Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Aku dan Sang Waktu

18 Oktober 2018   12:53 Diperbarui: 13 November 2018   19:21 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagian Sepuluh

Politik Rasa Tempe

Kembali ke Dunia Politik

Tanpa terasa sudah lumayan jauh kami berjalan meninggalkan wanita tua yang sedang menari sambil terus bernyanyi mengikuti hentakan irama musik di balik dinding tinggi yang tak berujung di Alam Hayalan sana.

Dibelakang sana. Tepatnya dipersimpangan jalan yang tadi kami lalui, tadi mataku sempat melihat papan informasi yang bertuliskan Dunia Politik 5 Km disertai tanda panah yang menunjuk kearah tempat dimana kami berada saat ini.

Wanita cantik berwajah pucat tanpa riasan makeup ini terus mengajakku berjalan menyusuri jalanan dunia politik yang ujungnya entah dimana.

Disalah satu pinggir jalanan kota didalam dunia politik yang saat ini terlihat mendung dan sedikit ber-angin itu. Samar-samar mataku menangkap wajah seseorang yang sepertinya pernah kulihat di media televisi sedang duduk sambil bercengkrama dengan rekan-rekannya disalah satu kedai Kopi yang sepertinya cukup terkenal di kota ini.

sarapan-soto-rp-5-000-di-solo-sandiaga-uno-singgung-tempe-setipis-atm-tribunnews-com-5bc86a66c112fe7035705aca.jpg
sarapan-soto-rp-5-000-di-solo-sandiaga-uno-singgung-tempe-setipis-atm-tribunnews-com-5bc86a66c112fe7035705aca.jpg
“ Bukankah itu calon wakil presiden yang beberapa waktu lalu sempat meminta masyarakat untuk tidak mencemooh atau mem-bully pernyataan-nya mengenai tempe setipis ATM ? “

Tanyaku pada wanita berkulit hitam manis disampingku ini sambil menunjuk seorang lelaki berusia sekitar 49 tahun yang namanya kala itu menjadi perbincangan masyarakat Jakarta ketika ia memilih terjun ke dunia politik dan maju sebagai kandidat wakil gubernur di DKI Jakarta kala itu.

“ Iya..” Jawabnya pelan, sambil melihat kearah orang yang kutunjuk barusan. Lalu sambil terus berjalan dia melanjutkan ucapan-nya.

“ Dia adalah salah satu calon wakil presiden yang beberapa waktu yang lalu menyampaikan soal kondisi nilai tukar rupiah anjlok hingga nyaris menembus Rp 15 ribu per dolar Amerika, tapi yang menjadi sorotan kala itu adalah saat ia menyebut irisan tempe yang ukurannya serupa dengan kartu ATM.

Menurutnya, kondisi itu berpengaruh bagi pengusaha, seperti produsen tahu dan tempe. Sejumlah tokoh nasional menganggap pernyataan-nya itu terlalu berlebihan untuk menggambarkan situasi ekonomi saat ini.

Salah seorang politikus dari Partai pengusung kubu petahana turut berkomentar mengenai pernyataan irisan tempe setipis kartu ATM yang diucapkan olehnya kala itu, ia bahkan mengaku sampai mengecek ke warung tegal (Warteg) untuk melihat apakah benar ukuran tempe menjadi setipis itu karena harga dolar naik.

"Katanya hari ini dolar Rp 15 ribu membuat tempe setipis kartu ATM. Saya cek di warteg Tempe masih gede-gede" ujar politikus dari Partai pengusung kubu petahana itu saat menghadiri deklarasi Aliansi kebangsaan Gotong Royong Indonesia (AKGI) di Gedung Joeang DHN 45, Menteng, Jakarta.

Saat ini persoalan tempe setipis kartu ATM sedang ramai menjadi pembicaraan miring, bukan hanya di kedai-kedai kopi saja. Di jagat maya sendiri berseliweran meme sindiran mengenai pernyataan tempe setipis kartu ATM itu.

Salah seorang pengguna media social bahkan mengunggah gambar keripik tempe yang memang berukuran tipis disertai dengan tulisan, "Tempe tipis, dari masa ke masa. Baik di bawah Bung Karno, Suharto, Gus Dur, Mega, SBY, maupun Jokowi,"

Berhenti sejenak, sambil menangkap sehelai daun yang jatuh dari sebatang pohon di pinggir jalanan akibat di terpa angin kencang barusan. dia kembali melanjutkan ucapannya sambil memainkan daun di jari tangannya.

Tempe dari masa ke masa

“ Ngomong-ngomong soal tempe. Dulu nama makanan itu pernah digunakan untuk mengacu pada sesuatu yang bermutu rendah. Pada saat itu, istilah 'mental tempe' atau 'kelas tempe' sering digunakan untuk merendahkan. Dengan arti bahwa hal yang dibicarakan itu bermutu rendah karena murah seperti harga tempe.

Bahkan saat itu Soekarno, Presiden Indonesia pertama, sering memperingatkan rakyat Indonesia dengan mengatakan, "Jangan menjadi bangsa tempe."

Tapi faktanya. Pada zaman pendudukan Jepang di Indonesia dulu, para tawanan perang yang diberi makan tempe terhindar dari disentri dan busung lapar. Sejumlah penelitian yang diterbitkan pada tahun 1940-an sampai dengan 1960-an juga menyimpulkan bahwa banyak tahanan Perang Dunia II berhasil selamat karena tempe.

Menurut Onghokham, tempe yang kaya protein itu telah menyelamatkan kesehatan penduduk Indonesia yang padat dan berpenghasilan relatif rendah pada saat itu.

Dan sekarang. Tempe yang dulunya banyak dikonsumsi oleh masyarakat kelas menengah kebawah itu, saat ini telah mendunia. Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe sebagai pengganti daging.

Ngomong-ngomong soal Tempe tipis, dari masa ke masa, kalau abang sukanya yang mana? Tempe yang tipis apa tempe yang tebal? “ Tanya-nya seraya mengakhiri penjelasan-nya barusan.

“ Yang tebal lah..” Jawabku sepontan.

“ Dan aku rasa, pada umum nya setiap lelaki itu pasti suka dengan tempe yang tebal dibandingkan dengan yang tipis. “ Kataku lagi sambil tertawa lebar kearahnya.

Masih sedikit bingung dengan ucapanku barusan. Dia diam sejenak. Setelah berhasil mencerna kata-kataku barusan, wanita cantik berwajah pucat tanpa riasan makeup itu wajahnya bersemu merah.

“ Dasar! “ katanya lagi, masih dengan wajah memerah karena merasa malu sendiri akibat bertanya pada orang yang salah. Sambil berteriak gemas dia berlari mengejarku yang tengah berlari menjauh darinya.

Sambil tertawa geli melihat muka wanita cantik berwajah pucat tanpa riasan makeup itu, aku terus berlari dari kejarannya yang kulihat begitu bernafsu ingin menyubit pinggangku saat ini. Kami baru berhenti setelah berada tidak jauh dari keramaian masa yang sebagaian besar kulihat adalah para wanita.

Suara perempuan pada pilpres 2019

deklarasi-dukung-prabowo-sandi-photo-tribunnews-com-5bc86b93aeebe13b2371c6b3.jpg
deklarasi-dukung-prabowo-sandi-photo-tribunnews-com-5bc86b93aeebe13b2371c6b3.jpg
"Kami Perempuan Prabowo dengan ini menyatakan dukungan dan akan memenangkan Bapak Prabowo Subianto menjadi presiden pada Pilpres 2019," sayub-sayub telingaku mendengar salah seorang wanita yang menjadi ketua aksi pada acara deklarasi relawan Perempuan Prabowo berteriak penuh semangat didepan sana.

Sambil terus mendekat kearah kerumunan masa yang sedang mengucapkan ikrar pada acara deklarasi relawan “ Perempuan Prabowo “ guna mendukung pasangan capres-cawapres nomor urut 02 itu menjadi presiden dan wakil presiden pada pilpres 2019 nanti.

Di sudut lainnya, masih berada di dalam kota dunia politik, saat ini mataku juga menangkap pemandangan sekelompok masa yang sebagian besar juga terdiri dari para wanita yang menamakan diri Arus Baru Muslimah (ABM) juga sedang melakukan Deklarasi mendukung pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin menjadi presiden dan wakil presiden pada pilpres 2019 nanti.

arus-baru-muslimah-deklarasi-dukung-jokowi-ma-ruf-photo-viva-co-id-5bc86adac112fe057c0ffd5a.jpg
arus-baru-muslimah-deklarasi-dukung-jokowi-ma-ruf-photo-viva-co-id-5bc86adac112fe057c0ffd5a.jpg
“ Kenapa pada pilpres 2019 nanti sepertinya suara perempuan sangat di perhitungkan oleh pasangan capres cawapres yang sedang bertarung ini? “

Tanyaku pada wanita cantik berwajah pucat tanpa riasan makeup disampingku ini. 

Sambil melihat kearah dua masa yang sedang mendeklarasikan dukungan pada pasangan capres-cawapres pilihannya yang akan bertarung pada pilpres 2019 nanti. Wanita cantik ini kembali berkata:

 “ Berdasarkan Data Pemilih Sementara (DPS) Komisi Pemilihan Umum (KPU) menunjukkan suara perempuan menjadi target pendulang suara pada pemilu serentak 2019 nanti. Nyaris 50 persen pemilih adalah suara perempuan dari total pemilih terdaftar yang mencapai 185.639.674 orang.

Dan perempuan pada pemilu mendatang akan menjadi kunci pemenangan calon presiden dan wakil presiden dalam pesta demokrasi 2019 mendatang.”

Sambil berbicara, dia mengajakku meninggalkan kerumunan masa yang sebagian besar terdiri dari perempuan tua dan muda yang sedang melakukan ikrar untuk memberikan dukungan pada pasangan capres-cawapres pilihannya itu.


Bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun