Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[AdS] Pernikahan Gaib

18 Juli 2019   11:45 Diperbarui: 19 Juli 2019   00:47 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jika memang itu adalah satu-satunya jalanku keluar dari lingkaran Setan ini, nikahi aku, Mas." Jawabmu pelan, sambil menatap kedua mataku dalam-dalam.

"Bagaiman jika suamimu tidak bersedia?" tanya ku lagi berusaha menguji keyakinannya.

"Aku tetap akan meminta agar dia menceraikannku bagaimanapun caranya."Jawabnya yakin, sambil memeluk erat tubuhku.

"Aku sadar apa yang telah kami lakukan selama ini salah! kami sudah menghalalkan segala cara dengan maksud untuk mempertahan rumah tangga kami, bahkan hal-hal yang di larang oleh agama pun telah kami lakukan juga. Dan saat ini aku sadar, semua itu hanya makin membuat kami semakin terjerumus kedalam kubangan dosa.

Aku ingin mengakhiri semua ini, Mas! Aku ingin bertobat, aku sadar rasa cinta dan sayang itu tidak bisa di paksakan. Begitupun kebahagiaan dalam berumah tangga, cuma bisa di dapat dari keiklasan kita untuk menerima kelebihan dan kekurangan pasangan kita masing-masing."

Katanya lagi, sambil menatapku yang tersenyum melihat sifatnya yang berubah-ubah. Terkadang dia begitu yakin dengan apa yang akan di lakukannya, namun sesaat itu juga dia akan kembali ragu dengan apa yang akan diputuskannya itu.

"Ajari aku Mas! Bimbing aku ke jalan yang benar. Aku ingin kebahagiaan dunia akhirat yang di ridhoi oleh Tuhan." 

Katanya lagi, sambil membenamkan wajahnya ke dadaku, memeluk erat tubuhku. Ku angkat dagunya, kuhapus sisa air mata dipipinya, sambil tersenyum kutatatap wajah yang mulai kelihatan sedikit cerah, ada setitik harapan di matanya, setitik harapan untuk mengakhiri semua penderitaan yang telah begitu lama dia rasakan sebelumnya.

"Sekarang apapun keputusan suamimu nanti, Serahkan semuanya pada Tuhan Sang pemilik rasa. Nanti engkau ceritakan saja semuanya pada suamimu, tanpa ada yang engkau tutupi lagi, ceritakan saja semua percakapan kita ini padanya."

Aku berusaha meyakinkan dia untuk membuang semua keragu-raguan di dalam hatinya.

"Tuhan tidak akan mungkin memberi beban dan cobaan kepada seorang hambanya hingga di luar batas kemampuan yang sanggup di pikul oleh hambanya itu." Kataku lagi sambil tersenyum menatapanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun