Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cermin Tak Berdusta

27 Desember 2019   13:18 Diperbarui: 29 Desember 2019   23:38 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di dunia yang menurutmu adalah 'Dunia Seribu Bahasa'. Rasa-ku mampu memahami isi percakapan antara Setan dan Manusia. Juga sangat mengenal para penghuni Surga dan Neraka.

Di dunia yang kata orang hanyalah panggung sandiwara. Di dunia yang kata orang masing-masing dari kita sesungguhnya telah memiliki jalan cerita hidupnya. Di dunia yang engkau lebih dahulu terlahir ke dunia. Di mataku engkau hanyalah satu dari sekian banyak anak--anak zaman yang terlihat begitu kaku saat mencoba untuk berdusta.

Setelah sekian lamanya engkau berjalan mengiringiku. Kenapa engkau masih berpikir bahwa Aku masih memerlukan uraian kata-kata yang keluar dari bibirmu untuk bisa memahamimu?

Aku belahan jiwa-mu. Karena sesungguhnya kita adalah satu. Rasa-mu adalah Rasa-ku dan Rasa-ku adalah Rasa-mu, hingga Aku tidak perlu memakai 'mata dunia-ku' untuk melihat keberadaanmu.

Dari rasa-mu Aku tahu bahwa engkau dan pak Tua itu baru saja kembali membuka pintu Neraka di belakangku, lalu menutupnya kembali secara perlahan-lahan, dengan harapan bahwa tidak ada seorangpun yang tahu. Termasuk Aku.

Apakah engkau tahu? Bahwa di antara benar dan salah. Di jalanan sunyi yang hanya ada Aku dan Tuhan-ku. Dari balik kegelapan, Aku dan Sang Waktu terus memperhatikanmu?

Apakah engkau tahu? Saat Sang Waktu berkata pelan sambil menatap ke arahmu?

Apakah engkau tahu? Saat Sang Waktu berusaha meredakan gundah kelanaku dengan berkata, "Jika sudah waktunya, dia pasti akan kembali padamu. Ke tempat dimana dahulu ia pernah bertanya."

Apakah engkau masih ingat? Saat pertama kalinya engkau bertanya, "Apakah betul? Jalan ini adalah jalan yang benar menuju kepada Yang Maha Suci?"

Saat itu, setelah menatap Sang Waktu, setengah berbisik Aku berkata pelan sambil menatap kedua mata ber-air-mu:

"Jangan bertanya padaku, tapi tanyalah pada 'hati kecil'mu. Karena sesungguhnya, hatimu adalah 'cermin' yang tidak pernah mendustai. Baik menurutku, belum tentu baik buatmu. Begitupun benar menurutku, juga belum tentu benar menurutmu. Karena, jika benar menurut kita, tapi masih salah menurut orang lain, berarti itu belum benar adanya, begitupun sebaliknya. Tapi jika benar menurut kita, juga benar menurut orang lain, berarti itu benar adanya. Karena kebenaran yang hakiki itu tidak terbantahkan oleh apa dan siapapun."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun