"Iya, anu...," kata Si Oneng sambil terus berusaha melepaskan genggaman tangan Jabrik ke telapak tangannya.
"Si Belah terus berjalan, mencari Tuhan, dengan satu tujuan, untuk meminta keadilan kepada Tuhan." kata Jabrik kembali meneruskan ceritanya sambil tersenyum manis ke arah Oneng yang terlihat semakin salah tingkah dengan kelakuannya.
Jabrik pura-pura tidak mengetahui reaksi  lawan bicaranya yang sedari tadi masih terus berusaha melepaskan geggaman tangannya.
"Kenapa Si Belah mencari Tuhan dan hendak meminta keadilan? Apa karena Si belah merasa telah diperlakukan tidak sopan oleh orang yang baru dikenalnya? Atau merasa Si Belah merasa telah diperlakukan tidak adil oleh Satpol PP yang telah menangkapnya karena Ia tidak mengindahkan anjuran pemerintah untuk tetap "MENJAGA JARAK" di masa New Normal? Ehemm, JAGA JARAK MAS, JAGA JARAK!" kata Oneng dengan sedikit menekankan nada sambil terus berusaha menarik tangannya. Berharap ada pengertian dari lawan bicaranya ini agar segera mau melepaskan jabatan tangannya.
"Bukan, Si Belah mencari Tuhan karena Ia merasa Tuhan tidak adil kepadanya. Sebab Si Belah ini merasa Tuhan menciptakannya tidak sesempurna makluk ciptaan Tuhan lainnya. Si Belah hanya memiliki satu tangan serta satu kaki saja, tidak lengkap seperti manusia pada umumnya. Mungkin ketika Tuhan belum sempat menyelesaikan penciptaannya, Si Belah ini udah keburu "Mbrojol" ke dunia," kata Jabrik sambil cengengesan di depan Perempuan muda di depannya yang sepertinya sudah mulai putus asa dengan usahanya untuk melepaskan jemarinya yang masih terus di genggam erat oleh lawan bicaranya.
"Tubuhnya hanya sebelah?" tanya Oneng lagi sambil terus  berusaha melepaskan genggaman Jabrik di jemarinya.
"Iya." kata Jabrik sambil melepaskan genggaman tangannya di jemari Perempuan muda di depannya..
"Terima kasih!" kata Oneng saat melihat Jabrik sudah melepaskan genggaman tangannya.
"Eh buat apa ngucapin terima kasih? Kan aku belum ada rencana untuk pergi dan juga belum membayar minumannya," tanya Jabrik sambil melihat ke arah Kopi di dalam Cangkir yang baru sedikit diminumnya.
"Untuk jabat tanganya, Mas!" jawab Oneng, mangkel.