Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surat dari Masa Lalu [2]

12 Juli 2019   06:34 Diperbarui: 16 Juli 2019   11:39 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagian Dua

<< Sebelumnya.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sayang,

Hari-hari pertamaku bersama dengan orang-orang yang meninggalkan kota Jakarta setelah kerusuhan Mei 1998 itu terasa begitu berat. Terutama saat aku ingat semua kenanganku bersamamu di tempat kita biasa duduk berdua sambil meneguk secangkir kopi susu.

Sayang,

Setelah aku pergi menghilang dari kehidupanmu, Aku memasuki dunia yang belum pernah terpikirkan olehku sebelumnya. Dimana aku dan beberapa orang yang sebelumnya mereka persiapan sebagai calon 'pengantin' itu diharuskan untuk memutuskan semua komunikasi dengan orang-orang yang selama ini begitu kami cintai.

Beberapa orang yang setelah kerusuhan pergi meninggalkan Jakarta bersamaku, saat ini sudah pergi mendahuluiku. Mereka semuanya telah tewas ketika melakukan bom bunuh diri di beberapa titik yang sudah ditentukan oleh pemimpin kami pada saat itu.

Aku percaya bahwa perang besar itu belum akan terjadi dalam waktu dekat ini. Terlebih saat aku bukan lagi sebagi calon pengantin. Karena sudah memiliki akses informasi yang setingkat lebih tinggi dari yang biasa didapat oleh seorang calon 'pengantin' sebelum melakukan aksi bunuh dirinya itu.

Saat itu aku berhasil mengambil hati orang yang menjadi pemimpin di kelompok yang berhasil merekrutku usai kerusuhan Mei 1998. Tapi kedekatanku dengan pimpinan kelompok yang selalu menggaungkan perang suci terhadap para 'pengantin' itu ternyata membuatku semakin sulit untuk bisa menemuimu.

Sayang,

Menjadi orang kepercayaan di kelompok ini ternyata membuat namaku keluar di dalam daftar nama orang-orang yang paling dicari oleh aparat keamanan di negeri ini. Walau namaku itu tidak pernah keluar di media cetak nasional, tapi aku tahu, bahwa namaku itu sengaja tidak mereka umumkan, adalah agar aku tidak merasa dicari oleh pihak keamanan saat itu. Karena saat itu, bagi mereka, mendapatkanku adalah kunci untuk dapat mengurai benang kusut di jaringan bawah tanah ini.

Makanya sebagai wartawati media cetak nasional pun kamu tidak pernah mendengar kabar tentang dimana keberadaanku saat itu. 

Sayang, 

Aku sudah tahu, jika namaku itu masuk di dalam daftar orang-orang yang paling dicari semenjak Pasukan Khusus yang memiliki lambang burung hantu, dengan seragam hitam, dan selalu memanggul senapan serbu di dalam setiap aksinya itu pertama kali dibentuk dulu.

Karena 'orang dalam' yang sengaja disusupkan di dalam rumah besar milik aparat keamanan, selalu memberikan informasi yang cukup memadai buatku dan beberapa orang di kelompok ini. Tapi aku juga sadar, akan tiba masa di mana aku akan dianggap sebagai orang yang tidak akan berguna lagi bagi 'orang kuat' yang selama ini selalu memanfaatkan jasa kami.

Sayang, 

Dari awal aku menjadi orang kepercayaan pemimpin di kelompok ini, aku sudah tahu bahwa nasibku pun akan berakhir tragis. Sama seperti teman-temanku dulu setelah mereka selesai melakukan misi besar itu. Aku juga tahu bahwa sebenarnya aku dan beberapa orang di kelompok ini hanyalah orang-orang yang suatu saat nanti akan dikorbankan, demi kepentingan politik yang lebih di negeri ini.

Sebagai mantan calon 'pengantin', aku paham betul bagaimana rasanya ketika otakku pertama kali dicuci oleh para seniorku dulu, di awal-awal aku bergabung di dalam organisasi bawah tanah ini. 

Sayang, 

Kehidupanku saat itu sudah memasuki ambang batas, dimana aku sudah dianggap mati, walaupun sebenarnya saat itu aku masih hidup, tinggal dan melakukan aktifitas di kota ini. Namun aku antara ada dan tiada di kota ini. Di mata orang-orang yang pernah mengenalku, aku sudah dianggap tidak pernah ada lagi di dunia ini. 

Sayang,

Saat itu aku berada di dalam organisasi bawah tanah yang melarang kami semua untuk berhubungan dengan teman, saudara, bahkan orang tua sendiri itu. Sebenarnya saat itu aku berada begitu dekat sekali dengan orang-orang yang aku sayangi. Terutama Ibu.

Sayang,

Saat itu aku paham betul, kembali berhubungan denganmu, dan mereka-mereka yang selama ini aku sayangi itu hanya akan membuatmu dan mereka semua akan menjadi target pembunuhan berikutnya, setelah mereka berhasil membunuhku.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


-Bersambung-

Selanjutnya : Bagian Tiga

Catatan : Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun