Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[AdS] Bidadari Kesunyian

28 April 2019   12:18 Diperbarui: 1 Mei 2019   09:55 907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dan yang terakhir adalah dengan beberapa orang yang juga pernah membantuku, mulai dari seorang oknum jaksa yang kala itu membantu ketika aku sedang terseret kasus yang di tuduhkan oleh beberapa orang terhadapku. Hingga beberapa orang oknum keamanan negara yang saat ini masih aktif dinas di kota ku itu. Tapi dengan oknum jaksa yang meminta 'servis' setelah berhasil membantu kasusku itu, aku tidak sempat berhubungan badan. Saat itu aku sedang datang bulan, dia hanya minta untuk melakukan Seks oral di dalam kamar hotel di tempat dia menginap malam itu.

Setelah kejadian itu, beberapa kali oknum Jaksa itu coba menghubungiku. Mengajakku kembali bertemu. Tapi hingga saat ini, aku tidak pernah melayani permintaannya untuk mengajakku bersetubuh dengannya itu. Aku muak! Semua lelaki yang membantuku, ternyata hanya ingin mencicipi kemolekan tubuhku semata. Kebosanan melandaku, dan aku lelah dengan semua kemunafikan itu.

"Bagaimana dengan mantan atasanmu, serta beberapa orang oknum alat negara yang saat ini masih aktif dinas itu? Apakah saat ini engkau masih menjalin hubungan dengan mereka semua?"

Tidak! Setelah aku mengenalmu, perlahan-lahan aku mulai meninggalkan mereka satu persatu. Aku sudah lelah dan bosan, kebahagiaan yang ku cari tidak pernah kutemukan, jiwaku terasa hampa. Aku sudah tidak pernah melayani ajakan mereka untuk kembali bertemu.

Betul katamu. Dan sekarang aku sadar. Selama ini aku sudah membohongi semua orang dengan penampilan luarku. Selama ini aku berlaku layaknya perempuan suci di hadapan semua orang. Di luar rumah, aku selalu memakai hijab, yang di mata sebagian orang yang tidak betul-betul mengenalku, menganggap apa yang kukenakan itu adalah agar aku terjaga dari pandangan mata pria-pria nakal yang bukan Mahram -ku. Padahal saat itu aku memakai pakaian itu karena sedang mengikuti gaya berpakaian yang sedang populer saat itu.

Sekarang aku sadar. Ternyata selama ini aku begitu munafik, di hadapan semua orang. Hijab yang selalu kukenakan dan gelar hajjah di depan namaku itu hanya 'topeng'  yang kupakai untuk menipu orang-orang yang tidak mengenalku. Mereka semua bisa aku kelabui dengan penampilan luarku. Tapi tidak denganmu! Aku tidak mampu untuk menyembunyikan semua itu dari pandangan matamu. Dan, seperti yang engkau bilang dulu, di matamu, aku ini telanjang! Sama sekali tidak mengenakan pakaian.

Engkau tidak salah dalam menilaiku. Dan memang seperti itulah keadaanku. Dan setelah mengenalmu, aku sadar. Sebenarnya, selama ini aku sedang berusaha untuk menutupi 'bangkai' dosa dan maksiat ku itu dari pandangan mata semua orang-orang yang berada di sekelilingku.

Dan sekarang engkau sudah tahu siapa aku. Aku pasrah. Sekarang terserah! Jika setelah mendengarkan semua cerita masa laluku ini, dan bila kejujuranku ini terlalu menyakitkan buatmu, dan engkau memilih untuk mundur, dan akan pergi meninggalkanku. Aku iklas! Dan seperti katamu dulu, biarlah mulai saat ini, aku mulai belajar untuk mencintaimu karena Tuhanku.

Aku teramat mencintaimu! Lebih dari rasa cintaku pada suami dan semua mantan-mantanku dulu. Walaupun engkau belum pernah menyentuhku. Jujur saja, saat ini aku tidak ingin kehilanganmu. Tapi aku juga sadar. Tidak pantas rasanya, pelacur yang hina sepertiku ini berharap lebih untuk mendapatkan cintamu.

Dan seperti yang selalu engkau katakan padaku. Jika kita terlalu berlebihan di dalam mencintai sesuatu, dan begitu takut kehilangan yang kita cintai itu. Maka suatu saat, Tuhan akan mengambil dan memisahkanmu dari apa yang kau cintai itu dengan cara yang begitu menyakitkan buatmu. Dan aku tak mau itu, saat ini  aku berusaha kendalikan rasa berlebihan ini padamu, karena aku tak mau kehilanganmu.

Engkau binatang jalang yang mendatangiku di sepertiga malam. Dikala aku curahkan kepasrahanku pada Tuhan, di saat aku menangis diam-diam, di saat aku merasa malu pada Tuhan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun