Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[AdS] Jalan Sunyi

7 September 2019   17:57 Diperbarui: 8 September 2019   01:55 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seiring waktu yang berjalan,  tanpa sengaja dia telah jatuh hati pada lelaki yang baru di kenalnya ini. Dan di penghujung senja ini dia sadar, bahwa dia sudah tidak memiliki apa-apa lagi yang pantas untuk dia tawarkan pada lelaki muda di depannya ini, agar mau menerima cintanya. Hingga dalam kepasrahan, akhirnya dia ceritakan semua tanpa ada lagi yang dia tutup-tutupi.

Di dalam kepasrahannya kepada Tuhan yang telah menumbuhkan rasa cinta di dalam hatinya, dia iklas jika lelaki muda yang sudah menawan hatinya itu akan pergi meninggalkan dirinya, karena merasa jijik terhadapnya, apalagi setelah dia mendengarkan semua cerita kelam masa lalunya.

Meski hatinya terasa perih, dan begitu takut kehilangan lelaki muda ini. Tapi dia juga sadar bahwa tidak ada lelaki yang mau menerima dan bersedia hidup bersama wanita kotor seperti dirinya.

Hingga di persimpangan jalan sunyi, Wanita cantik berkacamata yang merasanya dirinya lebih hina dari seorang pelacur ini hanya mampu meneteskan air mata, saat lelaki muda ini berkata, "Jika pun suatu saat aku jatuh cinta padamu. Izinkan aku mencintaimu karena Tuhanku, bukan karena nafsu." 

Dan saat ini, di hadapan pria bersorban putih dan keluarga besarnya, hubungannya dengan lelaki muda ini seperti sedang berada di ujung tanduk dalam perjalanan hidupnya.

Di ruang tengah keluarga besarnya, tanpa sepengetahuan orang-orang yang berada di sekelilingnya, diam-diam tangan kanannya itu semakin erat menggenggam tangan kiri lelaki muda yang sedari tadi berdiri di sampingnya.

"Jangan pergi! Jangan tinggalkan aku di jalan sunyi ini seorang diri. Tuhan..sesatkah aku karena mencintainya? Tuhan.. aku mohon jangan pisahkan kami...," Rintih hati wanita cantik berkacamata ini sambil menangis sesegukan.


Bahan bacaan: 1

Catatan: Cerita ini hanya fiksi belaka, jika ada kesamaan Foto, nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun