Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku dan Wanita Cantik di Tepi Sungai Tapa

27 Juni 2020   05:00 Diperbarui: 27 Juni 2020   05:05 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

<< Sebelumnya

*****

Walau secara fisik penampilanku saat ini telah berubah menjadi seekor Harimau Sumatera, berjenis kelamin jantan yang memiliki panjang sekitar 250 cm dari kepala ke kaki dengan berat sekitar 140 kg dan tinggi sekitar 60 cm, tapi Aku masih mampu mengerti bahasa wanita cantik berkacamata yang tengah berbisik di telingaku sambil mengusap bulu-bulu halus di wajahku.

Ditepi sungai Tapa yang permukaan airnya saat ini terlihat masih meluap, wanita cantik berkacamata ini kembali menangis sesegukan, setelah sebelumnya wanita cantik yang berasal dari kota ini tak mampu menahan kesedihannya, semenjak Datuk Garang Bamato Merah dan Nenek tua berkerudung bergo panjang warna merah marun itu pergi meninggalkan kami berdua dipinggir Makam Keramat, tak lama setelah mengutukku menjadi harimau jadi-jadian di tempat ini.

Dikeremangan cahaya senja, Aku dan wanita cantik berkacamata ini masih duduk terpekur dipinggiran sungai, sambil berharap ada sampan yang melewati sungai Tapa yang bentuknya seperti ular yang tengah melingkari Hutan Larangan ini.

Hari mulai gelap dan sepertinya wanita cantik yang berasal dari kota itu mulai terlihat putus asa, karena, satu-satunya sampan yang menjadi harapannya agar Ia bisa meninggalkan kawasan Suaka Margasatwa ini sudah tidak berada ditempatnya lagi.

Sambil mengaum pelan, penuh kasih, Aku jilati wajah cantik wanita berkacamata yang memiliki kulit berwarna kuning langsat ini sebagai tanda bahwa saat ini Aku  bisa memahami kegelisahannya terkurung ditempat ini.

Wanita cantik berkulit kuning langsat yang mengenakan rok kain panjang berwarna hitam, di padu dengan baju atasan berwarna putih itu memeluk leherku. Sambil mengusap bulu-bulu halus warna kuning kemerahan sedikit gelap ditubuhku, wanita cantik ini kemudian mengecup pelan keningku.

***

Sepanjang malam, wanita cantik berkulit kuning langsat ini tertidur pulas sambil memeluk bulu-bulu halus di tubuhku, setelah sebelumnya, kejadian yang membuat Nenek tua berkerudung bergo panjang warna merah marun itu mengutukku menjadi seekor harimau jantan kembali terulang lagi ditempat ini.

Saat itu, di bawah langit yang menghitam, di atas dedauanan yang menjadi alas bagi tubuh wanita cantik berkacamata ini, di bawah keremangan cahaya Bulan, entah kenapa wanita cantik yang berasal dari kota itu seperti kembali "menginginkan" lagi apa yang sudah Aku  dan ia lakukan di dalam pondok kayu siang tadi.

Berawal dari jilatanku seluruh wajah cantiknya, sebagai tanda bahwa saat itu Aku merasa begitu simpati kepadanya, entah kenapa,  wanita cantik ini sepertinya begitu menikmati, hingga akhirnya Ia membiarkan ujung lidahku menyapu sekujur tubuhnya.

Di antara desiran suara angin yang menggugurkan dedauanan, atas kemauannya sendiri, saat itu Ia membuka sendiri kain tipis yang selama ini menutupinya.

Di antara hembusan angin malam, setelah sebelumnya sempat memekik perlahan, wanita cantik ini terkulai lemas, sebelum tertidur pulas sambil memeluk erat bulu-bulu halus ditubuhku. Bulu-bulu halus di tubuhku saat itu sepertinya mampu memberikan kehangatan untuk melawan hawa dingin yang terasa bagai menusuk tulang belulangnya itu.

Di antara keremangan cahaya fajar, sekali lagi kuperhatikan tubuh wanita cantik berkulit kuning langsat yang saat ini bajunya masih terlihat acak-acakan. 

Dengan menggunakan gigi, kucoba benahi rok kain panjang berwarna hitam milik wanita cantik yang masih tertidur pulas itu untuk menutupi tubuhnya yang masih tersingkap lebar disana-sini. 

Setelah mengendus-ngendus seluruh tubuhnya untuk memastikan bahwa Ia akan baik-baik saja setelah aku tinggal pergi, sebelum fajar, Aku mulai bergerak meninggalkannya di tepi sungai Tapa ini seorang diri.

***

Di antara lebatnya pohon-pohon kayu alam yang tumbuh lebat di dalam Hutan Larangan, setelah menemukan apa yang Aku  cari, Kupilih buah durian yang ukurannya paling besar dan paling bagus di tempat ini, selanjutnya dengan menggigitnya, segera kubawa durian jenis Musang King yang baru saja jatuh dari pohon itu ketempat dimana Aku tadi meninggalkan wanita cantik berkulit kuning langsat tadi.

*****

Kujatuhkan durian berjenis Musang King di depan wanita cantik berkacamata yang sepertinya tadi sempat mencari-cari ketiadaanku di tempat ini. Durian berjenis Musang King memang digadang-gadang sebagai durian termahal di dunia saat ini. Durian Musang King diketahui berasal dari Negeri Jiran, Malaysia, walau ternyata juga  tumbuh di Indonesia.

Di depan wanita cantik berkacamata, dengan bantuan gigi dan cakar yang Aku miliki, kucoba bukakan durian yang terkenal karena rasa manisnya yang pas, serta tekstur daging yang terasa lembut di lidah dan tidak terlalu lembek dengan aromanya yang harum semerbak itu untuknya.

Wanita cantik berkulit kuning langsat yang sepertinya tadi sempat panik ketika tidak melihat Aku tidak berada didekatnya itu saat ini hanya melihatku tanpa mengeluarkan satupatah katapun saat melihat kehadiranku.

Seperti memahami keinginanku, setelah menatap mataku, pelan-pelan wanita cantik berkulit kuning langsat itu mengambil isi buah durian yang baru saja aku bukakan untuknya dan tanpa ragu segera memasukan kedalam mulutnya.

Melihat ekspresi wajahnya yang terlihat begitu bahagia saat menikmati isi buah durian yang terlihat sangat bersih dan tidak berserat, dengan balutan warna kuning cerah itu di dalam mulutnya, Aku  seperti merasakan kepuasan tersendiri, terlebih ketika melihat wanita cantik berkacamata itu sepertinya begitu menyukai buah durian yang sengaja kupilihkan khusus buatnya.

"Mas, jangan pernah tinggalkan Aku," bisiknya pelan seraya memeluk erat leherku sambil menyuapkan sepotong buah durian kedalam mulutku.


Bersambung

Bahan bacaan; 1

Catatan: Di buat oleh, Warkasa1919 dan Apriani Dinni. Baca juga Aku dan Harimau Jantan Ditepi Sungai Tapa yang di buat oleh, Apriani Dinni. Cerita ini hanya fiksi belaka, jika ada kesamaan Foto, nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan. Cerita ini juga Tayang di Secangkir Kopi Bersama.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun