Mohon tunggu...
Warlinah
Warlinah Mohon Tunggu... Lainnya - Manjadda Wajaddah

Warlinah, IRT

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hikmah di Balik Peristiwa (Storyteling di Bulan Ramadhan)

13 April 2021   13:41 Diperbarui: 13 April 2021   16:44 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sering kali manusia merasa sangat kecewa dengan apa menimpa dirinya, apa terjadi yang terkadang berbeda jau dari  yang diharapkan, hingga membuat dirinya tidak bisa berpikir secara jernih dan tidak mampu mengambil keputusan yang tepat untuknya dan orang lain.

Pak Deden terlihat lesu, wajahnya murung, semangat kerjanya hilang, setelah memandangi nilai yang tertera pada slip gaji yang di serahkan oleh bendahara gaji padanya, sedih tampak diraut wajahnya yang sendu, nilai yang tertera tidak sesuai harapannya.

Pak Deden adalah seorang ayah yang memiliki tanggungan dalam hidupnya, Ia bekerja sebagai pegawai administrasi keuangan di suatu perusahaan yang terkemuka di kotanya, Ia adalah sosok yang cerdas, ulet, mampu bekerja dalam tekanan waktu, Ia pandai bergaul, bisa menepatkan diri dengan orang-orang yang ada di sekitarnya baik dengan rekan sejawat maupun dengan teman-teman di luar dari perusahaan tempat ia bekerja.  

Setiap bulan Pak Deden menerima gaji dari perusahaan tempat ia bekerja sebagai timbal balik dari apa yang Ia lakukan untuk perusahaan, gaji yang diterimanya sebesar kontribusi dan lamanya ia bekerja di perusahaan juga menjadi pertimbangan penambahan gaji pokoknya, gaji yang sesuai dengan perjanjian kerja yang telah ditanda tangani oleh kedua belah pihak antara Pak Deden dan perusahaan. 

Perjanjian kerja yang hampir setiap semester bahkan terkadang triwulan berubah yang berpengaruh pada nilai gaji pak Deden terima, hatinya selalu bergejolak mempertanyakan nilai yang juga selalu berubah seiring perubahan perjanjian kerja, berapa gaji pokok dan tunjangan-tunjangan yang akan diterima oleh pak Deden semua tertera pada perjanjian kerja.

Hari itu Pak Deden menerima gaji, Ia berharap bulan tersebut ada kenaikkan, karena beban kerjanya di bulan itu di luar dari perjanjian kerja, dan telah Ia selesaikan walaupun pekerjaan yang ia lakukan berbeda dengan yang dilakukan rekan kerjanya, namun hasil kerja dipersiapkan untuk mitra kerja yang sama.  

Sebelum menerima gaji utama setiap bulannya, teman sejawatnya telah menerima lebih dulu imbalan dari pekerjaan yang mereka selesaikan, sedangkan Pak Deden sendiri belum menerima apa-apa, berharap ia kan mendapat hal yang sama saat gaji diterima di awal bulan nanti.

Dengan rasa penasaran pak Deden mempertanyakan nilai yang tertera di amplop gaji pada bendahara, namun ia tidak puas dengan jawaban yang di berikan oleh bendahara, Ia memutuskan tidak menerima gaji saat itu sebelum ia bertemu manajer untuk mendapat klarifikasi.

Dua hari kemudian Pak Deden bertemu dengan manajernya, Ia kemudian mempertanyakan nilai yang tertera pada amplop, namun hasilnya nihil, manajernya berdalih, nilai tambah yang di berikan kepada sang teman kerja adalah suatu kebijkan manajer bukan berdasarkan perjanjian kerja

Pak Deden kelihatan terperangah, "Kok beda-beda pak, saya bekerja diluar dari perjanjian kerja!" ungkap Pak Deden membela diri.

"Benar, tapi. Pekerjaan yang anda lakukan tidak seberat pekerjaan yang teman anda lakukan." Ujar Pimpinannya.

Pak Deden tertunduk lesu, kekecewaan semakin terlihat menyelimuti raut wajahnya. Tatapan matanya kosong jauh ke depan, entah apa di pikirkan saat itu, tanpa panjang lebar lagi Pak deden kemudian pamit keluar dari ruangan manajernya, Ia telah puas setelah mendapatkan jawaban dari pertanyaan walupun hasil sangat mengecewakan hati, Ia kembali duduk di kursi kerja. 

"Pekerjaan yang aku selesaikan, yang menyita waktu dan pikirannya beberapa hari lalu dianggap oleh manajer pekerjaan yang biasa dan tidak berat?" ucapnya lirih, mengulang penyataan manajer yang baru saat itu terdengar di telinganya.

Pak Deden berucap ingin mengakhiri perjanjian kerjanya dengan perusahaan, Ia kelihatan galau, dan kehilangan arah, kemudian dari bibirnya terucap " Astagfirullah." Dengan khusyuk memohon ampun pada yang kuasa, Pak Deden menyadari bahwa apa yang Ia dapat hari itu, merupakan rezeki dari yang Mahakuasa Sang pemberi rezeki, Allah Maha tau seberapa besar upaya yang telah Ia lakukan pada perusahaan tempat Ia bekerja.

Pak deden berusaha mengambil hikmah dari yang Ia alami, Ia percaya bahwa Allah maha mengatur segalanya, tidak ada satu pun kejadian di muka bumi ini yang terjadi secara kebetulan.  

Barang siapa yang berbuat baik maka pahalanya untuk dirinya sendiri dan barang siapa yang berbuat jahat dosanya akan ditanggungnya sendiri (Q.S: Fussilat 14:46)

"Ia yang bekerja lebih banyak dari apa yang dibayar, pada suatu saat akan dibayar lebih dari apa yang dikerjakan" ( Napoleon Hill) 

Ada hukum alam yang mengatur kehidupan manusia, hukum yang dibuat oleh Allah sebagai bentuk keadilan-Nya pada seluruh mahluk. 

Kata orang bijak "Hasil tidak akan mengkhianati usaha" 

Walaupun anda belum melihat hasilnya didepan mata saat ini terhadap upaya yang telah anda lakukan, namun kehidupan di balik fisik terus bekerja menghitung totalnya energi yang anda keluarkan saat bekerja secara ikhlas, dan percayalah  kepada Allah bahwa semua upaya terbaik yang pernah anda lakukan akan dihargai dan dikembalikan kepada anda di saat yang tepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun