Waktu terus berjalan dan tanpa terasa sudah sekian wajtu kita jalani cerita. Dulu aku mengenalmu sebagai satu dari sekian banyak bidadari yang mampu terbang melintasi waktu. Hingga ketika kutengah duduk seorang diri, tanpa sengaja aku menemukan satu patahan sayap mungilmu.
Di masa lalu, kukembalikan satu sayapmu yang pernah tertinggal di dasar bumi. Hingga akhirnya kita bertemu di masa kini dan bertanya, "Apakah pertemuan ini nyata dan bukan hanya bagian dari cerita fiksi?"
Di jalan sunyi engkau berkata bahwa apapun yang terjadi engkau tetap akan mengikuti langkah kaki ku ini menyusuri lorong waktu, melintasi masa lalu, masa kini hingga ke masa depan nanti.
Di ujung waktu, kugenggam erat jemari tanganmu, langkahkan kaki bersama-sama menuju ke masa depan sambil tetap bergandengan tangan.
Di hadapan Yang Maha Satu kuberikan simbolku sebagai bukti bahwa engkau dan aku adalah satu dan akan selalu bersama baik dalam suka maupun duka mengarungi waktu.
"kenapa engkau begitu menyukai angka-angka itu?"
Saat itu tak banyak yang bisa aku ceritakan kepadamu, selain mengatakan, bahwa simbolku dan simbolmu itu adalah satu dari sekian banyak misteri yang ada di dunia dan belum mampu terpecahkan hingga saat ini.
"Bagaimana mungkin bisa begitu?"
"Entahlah, akupun tak tau,"
Sekian lamanya kita jalani kehidupan bersama dan engkau tidak pernah lagi menanyakan tentang angka-angka misterius itu.Â
"Aku ingin abadi bersamamu," katamu  pelan sambil menatap kedua mataku.
"Aku dan engkau akan abadi selamanya."
"Bagaimana caranya agar aku bisa abadi bersamamu,"
"Akan kuabadikan simbolku dan simbolmu dalam sebuah tulisan... Sebab menurutku, menulis adalah sebuah proses agar kita tetap "ada" dan tak dilupakan oleh siapapun. Raga ini boleh mati, tetapi tulisan-tulisan kita kelak akan hidup selamanya, dari generasi ke generasi dan itu adalah salah satu cara agar engkau dan aku akan tetap abadi di dunia.
"Apakah kau mencintaiku?"
"Jauh sebelum kita bertemu, aku telah memutuskan untuk menyerahkan separuh nafasku untukmu, menurutmu apakah kata-kata itu terlalu lebay buatmu?"
"Tidak!"
Sekian lama kita berjalan menyusuri waktu, dan aku tidak bisa mendustai diriku sendiri bahwa engkau begitu berharga buatku.Â
Jika aku dulu selalu mengatakan bahwa di setiap cerita pasti ada akhirnya, namun dalam cerita hidupku. Akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru, maka di hari jadimu, aku ingin berkata,"Denganmu, aku ingin abadi bersama sang waktu dan aku tidak ingin hidup tanpa ada engkau disisiku."
Catatan: Artikel ini sudah tayang di secangkirkopibersama.com dengan judul Denganmu Aku Ingin Abadi di Ruang Waktu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H