Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Si Belah Mencari Tuhan [Bagian Satu]

10 Agustus 2020   22:08 Diperbarui: 19 Agustus 2020   03:09 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Istilah Sanggeng bergeser menjadi sanger dan menjadi populer di kalangan mahasiswa pada era tahun 90-an. Di mana sanger diartikan menjadi “sama–sama ngerti” dengan maksud kopi susu yang di-pesan tidak terlalu banyak susunya atau pun kopinya, sehingga harganya juga lebih miring dari kopi susu asli.

Sanger merupakan campuran kopi hitam, susu kental manis dan gula. Secara fisik, sanger memang mirip kopi susu atau coffee latte. Tak semua para pembuat minuman kopi bisa membuat sanger. Karena untuk membuat sanger takaran kopi, susu kental dan gula harus pas. Setelah kopi diseduh dengan saringan dari kain yang bentuknya kerucut, lalu ditambah dengan susu kental plus sedikit gula dan dikocok sampai berbuih. Meski sudah bercampur dengan susu, aroma kopi tetap mendominasi. Itulah yang menyebabkan sanger bukan kopi susu biasa.  

 

Setelah mencatat menu yang dipesan oleh Jabrik. Perempuan muda bertubuh ideal dan semampai yang memiliki tinggi badan sekitar 165 cm lebih itu berjalan meninggalkan Jabrik, yang sedari pertama kali melihatnya itu kedua mata Jabrik sepertinya begitu enggan beralih dari dada yang begitu membusung dan terlihat begitu menggoda, milik Perempuan muda yang saat ini tengah mengenakan kemeja lengan panjang motif kotak-kotak berwarna biru tua, dipadu dengan setelan Blue Jeans ketat itu.

Tak perlu menunggu lama, Perempuan muda yang memiliki rambut indah sebahu itu kembali menghampirinya sambil membawakan Secangkir Kopi pesanannya tadi.

"Dari mana, Mas?" tanya Perempuan muda yang memiliki senyuman begitu menawan di mata Jabrik itu sambil meletakan Secangkir Kopi Sanger di atas Meja.

"Mau tau aja, apa mau tau buanget?" balas Jabrik menggoda Perempuan cantik di depannya itu sambil menghirup uap Kopi Susu di atas Meja.

Perempuan muda yang memiliki penampilan rambut model polwan memiliki senyuman begitu menawan ini cuma tersenyum sendiri saat melihat kelakuan Jabrik yang menghirup aroma kopi di depannya. Tingkah Lelaki  muda yang memakai jaket bomber warna hitam untuk menutup kaos polos warna abu-abu di dalamnya, dipadu dengan celana Jeans yang juga berwarna hitam serta mengenakan sepatu sneakers putih sebagai alas kakinya itu terlihat menyempurnakan tampilan Lelaki berambut sedikit ikal tapi memiliki nama panggilan “Jabrik” ini.

"Hemm, cerita donk..," kata Perempuan cantik bertubuh indah itu tersenyum ramah kepada pelanggan barunya.

Mendapat senyuman ramah dan sedikit manja dari Perempuan cantik di depannya, Jabrik seperti Ayam jantan melihat Ayam betina yang siap untuk di “buahi” nya.

"Mau diceritain apa? Cerita tentang Si Tince, janda bahenol mantan istri mendiang Ujeng yang suka mengenakan pakaian serba hitam setelah kematian mendiang suaminya itu apa cerita tentang Si Mamat, Ustad yang dulu terkenal di Desa nya karena sebagian isi ceramahnya itu sangat menyentuh perasaan kaum Hawa tapi yang sekarang malah di tinggal pergi oleh para jemaahnya yang sebagian besar adalah kaum Hawa karena ternyata Ustad panutan mereka selama ini tidak bisa menjadi contoh Imam yang baik buat mereka. Si Mamat ketahuan belangnya, setelah gossip yang dulu sempat menerpanya itu, akhirnya terbongkar ke kalangan jemaahnya saat mantan istrinya itu unggah di akun Media sosialnya sebab kenapa Ia menggugat cerai mantan suaminya. Dalam unggahan akun facebook milik mantan istri Si Mamad para jemaahnya bisa melihat ternyata mantan istrinya itu menggugat cerai Usdad idola mereka karena istri Si Mamad tidak terima melihat kelakuan mantan suaminya itu yang berselingkuh dengan salah satu Jemaah pengajiannya sendiri,"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun