Orang humoris sangat peka terhadap setiap kejadian.
Iya mampu menangkap keganjilan keanehan atau paradoks kehidupan.
Manusia sering tertekan oleh kegagalan kesedihan atau konflik, tanpa sadar sampah energi psikis yang ditimbulkan itu bertumpuk di dalam jiwanya, membuatnya menjadi beku dan menderita.
Oleh karena itu sangat diperlukan semacam pembuangan sampah-sampah dengan cara tertawa.
Herbert Spenser mengatakan tertawa adalah "Klep pengaman terhadap surplus energi"
Orang yang humoris mampu menguatkan dirinya dengan berusaha menempatkan masalah kehidupan di ruang Kedamaian hatinya.
Tawa seperti mengalirkan air bah yang membahayakan kelautan tak terbatas.
Namun hendaknya kita membedakan antara humor dan lelucuan.
Humor menimbulkan ketenangan raga sedangkan lelucuan sering kali menimbulkan sakit hati dan permusuhan.
Objek dalam lelucuan adalah orang atau kelompok lain sedangkan yang menjadi sasaran humor adalah diri pribadi atau kelompok si pembawa cerita.
Orang yang melucu berusaha melihat kesalahan dan kelemahan orang lain usaha merendahkannya dan mengakibatkan munculnya permusuhan.