Hari berganti bulan, sosok itu semakin mendekatkan aku pada Tuhan Sang Pemilik Cinta dan Kebahagiaan yang sesungguhnya."
Wanita cantik berkacamata yang mengenakan kerudung panjang berwarna merah marun berpadan rok kain batik panjang itu mengakhiri semua ceritanya sambil menangis sesegukan di depan lelaki bertubuh gempal yang sudah 20 tahun menjadi suaminya.
Baca Juga: [AdS] Bidadari yang Terluka dan Bidadari Kesunyian
****
Lelaki tampan bertubuh gempal yang memelihara jenggot di dagunya itu terdiam. Pengakuan dosa dari wanita yang selama ini begitu takut terhadapnya bagaikan suara petir di siang terik. Begitu berat rasanya menerima kenyataan pahit ini. Begitu berat pula memutuskan pilihan yang terbaik.
Di satu sisi dia ingin hidup normal seperti pasangan lainnya, tapi dia juga sadar jika perpisahan adalah jalan satu-satunya untuk melepaskan wanita cantik ini dari lingkaran setan yang sudah sekian lama membelenggunya.
Sudah waktunya dia harus merelakan wanita yang telah 20 tahun dinikahinya itu berpisah dengannya. Dia begitu mencintai wanita ini, tetapi memaksa untuk tetap bersamanya hanya akan semakin membuatnya terjerumus ke dalam kubangan dosa, sebab dari awal dia sadar bahwa sebenarnya wanita cantik berkacamata ini tidak pernah mencintai dirinya.
Masih jelas di dalam ingatannya, dua puluh tahun yang lalu, ketika wanita cantik berkacamata ini masih menjadi anak kost di rumahnya. Ketika itu, di depan kedua orangtuanya, wanita ini menolaknya mentah-mentah saat dia mengutarakan keinginannya untuk menikahinya.
Setelah penolakan itu, dengan berbekal informasi dari temannya, dia bersama teman karibnya pergi mendatangi orang tua yang dianggap "orang pintar" oleh orang-orang di kampungnya. Di hadapan nenek tua yang terkenal memiliki ilmu guna-guna itu, dia mengutarakan maksud kedatangannya.
Nenek tua itu mengaku sanggup untuk mengabulkan permintaannya. Setelah memenuhi semua persyaratan, pada malam Jumat Kliwon, dia dan nenek tua itu pergi ke Makam Keramat yang berada di dalam hutan larangan.
Dengan membawa sebotol minyak kelapa hijau yang telah dimasak oleh gadis yang masih perawan, sehelai kain kafan, dan sebungkus kemenyan hitam, malam itu, diterangi cahaya lilin dan cahaya bulan purnama, di atas kain kafan, di pinggir makam keramat, mereka melakukan ritual pemanggilan dan pengisian khodam sambil membakar kemenyan hitam.