Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[AdS] Jalan Lurus

24 Oktober 2019   11:59 Diperbarui: 24 Oktober 2019   12:45 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

<< Sebelumnya

*

Setelah cukup lama terdiam, lelaki tampan bertubuh gempal yang memelihara jenggot di dagunya itu melirik ke arah lelaki bersorban putih di sebelahnya. Setelah melihat sebentar ke arah wanita cantik berkacamata yang mengenakan kerudung panjang berwarna merah marun yang di padan dengan rok kain batik panjang itu dia menatap mata lelaki tua berwajah teduh yang memakai peci hitam di depannya.

Di ruang keluarga. Di atas meja yang terbuat dari kayu jati, di depan tiga gelas kopi dan tiga gelas teh manis, suasana saat ini terasa begitu kaku.

Mata wanita cantik berkacamata yang memiliki kulit berwarna kuning langsat ini tampak sembab, dia habis menangis. Begitupun dengan mata Lelaki tampan bertubuh gempal yang memelihara jenggot di dagunya ini, matanya masih terlihat memerah dan berkaca-kaca karena baru saja selesai menangis, setelah mendengarkan semua penjelasan lelaki bersorban putih di sebelahnya. Lelaki bersorban putih itu adalah kyai yang dia harapkan untuk membantu agar dia bisa terus bersama wanita pujaan hatinya ini.

Masih diam, dia kembali melirik ke arah lelaki bersorban putih di sebelahnya, sebelum kembali menatap ke arah lelaki tua berpeci hitam di depannya. Tarikan nafasnya terdengar begitu panjang. Ada rasa kecewa di dalam helaan nafasnya itu.

Sekian tahun lamanya dia membina rumah tangga, telah melakukan segala cara agar bisa terus bersama dengan wanita yang sudah dua puluh satu tahun lamanya menjadi pendamping hidupnya itu dan  malam ini adalah malam keputusan yang berat baginya. Perceraian adalah hal yang paling di benci oleh agama, tapi dia juga sadar, jika dia masih memaksakan kehendaknya pada wanita yang sudah sering meminta berpisah dengannya, hanya akan membuat mereka semakin terjerumus ke dalam kubangan dosa.

Setelah cukup lama saling diam, tenggelam di dalam pikiran masing-masing. Akhirnya Lelaki tampan bertubuh gempal yang memelihara jenggot di dagunya itu membuka suara.

Wanita cantik berkacamata yang mengenakan kerudung panjang berwarna merah marun di padan dengan rok kain batik panjang masih menunduk, menatap permukaan alas permadani yang menjadi alas meja. Sambil terus menggenggam erat tangan lelaki tampan yang mengenakan baju kemeja lengan panjang berwarna coklat muda yang saat ini tengah berdiri di sebelahnya, bibirnya tak henti melafazkan ayat demi ayat di dalam surat Al-fatihah. Memohon agar di bukakan jalan. Jalan yang lurus bukan jalan yang menyesatkan hidupnya.

**

"Saya begitu mencintainya,"

Lelaki tampan bertubuh gempal berkata lirih, berusaha menekan nada suaranya, berusaha menahan gejolak hatinya.

"Dan sekarang saya terima keputusan bersama ini, dan seperti yang Kyai dan bapak katakan tadi, saya akan lakukan apapun itu demi kebaikan dan kebahagiaannya nanti." Suara Lelaki tampan bertubuh gempal terhenti karena tiba-tiba wanita cantik berkacamata yang mengenakan kerudung panjang berwarna merah marun di padan dengan rok kain batik panjang itu mendatanginya.

Sambil menangis dia duduk bersimpuh di depan Lelaki bertubuh gempal yang memelihara jenggot di dagunya. Sudah dua puluh satu tahun lamanya dia mencoba untuk mengikuti semua kemauan dari lelaki yang menjadi suaminya. Tapi semakin lama dia mengikuti jalan lelaki bertubuh gempal itu dia semakin sadar bahwa jalan yang mereka lalaui itu semakin membuatnya jauh meninggalkan Tuhannya. Tidak pernah ada ketenangan dan kebahagiaan di dalam rumah tangganya.

***

Lelaki tampan bertubuh gempal itu berusaha menahan tangis sambil melihat wanita cantik berkulit kuning langsat di depannya, begitu berat rasanya menerima kenyataan ini, dimana dia harus melepaskan wanita yang sudah sekian lamanya menjadi pendamping hidupnya ini. Tapi demi kebaikan mereka berdua, dan demi kebahagian wanita yang pernah menjadi pasangan hidupnya, malam ini dia memutuskan untuk menyanggupi permintaan wanita yang begitu di cintainya itu, di depan kedua orang tua dan semua orang yang berada di dalam ruangan keluarga ini untuk segera melepaskan dirinya.

Di sepertiga malam, di dalam ruangan keluarga besar mertuanya, Kyai yang sengaja dia undang untuk me-ruqyah wanita yang dimatanya itu telah berani menentang keputusannya itu, malah berubah dari rencana awal sebelum dia membawa wanita yang sudah dua puluh satu tahun mendampinginya itu ketempat kediaman keluarga besar istrinya.

Siapa sangka, kehadiran kyai di sebelah duduknya ini malah membuka semua topeng masa lalunya. Keluarga besar istrinya yang selama ini tidak pernah melihat kesalahannya dan begitu tunduk dan mempercayai semua ucapannya, malam ini seperti baru terjaga dari tidur panjangnya. Hingga malam ini, jadi dia yang di rugyah oleh kyai yang tengah duduk di sebelahnya.

****

Bayangan Nenek tua yang pernah di setubuhi di pinggir Makam Keramat di dalam Hutan Larangan, sekilas muncul di kedua pelupuk matanya.  Saat ini dia merasa sepertinya ada kekuatan besar yang membuat kekuatan dari qodam yang pernah di berikan oleh Nenek tua di pinggir Makam Keramat itu sirna.

Sepertinya betul kata kyai bersorban putih yang tengah duduk di sebelahnya, bahwa yang dahulu dia nikahi adalah Jin kafir yang dia masukan ke dalam tubuh wanita cantik berkulit kuning langsat itu. Terbukti setelah tadi sekilas dia melihat kepergian Nenek tua yang pernah dia setubuhi di pinggir Makam Keramat itu, saat ini semuanya jadi berubah, tidak seperti biasanya.

Masih teringat dengan jelas, ucapan Nenek tua yang pergi meninggalkan dirinya di dalam ruang tengah keluarga besar istrinya ini tadi.

"Kembalilah ke Makam Keramat di mana engkau pernah memberikan kenikmatan padaku, dan akupun telah memberikan kenikmatan padamu. Kamu milikku dan selamanya akan tetap menjadi milikku.

Aku istrimu, karena sesungguhnya ijab qobul yang terucap dari bibir wanita itu adalah ucapanku kepadamu.

Waktumu bersama wanita itu di dunia ini sudah habis, sudah saatnya engkau pergi dari kehidupannya dan sesuai perjanjianmu dulu, sudah waktunya engkau datang kembali ke Makam Keramat itu untuk mengabdi kepadaku. Aku adalah tuanmu dan engkau adalah hambaku, kenikmatanku adalah kenikmatanmu, nikmatilah sepuasmu, engkau dan aku satu dan sesuai janji Tuhanku, kenikmatan bersamaku akan kekal hingga di hari pembalasan itu tiba, masih cukup banyak waktu bagi kita untuk melepaskan nafsu hingga hari yang di janjikan itu tiba."

*****

"Sekarang Akang iklas, jika memang ini adalah jalan satu-satunya untuk memutuskan rantai setan yang sudah sekian lama membelenggumu selama ini," 

Lelaki tampan bertubuh gempal yang memelihara jenggot di dagunya itu menatap mata wanita cantik berkacamata yang mengenakan kerudung panjang berwarna merah marun yang sudah kembali ketempat duduknya, setelah tadi sempat duduk bersimpuh di depannya saat mengucapkan terima kasih kepadanya.

"Dulu saya memintanya secara baik-baik, dan sekarangpun dengan sepenuh hati saya kembalikan dia secara baik-baik pada bapak dan ibu, dua puluh satu tahun lamanya saya mencoba untuk mempertahankannya untuk mendampingi saya, tapi malam ini saya sadar, bahwa memang benar cinta tidak bisa di paksakan."

Lelaki tampan bertubuh gempal yang memelihara jenggot di dagunya itu berkata sambil tersenyum getir sambil menatap ke semua orang yang ada di dalam ruang tengah keluarga besar mertuanya itu.

Wanita cantik berkacamata yang mengenakan kerudung panjang berwarna merah marun di padan dengan rok kain batik panjang itu menatap ke arah Lelaki tampan bertubuh gempal yang memelihara jenggot di dagunya, lalu menatap wajah lelaki muda di sebelahnya. Tanpa terasa butiran air matanya kembali menetes di kedua pipinya. Walau dulu dia sempat begitu membenci pria yang pernah menjadi pendamping hidupnya itu, terlebih setelah dia tahu bahwa semua kenakalannya ini akibat setan yang di masukan ke dalam tubuhnya akibat perbuatan jahatnya yang telah mengguna-gunai dirinya itu, tapi entah kenapa saat ini dadanya terasa begitu sesak saat mendengar ucapan tulus dari pria yang telah memberikannya dua orang buah hati itu.

Ucapan tulus dari seorang pria yang pernah menjadi suami-nya, ucapan tulus dari seorang pria yang dengan jujur meminta maaf dan mengakui semua kesalahan masa lalunya, ucapan pria yang masih tetap begitu mencintai dirinya di detik-detik terakhir perpisahaannya. Dan ucapan pria yang dengan lapang dada melepaskan wanita yang begitu di cintainya itu demi kebaikan mereka berdua. Dia sadar, sebenarnya Lelaki bertubuh gempal itu pria baik, hanya saja dia terjerat oleh nafsunya sendiri, hingga menghalalkan segala cara untuk dapat memiliki dirinya, hingga perjanjian dengan Setan pun dia lakukan demi untuk terus dapat memilikinya.

"Demi kebaikanmu, bagaimanapun juga Akang tahu, dulu kamu adalah wanita baik-baik, dan karena kekhilafan Akang padamu makanya kamu bisa menjadi seperti ini. Dan saat ini, dengan kesadaran penuh Akang menjatuhkan talak tiga kepadamu, agar ringan jalanmu menuju ke arah yang lebih baik."

Lelaki tampan bertubuh gempal itu berkata sambil menatap kedua mata Wanita cantik berkacamata yang mengenakan kerudung panjang berwarna merah marun di samping kirinya itu dalam-dalam.

Talak adalah sebuah istilah dalam agama Islam yang berarti adalah per-ceraian antara suami dan istri. Talak ba'in sughra adalah talak yang dijatuhkan suami pada istrinya (talak 1 dan 2) yang telah habis masa iddahnya. Suami boleh rujuk lagi dengan istrinya, tetapi dengan aqad dan mahar yang baru.

Sedangkan talak ba'in kubra adalah talak yang dijatuh-kan suami pada istrinya bukan lagi talak 1 dan 2 tetapi telah talak 3. Dalam hal ini, suami juga masih boleh kembali dengan istrinya, tetapi dengan catatan, setelah istrinya menikah dengan orang lain dan bercerai secara wajar.

**

"Alhamdulillah."

Seisi ruangan tengah keluarga besar ini mengucapkan puji syukur setelah mendengarkan ucapan yang keluar dari bibir lelaki tampan bertubuh gempal ini barusan.

Tanpa terasa air mata wanita berkulit  kuning langsat itu kembali menetes jatuh ke pipinya, walau dia sempat begitu membenci Lelaki tampan bertubuh gempal di hadapannya itu, terlebih setelah dia ingat semua perbuatan jahatnya, saat dahulu pernah memaksa dirinya agar mau melayani kemauan dukun kurang ajar itu di dalam kamar anak gadisnya, demi untuk membuat dirinya agar tetap mau hidup bersamanya. Saat ini dia menangis haru, tatkala mendengarkan kata-kata lelaki yang pernah menjadi suaminya selama dua puluh satu tahun lamanya itu. Entah kenapa saat ini dadanya begitu sesak mendengar ucapan tulus dari pria di depannya, yang dengan iklas menceraikan dirinya demi kebaikannya.

"Terima kasih Tuhan, akhirnya engkau kabulkan doa hambamu ini agar bisa lepas dari cengkramannya, Ya Tuhan, ampunilah dosa-dosaku dan juga dosa-dosa lelaki yang pernah menjadi suamiku itu. Tuhan, bimbinglah aku di jalanmu, jalan lurus yang engkau ridhoi, bukan jalan yang engkau murkai seperti selama ini. Tuhan, izinkan aku bahagia bersama lelaki yang aku cintai ini hingga ajalkan menjemputku nanti."

Tanpa terasa, wanita cantik berkulit kuning langsat ini menangis sesegukan di dalam doa, sambil semakin menggenggam erat jemari tangan kiri Lelaki muda yang mengenakan kemeja lengan panjang berwarna coklat muda yang sudah terlihat begitu kumal di sebelahnya, di antara pergantian malam, di antara keremangan cahaya fajar, samar-samar dia seperti melihat dirinya tengah berjalan sambil terus menggenggam tangan dengan Lelaki muda yang sudah sekian lamanya selalu berada di dekatnya itu.

Sambil bergandengan tangan, di jalanan panjang yang terlihat begitu lurus itu. Wanita cantik berkulit kuning langgsat yang mengenakan kerudung panjang berwarna merah marun di padan dengan rok kain batik panjang dan Lelaki muda yang mengenakan kemeja lengan panjang berwarna coklat muda yang sudah terlihat begitu kumal itu terus berjalan, meninggalkan masa lalu yang begitu kelam,  terus berjalan menuju ke masa depan,pelan tapi pasti mereka terus berjalan, menuju ke tempat dimana sumber cahaya yang semakin lama semakin terlihat jelas itu berada.


Bahan bacaan: 1

Catatan: Cerita ini hanya fiksi belaka, jika ada kesamaan Foto, nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun