng Semawis Mohon Tunggu... -

www.WaroengSemawis.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Loen Pia: Ikon Kuliner Semarang

9 Agustus 2014   22:14 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:57 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1407571917644307707

Lumpia, yang pada daerah Semarang sering ditulis atau dieja sebagai 'loen pia', adalah sejenis penganan tradisional Tionghoa yang sudah tersebar ke seluruh wilayah Indonesia. Kata 'loen-pia' (baca: lun-pia) berasal dari dialek Hokkian. Dalam bahasa Mandarin disebut sebagai 'lun-bing' dan dalam Bahasa Khek/Hakka disebut sebagai 'pok-pya' (pokpia).

Loen-pia adalah lembaran tipis dari tepung gandum yang dijadikan kulit lalu digunakan sebagai pembungkus isian yang biasanya terdiri atas rebung, telur, sayuran segar, daging, atau makanan laut. Loen-pia disajikan dalam dua macam, yaitu loen-pia basah (hanya direbus dan tidak digoreng) atau loen-pia kering (loen-pia yang digoreng setelah direbus).

Di Indonesia, loen-pia/lumpia dikenal sebagai makanan khas Semarang dengan tata cara pembuatan dan bahan-bahan yang telah disesuaikan dengan tradisi setempat. Makanan ini mulai dijajakan dan dikenal di Semarang ketika pesta olahraga GANEFO diselenggarakan tahun 1963 - 1966 pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.

Cita rasa loen-pia merupakan perpaduan rasa antara Tionghoa dan Indonesia karena pertama kali dibuat oleh seorang keturunan Tionghoa yang menikah dengan orang Indonesia dan menetap di Semarang, yaitu pasangan Tjoa Thay Yoe dan Wasih sejak tahun 1800. Anak perempuan satu-satunya yang bernama Tjoa Po Nio dan menantunya Siem Gwan Sing meneruskan resep ini hingga anak-anak mereka melanjutkan usaha pembuatan loen-pia dan berkembang luas di berbagai sudut kota Semarang.

Penggemar dan pengamat kuliner yang fanatik terhadap Loen Pia Semarang bahkan mengklasifikasi adanya beberapa varian Loen Pia Semarang yang bahkan mereka sebut sebagai 'aliran/generasi' Loen Pia Semarang, yaitu:


  • Generasi Gang Lombok (Siem Swie Kiem, anak laki-laki pertama dari Siem Gwan Sing, dan cucu dari Tjoa Thay Yoe)
    Siem Swie Kiem (usia 69 tahun saat ini) merupakan generasi tertua yang disebut sebagai 'generasi ke-3 loen-pia Semarang' yang menjual loen-pia di kios warisan ayahnya di Jl. Gang Lombok no. 11. Generasi ini dianggap sebagai 'generasi paling murni' bagi sebagian penggemar fanatik loen-pia dan dengan keistimewaan rasa yang konon racikan rebungnya tidak berbau, juga campuran telur dan udangnya tidak amis.
  • Generasi Jalan Pemuda (almarhum Siem Swie Hie, anak laki-laki kedua dari Siem Gwan Sing, dan cucu dari Tjoa Thay Yoe)
    Generasi ini saat ini lebih dikenal sebagai 'Loen Pia Mbak Lien' yang diteruskan oleh Siem Siok Lien (usia 44 tahun saat ini). Siem Siok Lien (Mbak Lien) disebut sebagai 'generasi ke-4 loen-pia Semarang' dan membuka pusat kios loen-pia di Jalan Pemuda (mulut Gang Grajen) dan dua cabangnya di Jalan Pandanaran. Kekhasan lumpia Mbak Lien ini adalah isinya yang ditambahi racikan daging ayam kampung. Ketika awal mula meneruskan usaha almarhum ayahnya, Mbak Lien membuat tiga macam lumpia, yaitu lumpia isi udang, lumpia isi ayam (untuk yang alergi udang), dan lumpia spesial berisi campuran udang serta ayam. Tetapi, karena merasa kerepotan dan apalagi kebanyakan pembeli suka yang spesial, sekarang Mbak Lien hanya membuat satu macam saja, yaitu lumpia istimewa dengan isi rebung dicampur udang dan ayam.
  • Generasi Jalan Mataram (almarhumah Siem Hwa Nio, kakak perempuan Siem Swie Kiem, anak perempuan dari Siem Gwan Sing, dan cucu dari Tjoa Thay Yoe)
    Generasi ini disebut pula generasi 'Loen-pia Mataram', karena almarhumah Siem Hwa Nio pertama kali membuka kios loen-pia di Jalan Mataram (Jalan MT Haryono), anak-anak Siem Hwa Nio menjadi 'generasi ke-4 loen-pia Semarang' dan sekaligus menyebut diri mereka 'generasi ke-2 loen-pia Mataram' yang membuka kios loen-pia di berbagai tempat di Semarang dan bahkan luar kota hingga Jakarta.
  • Loen-pia Jalan Tanggamus
    Loen-pia jenis ini dibuat oleh Ny. Mechtildis Tyastresna Halim dan bukan merupakan generasi langsung dari Tjoa Thay Yoe dan Siem Gwan Sing, namun memiliki keunikan khas yaitu loen-pia yangdisajikannya berbentuk bulat dengan citarasa gurih yang khas sehingga memiliki klasifikasi tersendiri bagi penggemar fanatik loen-pia Semarang.
  • Loen-pia 'Generasi Tak Murni'
    Loen-pia jenis ini adalah resep loen-pia yang diwariskan dari para mantan pegawai (yang biasa disebut sebagai 'murid') dari loen-pia Jalan Pemuda dan juga loen-pia Mataram dengan modifikasi mereka masing-masing sehingga memiliki citarasa masing-masing.
  • Loen-pia 'Generasi Luar'
    Merupakan loen-pia yang dibuat oleh generasi penikmat kuniner di luar 5 kategori di atas, atau kerabat dan famili tak langsung di luar generasi yang telah disebutkan di atas. Meskipun demikian, beberapa loen-pia dari kategori ini bahkan memiliki langganan dan penggemarnya sendiri karena ketekunan dan keuletan usaha kuliner yang dilakukannya.


Pengunjung dari luar Semarang yang tidak sempat mengunjungi atau mencicipi berbagai lokasi loen-pia khas di Semarang, dapat pula mencicipi sajian kuliner ikon kota Semarang ini di Waroeng Semawis, meskipun yang tersedia tidak tergolong 'generasi langsung' dari berbagai varian loen-pia seperti di atas, namun tetap menyuguhkan warna citarasa khas Pecinan Semarang.

[ www.WaroengSemawis.com ]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun