Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Secangkir Kopi Susu

27 Maret 2020   13:32 Diperbarui: 28 Maret 2020   05:55 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*****
Di ujung sana. Di atas Sofa Minimalis, saat ini kedua mataku tengah melihat dua sosok tubuh yang tengah duduk berdua. Sosok yang pertama kulihat memakai pakaian berwarna putih. Ada sayap yang juga berwarna putih menyembul keluar dari balik punggungnya.

Sedangkan sosok yang kedua adalah sosok Lelaki setengah tua. Sosok yang duduk di depan sosok yang memakai pakaian berwarna putih itu kulihat mengenakan jubah panjang berwarna hitam. Jubah panjangnya itu menutupi tubuh hingga ke kepalanya.

"Itu siapa?" tanyaku pada Wanita cantik berjilbab panjang warna hitam di sebelahku ini sambil menunjuk ke arah dua sosok yang kulihat tengah asyik berbicara di antara keremangan cahaya.

"Yang satu itu Malaikat," jawab Wanita cantik yang baru saja meletakkan secangkir kopi susu di sebelah laptop di atas meja kerja ku ini sambil menunjuk ke arah orang yang mengenakan pakaian serba putih.

"Dan yang itu?" tanyaku lagi, sambil menunjuk ke arah Lelaki berjubah panjang warna hitam.

"Itu Iblis," katanya lagi. Suaranya terdengar begitu pelan. Wanita cantik berjilbab panjang warna hitam di sebelahku ini kulihat sedikit tegang ketika menyebut nama sosok yang mengenakan jubah panjang berwarna hitam itu.

"Ayo cepat," kata Wanita cantik berjilbab panjang ini lagi sambil menarik jemari tanganku. Memintaku agar secepatnya menghidupkan laptop yang ada di depanku.

Kuikuti permintaannya. Segera kunyalakan laptop di atas Meja. Dan sambil menunggu proses loading-nya selesai, kubakar sebatang rokok. Kuhisap dalam-dalam, lalu kuhembuskan asapnya secara perlahan--lahan.

Sambil menghebuskan asap rokok di bibirku secara perlahan--lahan, kembali kutatap dua sosok yang  sepertinya tengah bersitegang antara satu dengan yang lainnya di sudut ruangan itu.

"Mungkin mereka belum ngopi," pikirku.

Di antara keremangan cahaya. Meja yang berada persis di depan dua sosok yang tengah duduk berdua itu terlihat kosong melompong dan sepertinya tidak ada apa-apa di atasnya.

Ingat kopi, aku kembali teringat pada Wanita cantik berjilbab panjang berwarna hitam yang biasa meracikkan secangkir kopi susu buatku. 

Dan saat Aku melihat ke samping. Ternyata Wanita cantik berkulit kuning langsat, yang tadi memintaku agar segera menyalakan laptop di atas Meja kerja-ku itu saat ini sudah tidak ada lagi di sisiku.

Dengan sedikit menggeser kursi, Aku segera beranjak dari tempat dudukku, meninggalkan laptop yang masih menyala di atas Meja. Dan dengan langkah pelan, Aku datangi dua sosok yang kulihat tengah duduk berdua itu sambil membawa secangkir kopi susu.

Baca juga cerita lain dari Secangkir Kopi Susu versi lainnya disini.

*****
Kutaruh secangkir kopi susu yang tadi di buatkan oleh Wanita cantik berjilbab panjang itu di atas Meja. lalu duduk di sebelah Lelaki yang mengenakan jubah panjang berwarna hitam. Lelaki setengah tua yang memakai jubah panjang berwarna hitam itu tersenyum melihat aku duduk di sebelahnya.

"Apa itu?" tanya Lelaki setengah tua yang memakai jubah panjang berwarna hitam ini sambil menunjuk ke arah cangkir yang berisi kopi susu.

"Kopi susu, minumlah." jawabku pelan.

"Ha..ha.. dia menawarkan secangkir kopi susu kepadaku. Padahal ada kita bertiga di tempat ini."

Lelaki setengah tua yang mengenakan jubah panjang berwarna hitam di sebelahku ini tertawa lepas. Ada sedikit rasa bangga di dalam nada suaranya.

Lelaki setengah tua yang mengenakan jubah panjang berwarna hitam itu meneguk kopi susu yang baru saja aku tawarkan kepadanya.

"Nah! Mantap." 

Lelaki setengah tua yang mengenakan jubah panjang berwarna hitam itu mengangguk--anggukkan kepalanya. Seperti orang yang tengah menikmati sensasi rasa yang baru saja di kenalinya. Lalu sambil kembali tertawa dia menepuk--nepuk pundak sebelah kananku ini dengan tangan kirinya.

"Engkau lihat bukan? Di zaman sekarang. Aku sudah tidak perlu lagi memakai tipu muslihatku, agar anak--anak manusia yang ada di dunia ini mau mengikuti langkahku. Lihat ini! Bahkan saat ini Aku tidak perlu lagi bersusah payah untuk mendatangi mereka satu persatu. Saat ini malah mereka sendiri yang datang menemuiku ketempat ini. Hehehe..

Jadi, seandainya besok kiamat, bisa aku pastikan, bahwa akulah yang akan keluar sebagai pemenangnya. Saat ini lebih banyak anak--anak manusia yang bisa Aku bawa masuk ke dalam Neraka dari pada yang bisa engkau bawa masuk ke dalam Surga," 

Lelaki setengah tua yang mengenakan jubah panjang berwarna hitam itu kembali berkata sambil tersenyum lebar ke arah temannya yang sedari tadi hanya duduk dan diam saja melihat tingkah lakunya.

"Hemmm... ckckck... Hari gini masih berdebat soal Surga dan Neraka. Yakin? Masih ada manusia yang takut masuk ke dalam Neraka dan ingin masuk duluan ke dalam Surga?" tanyaku sambil tersenyum melihat ke arah lelaki yang mengenakan jubah panjang berwarna hitam di sebelah kananku ini.

"Maksudnya?" tanya lelaki berpakain serba putih yang sedari tadi hanya diam itu penasaran dengan ucapanku.

"Minumlah..." kataku lagi sambil menyodorkan cangkir yang berisi kopi susu kehadapannya.

Kusodorkan cangkir kopi susu yang barusan di minum oleh Lelaki yang mengenakan jubah panjang berwarna hitam itu kepada Lelaki berpakain serba putih yang duduk di depanku.

*****

Lelaki berpakain serba putih, yang ada sayap di punggungnya itu melihat ke arahku. Lalu melihat ke arah Lelaki yang mengenakan jubah panjang berwarna hitam di sebelahku.

"Kenapa?" tanyaku pada lelaki berpakaian serba putih di depanku.

"Masak Malaikat takut meminum kopi, sih? Memangnya pernah ada Malaikat yang  meninggal karena keracunan kopi susu?" kata Lelaki setengah tua yang mengenakan jubah panjang berwarna hitam itu  setengah bercanda, lalu tertawa lepas. Menertawakan Lelaki berpakaian putih di depanku yang sepertinya terlihat ragu--ragu untuk menyentuh cangkir berisi kopi susu di depannya itu.

Lelaki berpakaian serba putih itu melirik ke arah lelaki yang mengenakan jubah panjang berwarna hitam di depannya. Walau masih sedikit ragu. Lelaki berpakaian serba putih di depanku itu akhirnya mengambil cangkir berisi kopi susu yang barusan aku sodorkan ke depannya.

Sedikit tegang, dia dekatkan cangkir yang berisi kopi susu itu ke bibirnya. dan sruputt.

"Apa rasanya?" tanyaku sambil tersenyum lebar melihat ekspresi wajahnya.

"Enak." jawab lelaki berpakain serba putih itu sambil kembali meletakan cangkir yang berisi kopi susu itu di atas meja. Sambil mengelap bibirnya dengan ujung jubah putihnya dia mengangguk--nganggukkan kepalanya sambil tersenyum ke arahku.

"Aku masih penasaran dengan perkataanmu tadi, yang mengatakan bahwa saat ini ada yang lebih menakutkan dari pada ancaman masuk ke dalam Neraka. Dan anak--anak manusia saat ini sedikit enggan untuk memenuhi panggilan Surga di karenakan itu," tanya Lelaki tua yang mengenakan jubah panjang berwarna hitam di sampingku penasaran.

"Hemm... Coba lihat itu." kataku lagi sambil menunjuk ke arah rumah-rumah ibadah dan tempat--tempat hiburan malam yang saat ini terlihat begitu sepi.


Catatan: Cerita ini hanya fiktif belaka. Mohon dimaafkan jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan. Cerita ini sudah tayang di secangkirkopibersama.com dalam versi lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun