Kutatap lelaki berusia 60 tahun yang tiba-tiba saja menahan tangisnya di sebelahku. Di antara hembusan angin yang menggugurkan dedaunan, kutatap mata lelaki tua yang tadi sempat memperkenalkan dirinya bernama Abdul Majid itu.
Tak ada yang bisa kulakukan untuk mencoba menenangkan gejolak hatinya. Lelaki tua disebelahku ini tengah di rudung duka, dia merasa begitu kehilangan akan kepergian wanita yang begitu di cintai-nya itu.
Di antara suara tiupan angin, kutatap langit yang awalnya terlihat begitu cerah itu sambil membakar sebatang Rokok di tanganku. Dan di bawah langit yang mulai menghitam, Abdul Majid kembali melanjutkan ceritanya.
"Pagi itu, selesai mandi, Bapak tanya, apakah dia sudah bersuci, dan Noormah menjawab, "Belum," Bapak heran, padahal biasanya Noormah tidak pernah melupakan satu kegiatan yang sepertinya sudah menjadi ritual wajib-nya setelah mandi itu."
"Bu Noormah selalu ber-wudhu sehabis mandi?"
"Iya, dari semenjak pertama kali Bapak menikahinya pada 40 tahun yang lalu,"
"Iya, Pak,"
"Pagi itu Bapak merasa bahwa ketidakbersamaan kami sudah begitu dekat, Bapak tak kuasa menahan tangis ketika Noormah meminta Bapak untuk memandikannya kembali, Ia merasa masih kurang bersih,"
"Trus Bapak mandikan lagi?"
"Iya, dan ketika sudah selesai mengambil air wudhu, tiba-tiba saja Noormah terjatuh, saat itu Bapak langsung berteriak memanggil anak-anak sambil menangis,"
"Iya,"