Ia terlihat sangat anggun. Cantik. Matanya elok. Elok? Baru aku sadar, ternyata wanita itu sedang memandang kepadaku!Â
Masih tidak percaya dengan penglihatan mataku sendiri, aku berpaling menatap seraut wajah dingin tanpa rasa yang tengah berdiri di sampingku di atas bekas reruntuhan gedung Istana Negara.
"Apakah engkau ingin tahu siapa dia?" tanyanya dengan pandangan bergeming ke arah wanita yang tengah duduk bersimpuh di puncak Monas itu.
"Siapa dia?" tanyaku balik.
"Dialah wanita yang pernah menjumpaimu beberapa waktu yang lalu," jawab Sang Waktu tanpa menoleh ke arahku.
"Wanita Berkerudung Bergo Panjang Merah Marun, diakah?" sambil ingatanku kembali ke Wanita Berkerudung Bergo Panjang Merah Marun .
"Di sini namanya bukan itu," kata Sang Waktu lagi.
"Siapa dia sebenarnya?" tanyaku mulai tidak sabar melihat Sang Waktu, yang menurutku, terkadang sedikit menjengkelkan.
Kulirik makhluk berjubah putih keperakan di sampingku ini. Entah kenapa Tuhan menciptakan mahkluk seperti ini! Dia begitu santai dan sepertinya tidak pernah perduli dengan apapun yang terjadi di sekelilingnya.
Sang Waktu menoleh ke arahku. Hmm... mungkin dia mendengar suara hatiku. Ada pepatah yang mengatakan: "Dalamnya lautan bisa diterka, tapi dalamnya hati siapa yang tahu?". Namun, pepatah itu tidak berlaku bagi makhluk ini!Â
"Di pulau Jawa, dia biasa dipanggil dengan nama Kanjeng Ratu Kidul ," sambil matanya kembali melihat ke arah wanita itu.