Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Secangkir Kopi Susu

18 Maret 2020   13:05 Diperbarui: 27 Maret 2020   11:31 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

**

Tubuh ini terasa sudah begitu letih. Tapi entah kenapa, mata dan pikiranku, sepertinya sedang tidak mau untuk kuajak berhenti, walau barang sejenak. Di dalam salah satu ruangan di rumah ini, pikiran dan rasaku, sedari tadi masih  terus memaksaku. Agar  tetap berada di sini, di depan laptop, di antara puntung-puntung rokok yang ‘menggunung’ tinggi di dalam asbak rokok, yang berada di atas Meja kerjaku.

Jam di dinding sudah menunjukan pukul 02.30 WIB. Sambil melihat waktu, sesekali kulirik secangkir kopi susu di sebelah laptop kesayanganku. Secangkir kopi susu yang sama sekali belum tersentuh olehku hingga saat ini.

Kedua mataku sudah terasa perih, mengingat sudah ber-jam- jam rasanya aku hanya duduk dan berdiam diri di tempat ini. Kuambil sebatang rokok, kubakar, kuhisap dan Aku hembuskan secara perlahan-lahan.

Sambil memandangi wajah Putri cantikku. Kuteguk kopi susu yang tadi sempat di buatkan oleh Wanita cantik berjilbab hitam sebelum dia kutinggal pergi di tempat ini.

Tubuhku terasa begitu letih, tapi pikiran dan rasaku terus memaksa jemariku untuk terus bergerak, menekan tombol dan angka di keyboard laptop yang selama ini begitu setia menemani malam-malam panjangku di dalam ruangan ini.

Sambil sesekali menghembuskan asap rokok dari dalam mulutku, di dalam kesendirian, di antara alunan suara musik yang mengalun pelan, sekali lagi kutatap wajah cantik gadis kecil yang saat ini aku tahu tengah tertidur lelap di dalam kamar bersama ibunya.

Aku akui beberapa malam ini, aku begitu asyik dengan duniaku sendiri. Hingga aku sedikit mengabaikannya. Seperti malam tadi. Dari dalam ruangan ini. Dari balik dinding tipis yang membatasi antara duniaku dengan dunianya. Kulihat gadis kecil itu masih bercanda ria, bersama dengan teman-teman sepermainannya. Teman-teman bermainnya yang terkadang hanya dia saja yang mampu untuk melihat dan berbicara dengan mereka di dunianya

Dan entah apa yang baru saja terjadi di dunianya. Saat dia tengah bermain dengan teman-teman seusianya. Tiba-tiba saja dia seperti ingat denganku. Dan langsung saja berlari meninggalkan teman-teman sepermainannya untuk menyusulku ke tempat ini.

Saat gadis kecil itu menyusulku ketempat ini, aku tengah berbicara dengan temanku yang biasa menemaiku hingga larut malam di dalam ruangan ini. Dan, sebelum aku sempat mencegah gadis kecil itu masuk ke dalam ruangan ini, kulihat dia sudah berdiri di sampingku. Padahal aku sudah selalu mengingatkannya, bahwa di dalam ruangan ini ada “Asap rokok yang tidak baik buat kesehatannya.”

Dan seperti biasa, dia memang tidak pernah memperdulikan laranganku untuk tidak masuk ke dalam ruangan ini, sebelum aku membersihkan sisa-sisa asap rokok yang sudah memenuhi ruangan ini.

Gadis kecil itu sudah menarik-narik tangan kiriku. Mengajakku ikut ke dunianya, menemaninya bermain seperti biasa, sambil mengatakan.

“Mereka jahat! Putri tidak mau lagi main sama mereka.” katanya lagi sambil kembali menarik tanganku, memaksaku agar segera beranjak dari tempat dudukku.

“Ah.. lagi-lagi aku mengabaikan bidadari kecil itu,” kataku pada Wanita cantik berjilbab panjang warna hitam yang saat ini tengah berdiri di sebelahku.

Wanita cantik berjilbab panjang warna hitam di sebelahku ini cuma tersenyum, menatapku, lalu menatap Bidadari kecilku. Melangkahkan kakinya, mendekat ke arah gadis kecil yang baru saja masuk ke dalam ruangan ini, selanjutnya, dengan kasih dia mencium kening Bidadari kecilku yang terlihat begitu lucu dan menggemaskan itu sambil mengerlingkan sebelah matanya kepadaku.

“Pergilah dulu, temani dia bermain dan setelah itu, kembalilah ke ruangan ini, karena aku menunggumu di sini.” kata Wanita cantik berkulit kuning langsat yang selalu mengenakan jilbab panjang berwarna hitam itu, sambil membelai rambut Bidadari kecilku.

Gadis kecil yang sedari tadi menarik-narik tanganku untuk segera ikut bermain ke dunianya itu terlihat heran, tatkala melihatku tersenyum sambil menganggukan kepala, tapi bukan kepadanya.

Wanita cantik berkulit kuning langsat itu tersenyum, melihat tanganku di tarik-tarik oleh Bidadari kecilku pergi meninggalkannya, sendirian di dalam laptop-ku di atas meja kerja yang masih terus menyala

Selamat datang di beranda secangkirkopibersama.com. Reguk kopimu bersama mereka yang selama ini begitu membenci dan juga mencintaimu bersama--sama. Nikmati harimu. Gapai impianmu. Dengan cinta Aku memanggilmu untuk bersama--sama menikmati secangkir kopi yang memiliki 1001 cerita di dalam setiap adukannya.  Selamat menikmati secangkir kopi beraroma cinta.


Selesai

Catatan: Cerita ini hanya fiktif belaka. Mohon dimaafkan jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan. Cerita ini sudah tayang di secangkirkopibersama.com dalam versi lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun