“Aku masih belum paham?”
“Menurutmu, pak Tua dan orang-orang yang selama ini menutupi wajah-wajah aslinya untuk menipu manusia lainnya demi untuk memuaskan hawa nafsunya itu bukan salah satu dari para penghuni Neraka? Tempat yang dulu selalu engkau kunjungi bersama dengan para mantan-mantanmu itu,"
"Sekarang aku sudah 'hijrah' dan tidak ingin kembali ke masa--masa 'Jahiliyah' itu."
"Dengan bertemu dan kembali bersama dengan orang-orang yang berasal dari masa lalu-mu. Apakah menurutmu, itu adalah salah satu cara untuk bisa melupakan dan mengubur dalam-dalam kenanganmu bersama para mantan-mantanmu itu?"
*****
Setelah engkau pergi ke Neraka bersama pak Tua. Lelaki yang berasal dari masa lalu-mu. Di antara hembusan angin yang menggugurkan dedauanan. Di sebelah Sang Waktu, Aku melihat sikapmu terasa begitu kaku walau engkau mencoba untuk bersikap 'biasa'. Dengan tetap berusaha tersenyum sambil terus bercerita.
Saat itu, sambil menatap ‘wajah’ Sang Waktu. Seraya menghembuskan secara perlahan-lahan asap rokok dari dalam mulutku. Di sebelahmu, dengan sabar, Aku terus mendengarkan semua ceritamu, tanpa ada sepatah katapun yang keluar dari bibir-ku untuk menyela perkataanmu.
Senja yang saat itu baru saja hadir di tengah-tengah kita hanya mampu diam seribu bahasa. Sambil mengela nafas, kutatap kedua bola mata yang Aku tahu tengah berusaha menghindari tatapan mata tajam yang masih terus mengeja bahasa rasa.
Di bawah langit yang menghitam. Di antara hembusan angin yang bertiup kencang. Dari mata Sang Waktu dan Senja yang saat ini juga tengah menatap ke arahku. Aku tahu bahwa engkau tengah berdusta.
Jangan bertanya, kenapa saat ini Aku bisa tahu semua tentangmu. Karena betapapun bibir-mu itu berusaha untuk menutupi. Rasa-mu itu telah telah menceritakan semuanya kepadaku.
Aku adalah Rasa. Induk dari semua bahasa yang ada di Dunia.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!