KETIKA MUDIK TIDAK TERGANTIKAN. Menjadi judul beberapa artikel yang tayang di sejumlah media mewarnai perayaan hari raya Idul Fitri 1441 H / 2020 M ini. Selain media online, beberapa stasiun televisi pun menyoroti tentang fenomena mudik tahun ini dengan menampilkan beberapa gambar ataupun video tentang suasana mudik di bandara udara, stasiun kereta api, terminal bus hingga beberapa penumpang yang kedapatan memalsukan surat keterangan dari dokter dengan tujuan agar mereka bisa mudik ke kampung halaman.
Di tengah ancaman pandemi Covid-19 ini, para pemudik sepertinya terlihat sama sekali tidak perduli dengan anjuran pemerintah, agar merayakan Lebaran di rumah saja dan tidak melakukan mudik tahun ini. Perilaku mereka yang seolah 'menyepelekan' keselamatan dan kesehatan diri sendiri serta orang-orang di sekitarnya itu membuat netizen 'gemas' dengan tingkah para pemudik ini.
Apakah jika Lebaran tidak di lakukan bersama dengan orang-orang tercinta di kampung halaman, akan membuat suasana Lebaran ini terasa tidak afdal atau bahkan tidak sah di mata Agama?
Jika suasana Lebaran tahun ini terasa sangat berbeda dengan suasana Lebaran di tahun sebelumnya, itu pasti. Tapi kalau karena tidak mudik dan tidak bisa merayakan Lebaran di kampung halaman membuat Lebaran ini menjadi tidak Sah di mata Agama, waah... Sebagai masyarakat biasa, sepertinya saya kurang sependapat dengan pemahaman mereka.
Pandemi Covid-19 saat ini telah mewabah di seluruh dunia. Jadi bukan hanya kita saja, yang saat ini harus menahan diri. Jutaan manusia di dunia telah menjadi korban keganasan virus ini sejak akhir tahun 2019 lalu hingga memasuki perayaan hari raya Idul Fitri 1441 H / 2020 M ini.Â
Hal yang mungkin saja tidak pernah terbayangkan sebelumnya, seperti merubah pola hidup, mau tidak mau, sepakat tidak sepakat, harus kita ikuti dan laksanakan mulai saat ini. Termasuk tradisi silaturahmi yang menjadi ciri khas di Nusantara ini, yaitu mudik ke kampung halaman.
Akibat khawatir terpapar virus corona, bukan hanya tradisi mudik yang untuk sementara ini harus kita tunda dan mungkin juga perlu untuk kita evaluasi. Beberapa kebijakan pemerintah seperti, Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM), isolasi wilayah, PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), lockdown, isolasi terbatas dan lain sebagainya sudah di terapkan demi kebaikan kita bersama, bahkan beberapa Perusahaan telah mengeluarkan ancaman PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) bagi para pekerja/buruh yang masih nekat mudik karena merasa Lebaran-nya terasa kurang afdal jika tidak dilakukan di kampung halaman.
Tapi apa iya sih, jika lebaran ini tidak kita lakukan di kampung halaman, maka Lebaran Idul Fitri tahun ini tidak afdal, apalagi sampai tidak Sah di mata Agama.
Bukan hanya saya yang mengatakan bahwa perayaan lebaran tahun ini sangat berbeda dari Lebaran tahun-tahun sebelumnya. Beberapa hari sebelum memasuki hari H Lebaran seperti saat inipun tidak terjadi penumpukan jumlah kendaraan di beberapa ruas-ruas jalan seperti di tahun-tahun sebelumnya. Beberapa pusat perbelanjaan dan tempat hiburan keluarga pun terlihat minim dari kerumunan.
Selain terasa lebih sepi dari tahun-tahun sebelumnya, perayaan Lebaran tahun ini juga pelan-pelan sudah mulai 'bisa'meninggalkan budaya bersalam-salaman seperti biasa. Dan alhasil, 1 Syawal 1441 H / 2020 M ini adalah hari 'Panen Raya' bagi semua perusahaan operator selular di seluruh dunia. Apalagi semenjak ada 'Instruksi' dari Pemerintah agar masyarakatnya melakukan mudik secara virtual.
Semua 'kebiasaan' yang biasa kita lakukan di saat merayakan Lebaran, bisa kita lakukan secara virtual, seperti saling sungkem, bertutur kata dan bersenda gurau dan lain-lainnya, semua bisa kita lakukan via video call. Mungkin memang ada beberapa orang tua kita yang sudah sepuh dan lanjut usia tidak bisa menerima kenyataan ini. Terlebih ketika anaknya tidak bisa mudik ke kampung halaman, tapi mau bagaimana lagi?